a.n:
Haaaaai! Ini draft ke sekian tapi menjadi cerita pertama yang ku-publish setelah melewati trauma diplagiat. :") Semoga suka dengan plot-nya yaaa dan bila berkenan, Ai dengan senang hati menerima jejak-jejak temen-temen sekalian dalam bentuk komentar ataupun bintang oranye. Happy reading! ♡🌷—🌷—🌷
OLIMPIADE matematika hari itu berakhir dengan sorakan penuh kemenangan dari tim SMA Bertranda dan juga para pendukung yang sempat hadir. Menit-menit paling menegangkan berhasil dilalui tanpa celah membuat Acacia dan Olivia kompak memeluk Alodia sambil melompat-lompat kegirangan, tanpa tahu orang yang dipeluk hampir saja kehilangan napas."A-LO-DI-A!"
Prok, prok, prok, prok, prok!
"A-LO-DI-A!"
Prok, prok, prok, prok, prok!
Kemudian sorakan paling heboh datang dari arah supporter Bertranda di salah satu sudut aula. Suara dominan yang sepertinya berasal dari pemimpin supporter itu membuat muka Alodia yang sudah tertekuk, semakin tertekuk. Semua mata tertuju pada si pemilik suara, kecuali Alodia. Tanpa melihat pun, cewek dengan tinggi seratus lima puluh dua senti itu tahu siapa si pembuat keributan itu.
Alvin Dean Adyatara. Cowok yang katanya berbadan L-Men, muka Bebelac, tapi menurut Alodia lebih pantas disamakan dengan makhluk astral yang kesasar di bumi. Dianugerahi paras tampan yang jarang disinggahi jerawat padahal tak pernah perawatan, hal yang paling bikin cewek-cewek iri. Mirip sekali dengan salah satu anggota boyband asal Korea Selatan yang digilai sejuta umat. Fakta menariknya, Alodia tak pernah suka grup korea. Dengan kata lain, Alodia tidak suka Alvin.
Acacia yang menyadari perubahan ekspresi dari cewek mungil dalam pelukannya lantas berucap dengan nada jenaka, "Di, suami idaman lo noh!"
"Aw, so sweet banget jauh-jauh ke Makassar buat nonton lo langsung padahal di Jakarta juga bisa streaming. Mana bawa rombongan sekampung!" Olivia menimpali. Seringai geli terukir di wajah lelahnya, yang kemudian berubah menjadi tawa ketika Alodia semakin menekuk wajahnya.
Tidak tahan dengan segala godaan dua sahabatnya, Alodia mendorong pelan tubuh Acacia dan Olivia agar bisa terbebas dari kuasa mereka. "Berisik!"
Respons acuh tak acuh dari Alodia membuat Olivia berdecak heran. "Itu baru rombongan kelas lho, Di, elonya udah kayak orang alergi. Belum aja dia bawa rombongan keluarga beserta seperangkat alat salat ke rumah lo. Bakal mati berdiri kali ya?"
"Sebelum itu terjadi, gue pastikan rumah itu udah berpindah kepemilikan!"
"Ternyata bener, ya?" Olivia menatap iba Alodia, yang dibalas oleh Alodia dengan tatapan penuh tanya.
"Apa?" tanya Alodia.
Seakan mengerti isi pikiran Olivia, Acacia ikut memberi Alodia sebuah tatapan iba. "Jenius beda tipis dengan gila."
"Tai! JANGAN KABUR LO BERDUA!"
Di tengah keramaian pascafinal olimpiade matematika, Alodia berusaha mengejar dua temannya yang kabur sehabis mengejeknya habis-habisan. Mengejek (dalam konteks bercanda) Alodia, terutama menyangkut cowok yang tergila-gila padanya, itu bisa diibaratkan nutrisi penopang hidup. Bukan Acacia dan Olivia namanya jika tidak berbuat demikian.
Namun, sepertinya mengejar bukan keputusan yang benar.
"Alo, mau ke mana?"
Alodia begitu menyesali perbuatannya. Teramat sangat menyesal. Tidak akan semenyesal itu jika yang muncul di hadapannya bukan wajah menyebalkan milik Alvin Dean.
Mencoba mengabaikan Alvin, Alodia memilih putar balik. Jiwa raganya tak bertenaga untuk sekadar meladeni makhluk astral favorit sejuta umat itu. Masa bodoh dengan Acacia dan Olivia yang entah menghilang ke mana, mereka bisa diurus nanti. Misinya sekarang adalah menghindari si idola seantero Bertranda. Alodia tahu itu tidak mudah. Apalagi ini bukan sekolahnya yang kalau dia berteriak pun, tidak akan ada yang heran lagi.
Alvin jelas bisa membaca isi pikiran Alodia meski cewek itu melangkah lebar dalam diam. Alodia sedang berusaha menghindar, tapi seperti biasa, Alvin akan mengejar dengan lapang dada.
"Lo!"
"Lo!"
"Alo!"
Set!
Alvin berhasil mencegat langkah Alodia. Ditatapnya gebetan mungilnya itu sambil memamerkan senyum tampan.
Alvin yang berusaha manis, dan seperti biasa pula, Alodia akan memperlihatkan tatapan jijik. Kalau kata Olivia, kayak orang alergi.
Lagi, Alvin tahu maksud dari tatapan itu. Karena tak ada respons lebih, ia kembali membuka suara, "Apin traktir bakso ya, Alo?"
"Najis, nggak usah sok imut! Gue jijik lihatnya, dan berhenti manggil gue Alo! Nama panggilan gue ...."
"Odi." Dengan cepat Alvin memotong ucapan Alodia. "Tahu gue mah soal itu, tapi gue 'kan antimainstream, Lo."
"Antimainstream gigi lo!"
"Gigi gue putih kok. Mau lihat? Hing!" Masih dengan tangan menahan pergelangan tangan Alodia, Alvin mencondongkan tubuhnya ke arah cewek itu. Memamerkan deretan gigi putihnya dengan cara mengeliminasi jarak di antara mereka.
Jika diukur dengan pandangan bermistar Alodia, kira-kira jarak antara wajahnya dan wajah Alvin kurang dari dua puluh senti, yang sialnya berefek buruk pada degupan jantungnya. Pipinya pun mulai terasa panas. Dilihat dari jarak sedekat ini, Alvin ganteng juga. Apalagi gigi kelincinya yang semakin terlihat jelas ketika cowok itu berkata 'hing'.
Apa?! Ganteng?
"COWOK ANEH!"
Sekuat tenaga Alodia mendorong dada Alvin menggunakan tangannya yang bebas, lalu cepat-cepat meninggalkan si Jeon Jungkook Bertranda. Apa-apaan itu tadi. Bisa-bisanya dia menyetujui kesubjektifan mayoritas penghuni Bertrandra?
Kiamat.
🌷—🌷—🌷
To be continued.

KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Idaman Alodia
Подростковая литература"Tipe suami idaman kamu seperti apa? Mau memantaskan diri." Seandainya setiap manusia diberi satu kesempatan menghilangkan satu hal apapun dari muka bumi, maka tanpa perlu pikir panjang Alvinlah yang akan Alodia pilih. Cowok gila, sinting, dan nggak...