03 - Langit Jingga

34 7 2
                                    

Jam menunjukan pukul 16.00 bell pulang sekolah sudah menggema dari 5menit yg lalu. Aku dan Salsa berjalan menuju gerbang sekolah diantara bubaran anak anak yg lain nya. Padahal masih suasana MOS. Tapi jam pulang disamakan oleh kegiatan belajar reguler.

"Lo balik sama siapa Sie?" Tanya Salsa. Kami telah berada di depan gerbang sekolah.

"Ntr bokap  gue jemput kok, lo kalo mau balik duluan, balik aja. " Ucap ku pada Salsa.

"Oke kalo gitu gue duluan ya. "

"Oke hati-hati ya! "

Salsa tersenyum lalu melangkah pergi. Gadis itu biasa menggunakan angkutan umum untuk pergi dan pulang sekolah. Biasanya aku juga begitu, tapi tadi Ayah mengirimi ku pesan dan bilang akan menjemputku hari ini.

Cahaya matahari mulai meredup. Meninggalkan warna Jingga diatas langit. Menit demi menit aku menunggu di depan gerbang sekolah tapi gak ada tanda tanda Ayah akan datang. Nomer nya juga gak bisa di hubungi. Aku mendengus kesal, gak biasanya Ayah begini. Pasti Ayah punya alasan yg kuat, dan aku tidak boleh marah.

'Sabar Sie. '

Seperti sedang dihukum oleh semesta, hari ini berjalan dengan sangat buruk. Sekolah sudah mulai sepi, hanya ada beberapa anak yang belum pulang-- sedang bermain basket.

Aku berjalan menjauh dari sekolah, kalau tau begini, tadi aku pulang bareng Salsa. Sebelum sampai ke halte di pinggir jalan raya, aku harus berjalan sampai depan portal.

BRUMMM

Sebuah mobil Jazz berwarna hitam berhenti di sebelah ku. Kaca mobil nya terbuka, membuatku bisa melihat siapa pemiliknya

"Heh cewek berkumis! "

Tentu saja harus nya aku tau, hari buruk ini belum berakhir. Dari dalam mobil El kembali mengganggu ku. Aku  hanya diam dan terus berjalan tapi mobil El mengikutiku.

"Yaelah gitu aja marah," Ucap El dengan ringannya.

"Ya lo pikir aja sendiri. Lo pikir, lo mantep bgt hah kayak begitu?"

Lagi lagi aku terpancing omongan El.

"Emang gue mantep." El membanggakan dirinya.

"Pergi sana lo! jangan ganggu gue! "

"Emang lo gamau pulang bareng naek mobil mahal gue? "

"Lo denger ya? Dari pada gue pulang bareng sama lo, mendingan gue pulang jalan kaki!"

Aku pergi berjalan meninggalkan El dengan perasaan jengkel. Untung nya El berhenti dan tidak mengejarku lagi.  Aku mendengar El memutar balik mobil nya dan pergi melalui jalan lain.

Hari yang mulai larut membuat suasana menjadi semakin sepi. Aku melirik jam di tangan ku menunjukan pukul 16.30

'Masih ada bis yg lewat gak ya? '

Saat aku sedang menunggu, tiba tiba datang seseorang dari arah sebelah kiri. Orang itu menggunakan motor ninja merah, tapi aku tidak bisa melihat wajahnya karna memakai helm. Tapi dari seragamnya sepertinya dia satu sekolah dengan ku.

"Mau pulang bareng? " Ucap orang asing itu dari atas motor.

Perasaan ku mulai tidak enak.

"Nggak makasih. " Ucap ku menolak dengan sopan.

5 detik selanjutnya , orang itu mebuka helm yg tadi dipakainya. Dan lagi lagi hampir membuat ku mimisan.

"Kak Kelvin? " Aku menyerngit heran.

"Kenapa masih ada disini? Udah sore banget. Nunggu bis juga bakal lama datengnya. "

"Anu--kak, saya--"

"Ayo, saya anterin pulang, jalanan udah sepi. Nanti kalo org jahat gimana?"

Aku melihat kanan dan kiri, memang benar jalanan sudah mulai sepi, sebenarnya aku juga takut berada sendirian dari tadi disini.

Aku terdiam membertimbangkan tawaran kak Kelvin.

"Gratis kok." Ucap Kelvin sambil tertawa kecil.

'Ah manis nya. ' batin ku melihat tawa Kelvin.

Aku mengerjapkan mataku, seperti nya diriku terhipnotis oleh ketampanan Kelvin, hahaha. Tanpa berfikir panjang lagi, aku menerima tawarannya.

"Pegangan. " Ucap Kelvin sebelum melajukan motornya.

Aku salah tingkah, tidak siap dengan pergerakan motor Kelvin yg tiba tiba. Refleks, aku melingkarkan tangan ku di pinggang kekarnya.

Bersama degup jantung yg menggila, Kelvin melajukan motornya membelah jalan, dibawah semburat langit jingga.

Kucin(g)ta KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang