04 - Ada Apa?

21 2 0
                                    

Matahari sudah berganti tugas dengan sang rembulan. Hembusan angin menerbangkan rambut Kelvin tak beraturan ketika membuka helm nya. Kini kami berdua-- Aku dan Kelvin, telah tiba di depan gerbang rumahku.

"Makasih ya kak udah mau nganter saya pulang. " ucapku ketika turun dari motor Kelvin.

"Iya sama sama, kalo gitu saya pamit pulang dulu. "

"Iya Kak, hati hati. "

Kelvin pergi setelah berpamitan padaku. Aku hanya diam menatap punggung nya yg semakin menjauh. Aku rasa hari ini tidak terlalu buruk.

Bersama senyum yg merekah aku melangkah memasuki rumah.

"Bibi, Ayah belom pulang ya? " ucapku berteriak lalu merebahkan tubuh diatas sofa.

"Belom, Non, non Sisie udh pulang? " ucap Bibi, menghampiri ku dari arah dapur. Aku mengangguk, sambil membuka tali sepatu.

"Yaudah Bi, aku ke kamar dulu ya cape mau istirahat. "

Setelah mencopot sepatu, aku berjalan menaiki satu per satu anak tangga menuju kamar.

Cklekk

Pintu kamar terbuka, aku meletakan tas ku atas dimeja belajar lalu merebahkan diri ku ke kasur. Mata ku menatap pada langit langit kamar sambil mengingat ingat kejadian hari ini.

'Rasanya seperti apa ya? '

Aku tersenyum geli saat tiba tiba wajah Kelvin melintas di ingatan ku. Hati ku berdebar senang, diriku terbawa perasaan karna sifat manis nya. Walaupun terlihat dingin, tapi ternyata Kelvin begitu perhatian.

Aku memeluk gemas guling di samping ku. Sambil senyum senyum sendiri seperti orang gila. Melewati malam membayangkan pria yg baru saja ku kenal, bersama detik yg terus berjalan, mata ku terpejam dengan tubuh yg masih terbalut seragam sekolah.

##

Matahari menyapa seperti kemarin memancarkan cahaya nya kesetiap sudut bumi, memberikan kehidupan pada setiap manusia.

Aku berdiri mematut diri dipantulan cermin. Rambut yg kemarin terkuncir rapi kini aku biarkan tergerai menjulang dibawah bahu, ditambah bandana berwarna pink diatas sana.

'Siap'

Dengan hembusan nafas panjang, aku memantapkan langkah menuju sekolah, bersiap dengan hal hal yg tak terduga nantinya.

Aku mengambil tas ransel ku diatas meja, mengaitkan kan nya kesatu tangan, dan berjalan menuju ruang makan.

Namun ada yg berbeda, tidak ada Ayah disana.

"Bibi, Ayah kemana?" Ucap ku sambil mencari cari sosok Ayah.

"Tadi Bapak berangkat pagi, katanya ada urusan penting dikantor. " Ucap Bibi, sambil menyiapkan sarapan pagi ku.

"Yah, Kalo gitu sarapannya bawa aja Bi, aku takut kesiangan soalnya. "

Aku melirik jam ditangan kanan ku, sudah menunjukan pukul 07.30

Setelah Bibi membungkus sarapan ku, aku berjalan menuju halte bus di depan komplek. Menunggu Bus kuning yg akan membawa ku ke sekolah.

Saat aku sedang menunggu Bus tiba tiba datang seseorang dari arah berlawanan lalu berdiri di sebelahku.

"Loh Kakak? " Aku kaget melihat Kelvin yg skrg ada di sampingku.

"Eh, Kamu." Ucap Kelvin, tapi wajahnya terlihat biasa saja.

"Kakak naik Bis juga? " Ucap ku

"Iya. "

"Bukan nya Kakak naik motor kesekolah? "

"Motor? Saya lupa naro motor saya dimana."

Dahi ku menyerngit mendengar ucapan Kelvin. 'Lupa naro motor? Dia kenapa sih? '

Setelah beberapa detik merasa heran, bus kuning datang di hadapan kami dari arah barat. Tanpa menunggu lama aku memasuki bus itu dan memilih kursi yg berada di dekat jendela. Kelvin yg berjalan di belakang ku tanpa permisi langsung duduk di kursi kosong yg ada di sebelah ku.

Suasana hening menemani perjalan menuju sekolah, aku hanya menatap jalan dibalik jendela bus. Menikmati setiap hembusan angin yg menerpa wajahku.

"Kamu setiap hari naik bis? " Tanya Kelvin memecah keheningan.

"Biasanya di anter Ayah si." Ucap ku menjawab pertanyaan nya.

"Oh iya, saya Kelvin. " Ucap Kelvin memperkenalkan diri lagi. Aku tersenyum.

"Iya udah tau, Saya Cecilia panggil aja Sie. "

"Oke Sie. "

Sekitar 20 menit perjalanan, bus kuning itu berhenti di depan halte sekolah. Setelah membayar sesuai tarif, aku keluar dari dalam Bus dan berjalan melewati portal sebelum sampai sekolah. Kelvin? Dia masih mengikuti ku dari belakang. Mungkin bukan mengikuti, hanya saja tujuan kita sama.

Saat aku sampai di koridor sekolah, seseorang dari arah berlawanan datang seperti sengaja menabrakan diri padaku.

"Duh sorry ya, anak baru. " Ucap orang itu diakhiri tawa yg menjengkel kan. Tentu saja kalian tau itu siapa.

"Pliss ya! Pagi gue rusak gara-gara lo tau ga?! " ucap ku sambil menunjuk El dengan emosi.

"Emg lo pikir dengan kehadiran lo masuk sekolah ini gak ngerusak hari hari gue yg indah? "

"Mana gue tau ada lo di sini. gue juga ogah kali. " Aku melipat kedua tangan di depan dada.

"Dasar cewek berkumis! Cewek aneh! biang kucing! " Ucap El mengumpat kata kata menyebalkan. Aku hanya mendengar kan nya sambil membersihkan selah kuku jari.

"Ada apa ini? " Tiba tiba Kelvin datang dari belakang.

"Cih, lo lagi. " Ucap El seperti tidak suka dengan kehadiran Kelvin.

"Masih mending kak Kelvin kali dari pada lo!" Ucap ku membela Kelvin.

"Hah, munafik. " Ucap El, lalu pergi begitu saja dari hadapan ku dan Kelvin. Aku baru pertama kali melihat wajah El seperti tadi. Munafik? Apa maksudnya?

"Kamu gapapa? " Tanya Kelvin setelah El pergi.

"Gapapa kak, makasih ya. "

"Iya, dia emg sering buat onar disekolah ini. Kamu kenal dia? " Tanya Kelvin sambil menatap ke ujung koridor tempat El menghilang.

"Ah dia, rumah nya sebelahan sama saya. Tapi ya gitu deh. "

"Kalo dia ganggu lagi panggil saya aja, saya pergi dulu. "

"Iya, kak. "

Kelvin berjalan di depan mendahului ku, aku masih terdiam sampai sosok nya hilang dari balik tikungan. Rasa penasaran tiba tiba muncul melihat ekspresi wajah El tadi. Sebenarnya ada apa antara El dan Kelvin.

Tak mau ambil pusing, aku lanjut kan langkah ku menuju kelas, bersama siswa siswi yg baru datang memasuki gerbang.

Kucin(g)ta KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang