Prolog

28 2 1
                                    

Mata coklat itu menatap tajam ke arah objek di depannya. Dengan rahang yang mengetat semua orang pasti bisa langsung mengetahui bahwa ia sedang marah. Makanan lezat nan mewah yang tersaji di depan matanya pun tak selera untuk dilahapnya.

"Ngga baik pacaran terlalu lama, jadi cepat segerakan pernikahan kalian." Ucap wanita berumur yang tepat duduk di hadapannya. Ya, wanita itu adalah ibu dari kekasih yang telah ia pacari selama 2 tahun ini.

"Mah, udah dong kita kan lagi makan jangan bahas itu dulu kasian Bian." Ucap sang kekasih, Lily sembari mengusap lembut punggung tangannya di bawah meja. Namun, tetap saja itu tidak meredakan emosi yang menguasai Bian saat ini.

"Mamah mau yang terbaik buat kamu loh,Ly! Kamu itu perempuan, ngga baik tunda pernikahan lama-lama." Ucap Tante Tita lagi. Oke, Bian sudah mulai muak.

"Maaf sebelumnya, seperti yang tante ketahui kalo Mamah saya saat ini sedang di rawat di rumah sakit dan untuk pemulihan menurut dokter perlu waktu sekitar 2 sampai 3 bulan. Saya ngga mungkin menikah dengan kondisi mamah saya yang sekarang ini, jadi saya harap tante bisa memahami kondisi saya." Jelas Bian. Sungguh pikirannya sedang kacau dan semakin di buat kacau dengan wanita di depannya ini. Sialan!

"Terus mau di tunda lagi? Kamu ngga kasian sama anak saya udah dua tahun loh dia bareng kamu, kalo hubungannya ngga jelas gini mending tau dari awal tante ngga izinin dia sama kamu!" Sarkas Tita dengan wajah yang ugh nyolotnya.

Okay, enough is enough.

"Kalau tante ngga bisa pahamin keadaan saya, mohon maaf saya pun ngga bisa pahamin apa mau nya tante. Saya permisi!" Ucap Bian yang kemudian berdiri dan berlalu dari hadapan wanita itu sembari melonggarkan dasi yang melingkari lehernya. Persetan dengan pernikahan yang dia khawatirkan saat ini adalah mamahnya.

"Bian! Bian!" Teriakan Lily yang masuk ke dalam rongga pendengarannya namun sama sekali tak menghentikan langkahnya. "Sayang ih, tunggu!" Ujar Lily yang berhasil menghentikan langkah Bian dengan hentakan tangannya.

"Apa lagi?" Tanya Bian dengan sebelah alis naik ke atas.

"Bentar ih, kamu jangan langsung pergi gitu aja dulu. Maksud mamah tuh ngga gitu, jadi aku harap...."

"Kamu mahlumin sikap mamah ya? Kamu mau ngomong itu kan Ly?" Sambung Bian sebelum Lily berhasil menyelesaikan ucapannya. "Selalu gitu kan Ly? Selalu aku yang disuruh mahlumin pihak kalian? Satu tahun yang lalu aku ajak kamu nikah tapi kamu masih mau lanjutin karir kamu di bidang fashion dan keluarga kamu minta aku mahlumin mau kamu, aku turutin. 6 bulan lalu aku ajak kamu tunangan dulu tapi kamu malah pergi ke paris untuk fashion show, lagi lagi aku mahlumin. Tapi kenapa? Aku cuma minta kalian pahamin kondisi aku saat ini. Mamah aku sakit, Ly! Sakit!" Ujar Bian dengan penuh penekanan di setiap ucapannya.

Bian mendekati Lily yang matanya mulai berkaca-kaca. "Mamah aku sakit, dan aku cuma minta keluarga kamu buat pahamin itu. Mamah butuh pemulihan sekitar 2 sampai 3 bulan dan aku cuma minta kamu tunggu sebentar itu, tapi kayanya kalian ngga bisa mahlumin aku." Lirih Bian dengan badan yang bergetar. "Maaf banget kayanya kita cukup disini aja." Ucap Bian sebelum berlalu dari hadapan Lily.

Bian terus melangkah meskipun ia dengar teriakan Lily memanggil namanya dengan rauangan tangis kesedihan. Bian menghembuskan nafas lega, memang sedih putus dengan kekasihnya itu tapi entah mengapa seperti ada beban berat yang pergi melayang dari tubuhnya. Bukan karena ia tak cinta Lily, bukan.

Tapi mungkin, memang benar kata mamahnya hubungan yang sehat itu bukan hubungan otoriter yang di dikte oleh orang lain. Dan oh ya, karena selama hubungan yang mereka jalani ini entah kenapa si nenek lampir Tita itu sering sekali ikut campur yang terkadang membuat Bian muak dengan hubungan percintaannya.

Sembari melepaskan kancing kemeja bagian atasnya, Bian berjalan keluar restoran mewah itu. Ketika berhasil melewati automatic door, ia melihat seorang perempuan dengan dress selutut yang sedang bersandar di salah satu pilar gedung itu.

"Are you okay?" Tanya perempuan itu dengan senyuman lembutnya.

Bibir Bian melengkung membuat senyuman manis dengan sendirinya. "Anya." Ucap Bian dengan suara kecilnya. Ya, perempuan itu adalah Queensha Anya. Si perempuan cantik bercover kalem nan judes tapi hatinya seperti malaikat menurut Bian. Seumur hidup mengenal Anya, membuat Bian paham betul dengan perempuan yang ada di depan matanya ini.

Kakinya melangkah pasti mendekati Anya ketika Anya merentangkan kedua tangannya.

Bian masuk ke dalam pelukan hangat Anya yang selalu membuatnya nyaman. Anya mengelus punggung tegapnya dengan usapan lembut yang membuat Bian semakin mengeratkan pelukannya.

Namun, kenyamanan itu berakhir tragis ketika usapan lembut Anya berubah menjadi pukulan keras nan panas. "Aw! Apaan si Nya, gila lu ya sakit banget njir!" Ujar Bian sembari melerai pelukannya.

"Lagian lu, gua tanya gapapa malah diem aja ngeselin banget si lu!" Sungut Anya tak mau kalah.

Bian terkekeh, " I feel better after i saw your smile," ucap Bian dengan tatapan lembutnya yang dibalas dengan senyuman oleh Anya.

"Yaudah, terus makasih nya?"

"Dih makasih buat apaan?"

"Ya makasih karena gua udah ke sini lah coba kalo gua ngga ke sini pasti lu udah mencoba melakukan percobaan bunuh diri gegara putus cinta hahaha." Ucap Anya yang diakhiri dengan ledakan tawanya.

"Bangke emang lu ya, Nya! Untung sayang." Balas Bian yang kemudian memeluk gemas Anya.

"Ih jangan peluk-peluk gua!" Ucap Anya sembari berontak. Bukannya melepaskan, Bian justru semakin mengeratkan pelukannya.

"Ngga mau, pokoknya gua mau peluk lu sampe pagi!" Ucap Bian tak mau kalah.

"Lepasin ngga? sumpah ya atau ngga gua tonjok nih." Teriak Anya.

"Sumpah lu berisik banget, Nya!" Ucap Bian yang tiba-tiba saja mengangkat Anya ke sebelah pundaknya seperti sedang memikul sekarung beras.

"Bian anjim, kepala gua pusing woy! Astagfirullah gua punya darah rendah bego! Sumpah pusing heh!" Teriak Anya sambil memukuli punggung tegap Bian. Kepalanya seperti berputar sekarang.

"Ngga denger gua ngga denger." Balas Bian dengan santainya.

"AH MAMA!!!" Teriak Anya dengan frustrasi.

TBC

Give Me Your ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang