Prolog

353 33 8
                                    

Wajah-wajah ketakutan sekaligus harapan terlihat di wajah mereka yang sekarang ada diruang tamu keluarga Taji. Bagaimana tidak, seorang gadis kecil berusia lima tahun tengah menangis histeris memanggil-manggil mamanya.

"Mama...mama...mama." gadis kecil itu terus saja berteriak sementara Mbah Jiro, kakeknya tengah membacakannya doa-doa sembari memercikkan air putih yang telah di doakan sebelumnya ke arah tubuhnya.

Suasana semakin mencekam tatkala langit bergemuruh, petir menggelegar membuat seisi rumah berteriak bersamaan, membuat gadis kecil itu semakin ketakutan. Hampir dua puluh menit ritual itu dilaksanakan hingga akhirnya gadis kecil itu jatuh pingsan tepat ketika langit memuntahkan airnya dengan begitu deras.

Sang Mama segera beranjak mendekati putri kecilnya, membawanya dalam pelukan dengan penuh rasa cinta. Tak henti ia menciumi kepala, pipi serta bagian wajah lain putrinya. Air mata terus mengalir seperti air hujan diluar sana.

"Bawa putrimu ke kamar, dia sudah tidak apa-apa. Ayah sudah membersihkan tubuhnya dan menutup mata batinnya." Kata sang Ayah.

Taji yang berada disamping istrinya menatap sang ayah. "Apakah Fay tidak akan melihat hal-hal yang aneh lagi ayah?" Tanyanya.

Sang ayah meraih gelas minuman, beliau menenggaknya sekaligus, gelasnya tidak ia letakkan kembali ke meja, gelas itu masih berada di tangan kanannya. "Jaga Fay baik-baik, dalam beberapa waktu ia tidak akan terganggu lagi, tapi kalian harus waspada ketika ia berusia tujuh belas tahun nanti."

Taji dan istrinya saling memandang. "Kenapa?" Tanya Santi.

"Disaat Fay berusia tujuh belas tahun, ia mulai beranjak dewasa. Ia memiliki kemampuan untuk mengontrol isi hati dan pikirannya sendiri. Kemungkinan di usia itu, mata batinnya akan kembali terbuka, kalian harus ingat ini."

"Kalau itu benar terjadi, apa yang harus kami lakukan ayah?"

Sang ayah memandang ke arah jendela, di sana air hujan serta kilat yang menyambar membuat malam terlihat terang.

"Kalian dampingi Fay terus, kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan." Pesan sang ayah.

Sang ayah mengeluarkan sesuatu dari dalam saku. Sebuah liontin mutiara hitam berukuran kecil, cukup berkilau. Mutiara itu diikat oleh tali berwarna hitam. "Serahkan ini pada Fay di hari ulang tahunnya yang ke tujuh belas. Gunakan dan jangan pernah dilepas."

***

Halo semuaaaa ketemu lagi ya dengan cerita hororku selanjutnya😄 semoga berkenan di hati kalian, jangan lupa vote n komennya ya biar aku semang
at💪 maklum emak2 rempong seringnya amnesia 😂😘

Folow ig ku ya @dewie sofia

The SignTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang