TS - 3

72 27 4
                                    

Hai hai semua...
Semoga kita semua dilindungi Allah swt, semoga pandemi ini segera berlalu, semoga rezeki kita dilancarkan aamiin yra🤲

Jangan lupa protokol kesehatannya ya teman-teman, baca Si Fay juga harus maskeran dan jangan lupa cuci tangan walo nggak disuruh makan 🤧
.
.
.
.
.
.
.

Aku dan Gia sibuk memilih pernak pernak ulang tahun. Tema yang akan kami usung bertema pantai. Jadi, aneka asesoris yang bernuansa pantai dan berwarna biru menjadi pilihan kami. Nggak terasa hampir dua jam kami berkeliling mall, padahal untuk pesta kecil-kecilan barang yang dibutuhkan lumayan juga.

"Akhirnya selesai juga belanjanya." Kata Gia.

"Berarti dari sabtu pagi kita sudah di rumah kamu." Kata Fay.

Iya, hari ulang tahunku yang ke tujuh belas bertepatan dengan malam minggu. Bisa dipastikan bagaimana hebohnya mereka nanti. Dan Mama dibantu oleh ibu-ibu komplek nanti akan memasak aneka masakan dan kue. Nggak banyak sih, Ibuku hanya dekat dengan tetangga yang berada di samping kiri kanan rumah dan juga di depan.

"Iya, kalian datang lebih pagi aja kalo bisa." Kataku.

"Tenang beib, nginep juga nggak pa-pa." Sahut Cane.

"Enak aja." Aku meninju dada kanannya asal dan ia mengaduh kesakitan. Faruq dan Gia tertawa melihat kami dan hei sejak kapan mereka berpegangan tangan?

"Udah yuk, anter aku pulang." Kataku pada Faruq.

Kami masuk ke dalam mobil jeep berwarna hitam yang sudah di modifikasi milik Faruq. Faruq mengantar aku pulang terlebih dahulu, yang membuatku kaget adalah si Cane ikutan turun begitu kami sampai di depan rumahku.

"Ngapain ikut turun?" Aku dan Gia yang turun duluan menanyakan hal yang sama secara bersamaan.

"Kalian pulang aja, aku temenin Fay sebentar." Jawab Cane.

"Aku nggak butuh di temenin, lagian apa kata tetangga entar." Ya iyalah, ibu-ibu komplek bisa dapet bahan ghibahan baru kalo begini, kan Ibuku pulangnya malam.

"Aku numpang ke kamar kecil dan minta minum ya, haus." Cane memegang lehernya tanda bahwa ia memang haus.

"Ya udah. Aku menoleh pada Gia yang berdiri di sampingku. "Kamu pulang aja gih dah siang." Kataku pada Gia.

"Sampai jumpa besok di sekolah." Setelah aku dan Gia berpelukan sebagai tanda perpisahan, Gia masuk ke pintu penumpang di samping Faruq.

"Titip Gia ya." Seruku pada Faruq.

"Tenang aja." Balas Faruq.

Aku meraih kunci gerbang di dalam tas. Kunci gerbang, kunci pintu rumah dan juga pintu kamar aku gantung dalam satu gantungan kunci dengan mainan boneka doraemon yang cukup besar agar aku mudah menemukannya di dalam tas.

Ku persilahkan Cane ke toilet, sedangkan aku membuatkannya minuman dingin. Aku membawa dua gelas jus jeruk ke teras depan. Tak lama Cane muncul, ia langsung duduk kemudian meraih gelas minumannya, ia menenggaknya hingga habis.

"Seger banget, makasi ya." Kata Cane.

"Sama-sama."

"Telingamu nggak sakit lagi?" Tanya Cane.

Apa ia secemas itu?

"Sudah nggak." Jawabku singkat.

"Memangnya apa sih yang kamu rasain?"

"Mmm, telingaku berdenging hebat, setelah itu dadaku berdetak kencang dan tidak beraturan. Aku jadi kesulitan bernapas." Jelasku.

Cane terlihat berpikir, lalu ia berkata. "Aku punya tante Dokter THT, aku akan meminta dia agar bisa memeriksamu. Aku usahakan akhir pekan ini."

The SignTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang