Waktu menunjukkan pukul 16:05 WIB, bel pertanda pulang baru saja diperdengarkan ke seluruh sudut SMA Jaya, semua siswa berhamburan keluar kelas dan bergegas untuk pulang. Tak terkecuali David, Rizal, Ellen dan Gerry, mereka bergegas menuju ke tempat parkir untuk mengambil kendaraan mereka masing-masing.
Saking asiknya Ellen, Rizal dan Gerry berbincang sambil berjalan sampai-sampai mereka tidak sadar kalau satu teman mereka sudah tidak lagi berjalan bersama mereka bertiga. Saat Ellen menoleh ke belakang rupanya David tengah melamun di luar gerbang sekolah.
"Zal, Ger," panggil Ellen pada kedua temannya. Mereka membalik badan bersamaan, mereka bertiga saling melempar tatapan yang menggambarkan perasaan iba seolah paham akan perasaan David yang benar-benar sulit dipercaya.
David berdiri kaku di dekat gerbang SMA, dia memandang tajam sebuah halte bus ber-cat biru yang di bangun permanen di kiri jalan. Hatinya sangat hancur, perasaanya remuk redam tatkala melihat jejak-jejak kenangan dirinya bersama dengan Nadira, gadis yang memberinya sejuta cinta.
"Maafkan aku karena telah menumbuhkan cinta di hatimu." Bahkan kalimat itu masih menggema jelas di telinganya, suaranya yang lembut benar-benar berhasil menenangkan jiwanya. David masih merasa syok dan tak percaya dengan semua yang telah terjadi padanya, kisah cinta terlangka yang pernah ada. Tapi David terus berusaha memahami dan meyakinkan diri sendiri bahwa semua itu demi kebaikan Nadira, gadis yang sangat ia cintai.
Sebuah tangan menepuk bahu David dan berhasil membuatnya kembali sadar dari lamunannya. Ia dapati Rizal yang berdiri tegap sambil merangkul pundaknya, kemudian Ellen dan Gerry juga tersenyum tipis kearahnya. Rizal mengelus pundak David beberapa kali, tatapan ketiga temannya seolah mengatakan secara gamblang kalau semua akan baik-baik saja.
Sejujurnya mereka juga hanya terlihat sok jago di depan David, mereka tidak bisa membayangkan akan seperti apa hidupnya kalau hal yang di alami David terjadi dalam hidup mereka.
"Cabut yuk," ajak Gerry yang berusaha membuat keadaan seolah baik-baik saja.Ellen dan Rizal mengangguk ke arah David. akhirnya dengan sisa-sisa semangat, David ikut pergi ke tempat parkir bersama dengan ketiga kawan karibnya.
Kisah itu tetap mengusik hati David, padahal sudah lebih dari tujuh bulan ia berusaha melupakan segalanya, menghapus kenangan manis bersama dengan Nadira, sayangnya kisah mereka begitu nyata hingga menjerat David dalam kenangan yang begitu sulit dilupakan.
Baru tadi pagi David lengser dari jabatannya sebagai ketua Osis SMA Jaya, kini dirinya sudah duduk di kelas 12. Cepat atau lambat ujian akan menghampirinya, David harus berusaha keras untuk fokus dan tak terguncang lagi.
David baru saja berhasil menghidupkan mesin motornya. Masih dengan motor yang sama, motor yang beberapa kali ia pakai untuk mengantar jemput Nadira ke sekolahnya, bahkan pelukan hangat yang ia dapat dari Nadira saat ia duduk di jok belakang motornya pun masih terasa jelas, seolah Nadira tetap mendekap meski nyatanya tak ada.
Lagi-lagi lamunan David melayang jauh, kenangan lama kembali teringat jelas di kepalanya seperti kaset lawas yang di putar kembali di kepalanya. Kurang lebih sekitar satu tahun yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadira
Mystery / ThrillerTiada satupun makhluk menginginkan sebuah cinta yang berujung luka, lebih baik sendiri dalam sepi dari pada harus jatuh cinta di awal duka. Namun akhir kisah adalah hal yang semu, selain mengikuti alur manusia hanya bisa berpasrah pada semesta. Itul...