Alasan Timbal Balik

12 5 2
                                    

Hari ini hari minggu, tepat setelah dua hari David tak melihat Nadira, bahkan setiap saat ia memikirkan gadis itu. Bukan, bukan suka, hanya saja David sangat  penasaran   dengan kehidupan Nadira. Terakhir kali mereka bertemu, David hanya tahu kalau dia anak kelas sembilan di SMP Merpati, selebihnya dia tidak mengetahui apa pun tentang dia.

"David!" teriak Amira sambil menggedor-gedor pintu kamar David.

"Apa sih Ma, kaya ada maling aja, histeris," ujar David sambil memandang bundanya malas setelah membuka pintu kamarnya.

"Ini udah hampir magrib loh  kamu baru bangun tidur?!" kesal sang Mama. Anak bungsunya itu sangat malas-malasan di hari minggu, tapi ia juga memaklumi berbagai kesibukan putranya di sekolah, bahkan kadang hari minggu saja dia tetap sibuk.

"Udah bangun dari tadi kok Ma," balas David.

"Bentar lagi magrib, mandi, sholat, habis itu ke Toko depan beliin bunda bahan buat brownis ya besok ada arisan." Amira meminta tolong.

"Kenapa nggak suruh Kak Raka aja?" Keluh David sedikit malas.

"Ck, kamu tega liat Kakak kamu belanja sementara sebelah tangannya digendong?" Tanya Amira tak percaya.

"Bercanda Ma. Iya-iya, habis sholat David pergi ke Toko."

Tanpa membuang waktu, David segera bersiap. Mandi selagi adzan belum dikumandangkan, kemudian sholat maghrib di kamarnya sendiri. David memang tidak terlalu religius, tapi baginya kewajiban adalah perintah yang di haruskan. Hidup pasti punya aturan, begitu juga dalam beragama, maka seburuk apa pun orang tetap harus menjalankan kewajibannya sebagai umat beragama.

Karena jarak Toko dan rumah David tidak terlalu jauh, maka dia memilih untuk jalan kaki sembari menikmati udara malam yang dingin. Hembusan angin malam yang membuat bulu kuduk merinding membuat David langsung memeluk tubuhnya sendiri. Terbesit sebuah kenangan singkat saat dirinya bersama dengan Nadira, gadis mungil yang sangat misterius, David merasa kalau pertemuan-pertemuan tidak di sengajanya dengan Nadira adalah hal yang sangat aneh. Tapi kebetulan itu membuat David sedikit lebih bahagia.

Sebuah obyek berhasil menarik perhatian David, seorang gadis yang memakai dres panjang tanpa lengan berwarna gading tengah duduk seorang diri di sebuah bangku di pinggir jalan. Angin berhembus terlalu kencang hingga rambutnya berantakan hingga menutupi sebagian wajahnya.  Tapi bentuk tubuh dan lekuk wajah itu tidak asing bagi David. Ia langsung mendekat ke arah duduknya, gadis itu tampak kedinginan.

"Loh kamu? ...  Ngapain disini?" Tanya David langsung. Rupanya dia adalah Nadira, gadis yang sejak tadi mengusik pikirannya.

"Eh, kak David." Nadira hanya memandangnya sekilas.

"Iya, kok kamu disini? Tanya David lagi. Dia benar-benar merasa kalau kebetulan ini pasti ada artinya.

"Em ... aku nyasar," ringis Nadira yang sama sekali tidak merasa cemas. Mungkin saja dia jalan-jalan sore seperti biasanya, kemudian karena dia berjalan terlalu jauh sampai dia lupa jalan untuk pulang.

"Astaga, yaudah nanti pulangnya aku antar ya!" Tawar David lembut. Jangan terkejut dengan sikap David dan begitu baik dan hangat. Kebaikan David itu sama persis dengan Raka. Mereka memiliki banyak kesamaan, mulai dari bentuk wajah hingga sikap dan kecerdasan mereka.

David siap membantu siapapun yang membutuhkan pertolongan, tapi sebelum itu sebuah ide konyol sekaligus menguntungkannya muncul dibenak David.

"Kamu temenin aku dulu yuk!" Ajak David sedikit memaksa. Manusia bergender laki-laki yang memiliki postur tubuh tinggi proposional itu langsung menggandeng tangan Nadira yang mungil dan mengajaknya pergi ke Mini Market.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nadira Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang