"Pagi," sapa Rizal. Sayangnya hanya Gerry yang menyahut, sementara David yang duduk di depan Gerry terus melamun sambil tersenyum.
"WOY GILA LO?!" sentak Rizal sambil menepuk pundak David. Bukan hanya David, Gerry dan dirinya sendiri pun berhasil dibuat terkejut karena tangan Gerry reflek memukul punggung Rizal dengan keras.
"Ishh, sakit pe'a ... Reflek lo kaya cewek," ringis Rizal sambil mengelus punggungnya yang terasa perih.
"Sorry sorry nggak sengaja, untung gue nggak jantungan," ujar Gerry sambil ikut mengelus punggung Rizal, karna memang ia akui pukulannya tadi sangat keras.
"WOY LO BERDUA! PACARAN MULU, ISTIGHFAR WOY ISTIGHFAR," seru Ellen sambil menggebrak pintu kelas, membuat Gerry lagi-lagi menepuk punggung Rizal kencang.
"Anjir lo," kesal Rizal sambil menendang kaki Gerry kencang. Sedangkan David hanya tertawa melihat teman-temannya.
"Ketawa lo kunyuk," ujar Rizal sambil menonyol kepala David yang duduk dikursi depannya.
"Heh ... yang ketawa bukan cuma gue Njir," keluh David kesal. Tangannya berusaha menjambak rambut Rizal yang hampir gondrong, tapi refleks Rizal langsung menjauhkan tubuhnya.
"Njir lo Ger, kaya cewek lo dikit-dilit mukul," tawa Ellen pecah seketika, dibenaknya mesih terlihat jelas raut wajah Gerry yang terkejut, menurutnya itu benar-benar lucu.
"Hehe, Maapin yah Zal, sumpah gue reflek," cengir Gerry.
Mereka berempat sudah menjadi kawan karib sejak awal masuk SMA Jaya. Setalah Masa Orientasi Siswa selesai, mereka di satukan dalam kelas yang sama. Karena tingkah konyol mereka dan selera humor mereka perempat yang bisa di bilang sangat tinggi membuat mereka mudah menjadi teman dekat.
^^^
David baru saja keluar dari ruang OSIS yang kemarin ia gunakan untuk rapat bersama dengan teman sesama OSIS lain. Tapi kali ini bukan karena akan mengadakan rapat lagi atau baru saja menyelesaikan rapat, David datang lagi ke ruangan itu karena ada laporan yang perlu ia ambil.
Masih ada beberapa anak yang berkeliaran di sekitar SMA, yang artinya dia tidak pulang terlalu telat seperti kemarin. Setelah menyimpan laporan yang baru saja ia ambil ke dalam ransel, David segera bergegas pergi keluar SMA. Lagi-lagi tanpa motor kesayangannya, motor David belum selesai di perbaiki.
Sebelum mengambil Smartphone di saku celananya untuk memesan Ojek Online seperti kemarin, David melihat gadis yang kemarin ia temui. Gadis itu terlihat kesulitan saat hendak menyeberang jalan, semua kendaran melaju dengan kencang tanpa ada yang peduli kalau ada seorang gadis yang ingin menyeberang.
"HEI!" sapa David sambil berteriak dan berjalan melangkah mendekati gadis itu. David sedikit berlari agar lekas dekat dengan posisi berdinya."Eh, hai kak," jawabnya sambil menatap David sekilas kemudian kembali menoleh ke kanan dan ke kiri mengawasi apakah ada kendaraan yang melaju kencang atau tidak.
"Biar aku bantu," ucap David lugas. Belum sempat gadis itu menjawab apa pun, David lebih dulu merangkul bahu gadis di sampingnya itu kemudian membantunya menyeberangi jalanan yang ramai. Seakan David adalah pahlawan baginya, David mendekap gadis itu dengan lembut seolah-olah memberi isyarat pada siapapun kalau jangan ada yang melukainya.
"Kamu mau kenapa?" Tanya David setelah mereka sampai di tepi jalan yang lain.
"Aku mau ke toko bunga kak," jawabnya lembut. David hanya manggut-manggut setelah mendengar jawabannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadira
Mystery / ThrillerTiada satupun makhluk menginginkan sebuah cinta yang berujung luka, lebih baik sendiri dalam sepi dari pada harus jatuh cinta di awal duka. Namun akhir kisah adalah hal yang semu, selain mengikuti alur manusia hanya bisa berpasrah pada semesta. Itul...