Chapter 3 : Mari Bicara

1.7K 168 3
                                    

Sepulang dari rumah Sakura, Sasuke langsung pulang kerumahnya dan mengurung diri di kamar. Kondisi Sakura yang terlihat kesakitan membuatnya merasa bersalah. Seandainya dia kemarin menolak, mungkin dia bisa melihat senyum cerah gadis itu hari ini. Walau senyum itu tidak tertuju padanya.

Kemarin dia benar-benar membiarkan egonya dan ego orang-orang dewasa disekelilingnya menang dan akhirnya mengorbankan perasaan Sakura serta sedikit perasaannya. Melihat Sakura sakit adalah hal buruk baginya. Tapi melihat Sakura benar-benar jauh darinya adalah hal yang jauh lebih buruk.

Dengan pandangan yang terus tertuju pada langit-langit kamarnya yang tinggi, pikiran Sasuke kembali tertuju pada Sakura. Wajah pucat gadis itu terus terbayang dibenaknya. Sakura sedang sakit dan kemungkinan besar dia adalah salah satu penyebabnya.

Sasuke berguling kesisi kanan tempat tidurnya. Tatapannya kini jatuh ke foto masa kecilnya dengan Sakura dan Naruto. Sekolah Dasar kelas 6, 3 hari sebelum lulus. Saat dimana Naruto sangat getol menyatakan cinta monyetnya pada Sakura sedangkan dia mati-matian menahan diri dan bersikap acuh seperti biasa. Sakura akan malu-malu menolak Naruto walaupun sahabatnya itu akan terus-menerus mengungkapkan perasaannya. "Tidak boleh Naruto... kata ibuku kita masih kecil.'' Ucap Sakura sambil tersenyum kecil. Manis dan cantik sekali. Sakura selalu mengingatkannya pada buah ceri atau strawberi serta bunga sakura disaat bersamaan. 

Ingatan masa kecilnya itu membangkitkan beragam rasa nostalgia di hati Sasuke. Dia, Sakura, dan Naruto. Selalu bersama kemanapun sampai memasuki masa SMP, Naruto masih menyatakan perasaannya pada Sakura tapi kini tidak seintens dulu. Pemuda pirang itu sudah mulai mengarahkan pandangannya kearah gadis-gadis lain selain Sakura mereka yang semakin dewasa semakin cantik.

Sedangkan Sasuke masih tetap sama. Pandangannya hanya tertuju pada Sakura. Mengekori gadis itu kemanapun dia berada. Lalu kenapa semuanya jadi rusak? Hubungan Naruto dan Sakura hingga saat ini baik-baik saja. Bahkan Sakura diam-diam memilih SMA yang sama dengan Naruto dan melupakan janji mereka.

Naruto masih tetap diundang diacara perayaan kecil-kecilan ulangtahun Sakura yang diadakan di sebuah kafe milik Sasori, sepupu Sakura. Jika Naruto tidak memberitahunya, tidak mungkin Sasuke tahu. Tatapan Sakura saat melihat kehadirannya saat itu begitu menusuk. Gadis itu seakan-akan mengusirnya dalam diam. Malam itu mereka tidak bertegur sapa sama sekali. Bahkan kado yang sudah disiapkannya untuk Sakura tidak bisa diberikannya.

"Apa Sakura tidak bisa mengatakan apa yang salah diantara kami?" Ucapnya sambil mendengus kesal. Memikirkan Sakura tidak akan pernah ada habisnya. Terlalu sulit dan selalu membuatnya terjebak.

Suara pintu yang diketuk adalah yang menyelamatkan Sasuke dari pikirannya sendiri. "Hei adik kecil, ayo turun kebawah. Istriku memasak sup tomat kesukaanmu." Ajak Itachi yang dengan tidak tahu malu masuk tanpa disuruh kedalam kamar Sasuke.

Sasuke memandang kakaknya sengit. "Jangan memandangku seperti itu. Cepat turun!" Perintah Itachi dengan tangan bersidekap didepan dada.

"Hmm... biar aku tebak, masih tentang Sakura kan? Berbicaralah dengan baik padanya adik kecilku." Tidak perlu menunggu tanggapan apa-apa dari adiknya, laki-laki yang berbeda beberapa tahun dari Sasuke itu keluar begitu saja tanpa menutup pintu.

Ucapan kakaknya membuat Sasuke berpikir. Apa selama ini dia pernah mengajak Sakura berbicara dengan baik tentang rusaknya hubungan mereka? Sejauh ini yang bisa dia ingat hanya dia yang mencoba mengajak Sakura bicara tanpa pernah menanyakan ada apa diantara mereka.

***

Naruto datang bersama Ino dan Hinata sekitar pukul delapan malam. Mereka datang dengan membawa buah-buahan dan sebuket bunga dengan ucapan "Semoga lekas sembuh!" yang ditulis dengan sangat tidak rapi. Sakura bisa tahu itu pasti tulisan Naruto. Masih jelek seperti cakar ayam.

Paper Ring ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang