Musim dingin sudah mulai tiba. Kemarin diperjalanan pulang sekolah Sakura sudah melihat salju pertama jatuh. Walaupun jumlahnya masih sedikit, tapi benda putih itu berhasil membuat hatinya sedikit bahagia.
Dan hari ini bukan hari yang terlalu baik untuknya. Sebentar lagi dia akan lulus sekolah namun belum juga menentukan pilihan akan lanjut ke universitas mana. Guru pembimbingnya sudah berkali-kali menanyakannya. Dia sudah dua hari ini menunda jadwal konsultasinya.
Ayahnya yang merupakan salah satu pengusaha restoran dan hotel ternama di Jepang menyarankannya untuk mengambil sekolah bisnis. Tapi Sakura tahu dia tidak menyukai itu.
Dia masih ragu dengan apa yang sebenarnya ingin dia lakukan. Umurnya masih muda. Sepertinya belum saatnya untuk memikirkan masa depan seperti apa yang diinginkannya. Tapi sahabatnya bilang saat dia berkeluh kesah tadi, kalau usia 17 tahun sudah tidak lagi tergolong muda. Itu adalah usia mendekati dewasa. Sudah sepantasnya Sakura tahu apa yang dia benar-benar ingin lakukan nanti.
Duduk termenung di halte bis sendirian membuatnya kesal. Otaknya berputar-putar mencari tahu apa yang sebenarnya ingin dia lakukan. Belum lagi dia jengkel pada bis yang terlambat dari jadwal biasanya. Kalau sudah begini sebaiknya dia dijemput saja oleh salah satu supir dirumahnya. Lagipula Ino dan Hinata hari ini tidak bisa pulang bersamanya.
Keluarga Yamanaka mengadakan acara pembukaan cabang toko bunga mereka di kota sebelah sedangkan Hinata sibuk dengan acara keluarga Hyuuga yang terlalu kental dengan adat. Jadilah Sakura disini sendirian sekarang.
Baru saja dia akan menelpon meminta untuk dijemput, bis akhirnya datang juga. Dia mendengus kesal begitu melihat bis yang penuh sesak. Terlalu banyak orang didalam tidak seperti biasanya. Dia seketika kehilangan keinginan untuk pulang dengan bis. Jadi, sebelum bis kembali melaju dia cepat-cepat turun.
"Kenapa turun?" Suara itu menyentak Sakura. Dia sudah tahu siapa pemilik suara menyebalkan itu jadi dia enggan mengangkat kepala untuk melihat orang yang tengah berdiri disampingnya.
"Kau mengacuhkanku lagi. Aku bicara dengan sangat baik padamu"
Akhirnya Sakura mengangkat kepalanya. Dia mendelik kesal. "Bisnya penuh. Sekarang tolong jangan ajak aku bicara." Dia kembali duduk disalah satu bangku yang kosong. Orang itu mengikutinya.
"Kau kenapa disini?" Tanya Sakura risih. Uchiha Sasuke selalu membuatnya kesal tiap kali pria tampan itu berada didekatnya.
"Memangnya hanya kau saja yang ingin pulang." Jawab Sasuke. Dia duduk tepat disamping Sakura dan menyandarkan tubuhnya pada dinding halte lalu memejamkan matanya. "Bangunkan aku kalau bisnya datang!" Perintahnya pada Sakura.
Sakura menyipitkan matanya kesal. Kenapa juga laki-laki ini seenaknya memerintah dirinya seakan-akan Sakura adalah seorang pesuruh. Tidak mau mengacuhkan Sasuke, gadis itu sibuk dengan handphonenya.
"Aku tidak jadi pulang dengan bis." Ucap Sakura jengkel. Cepat-cepat dia menelpon nomor supir pribadinya untuk minta dijemput.
"Kalau begitu aku pulang denganmu."
Sakura menghentikan aktivitasnya. Dia menyipitkan kedua matanya jengah. Apa yang sebenarnya terjadi pada Sasuke hari ini? Setahunya si Uchiha sialan ini tidak pernah pulang dengan bis. Sasuke selalu dijemput oleh supir keluarganya atau pulang bersama teman-temannya.
"Aku sedang tidak ingin berdebat denganmu Uchiha."
"Kalau begitu jangan berdebat. Aku ikut pulang denganmu. Lagi pula rumah kita satu arah" ucap Sasuke santai dengan mata yang masih terpejam. Laki-laki itu tahu bahwa kini pasti Sakura tengah menatapnya kesal dan itu membuatnya senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Ring ✔
RomancePDF Tersedia (23 Chapters + Epilog + 2 Extra Chapters) Disclaimer : Semua karakter milik Masashi Kishimoto. Cerita yang ada milik penulis. Haruno Sakura tahu betul kenapa dia harus menjalani pernikahan diusia belia dengan seorang Uchiha Sasuke. Sem...