Sinar matahari masuk melewati celah jendela mobil yang tidak sepenuhnya ditutup. Sakura duduk menyandarkan kepalanya pada kaca dengan tatapan malas menatap layar ponselnya.
Ino mengiriminya pesan menanyakan keberadaannya. Masih terlalu pagi dan gadis pirang itu sudah sibuk dengan urusannya. Sakura tahu maksud perhatian Ino. Sahabatnya itu belum puas dengan bahasan mereka semalam mengenai pertunangannya dengan Sasuke.
Berbeda dengan Hinata yang walaupun penasaran masih bisa menahan diri untuk tidak bersikap berlebihan, Ino justru sebaliknya. Dia terlalu menggebu-gebu dan selalu ingin tahu semuanya secara rinci. Cerita Sakura kemarin malam tidak cukup memenuhi semua rasa ingin tahunya.
Malas membalas pesan Ino, Sakura lebih memilih memfokuskan pikiran dan pendengarannya pada siaran berita yang tengah diputar oleh stasiun radio. Seorang pejabat pemerintah kembali tertangkap karena kasus korupsi, seorang aktor terjerat kasus narkoba dan pelecehan seksual, harga pasar saham kembali mengalami penurunan, sampai berita tidak penting seputar perceraian seorang politikus muda dengan istrinya yang berprofesi sebagai model.
Sakura memutar bola matanya malas dan mendengus kesal. "Berita terakhir memang menyebalkan Nona, saya juga risih." Seakan bisa membaca pikiran Sakura, sopirnya yang dari tadi diam saja sambil menjalankan mobil angkat bicara. Dia melirik sekilas pada Sakura melalui spion tengah dan tersenyum.
"Orang-orang gampang sekali berpisah ya Yamato-san" Keluh Sakura. Sebenarnya dia tidak terlalu peduli dengan hal remeh seperti perceraian publik figur, tapi karena pemberitaan sejenis ini sudah terlalu sering dia temukan maka Sakura tidak bisa untuk tidak berpendapat.
"Mereka menikah karena tidak saling mencintai Nona. Yang saling mencintai saja bisa dengan mudah berpisah, apalagi yang tidak." Jawab Yamato santai dengan suara tenang seperti biasa namun justru membuat Sakura terdiam.
Perutnya seketika terasa tidak enak. Seperti ada bongkahan kerikil yang memenuhi lambungnya. Dia cemas seketika. Bayangan pernikahannya dengan Sasuke yang akan akan kandas dalam waktu singkat membuatnya takut.
Ucapan Yamato ada benarnya. Tidak salah sama sekali malah. Walaupun tidak semua seperti itu. Tapi, hal itu benar-benar mempengaruhinya.
Belum apa-apa dia sudah membayangkan dirinya menjadi seorang janda dalam usia belasan tahun jika pernikahannya dengan Sasuke nanti tidak berhasil. Apa jadinya hidupnya nanti?
Kalut dengan pikirannya sendiri, Sakura sudah tidak menyahut lagi tiap kali Yamato mengajaknya berbicara. Dia hanya sesekali menganggukkan kepalanya yang dia harap dapat dilihat oleh Yamato dari kaca spion. Bentuk reaksinya pada tiap ucapan Yamato sekaligus menunjukkan sikap hormatnya. Tidak baik mengabaikan orang lain, pikirnya.
Baru kali ini perjalanan ke sekolah terasa begitu panjang. Belum lagi pergolakan dalam perutnya yang menuntutnya untuk segera menenangkan diri. Sayangnya, hal itu sepertinya mustahil. Terutama ketika dia menyadari bahwa kedua telapak tangannya sudah mulai berair, mobilnya yang sudah memasuki tempat drop siswa, dan sosok Sasuke yang berdiri bersandar pada salah satu tiang gedung sekolah. Terlihat sedang menunggu seseorang dengan tatapan kesal. Semoga saja orang yang Sasuke tunggu bukan dirinya. Karena pikiran dan perutnya sedang tidak bisa diajak berkompromi sekarang.
"Nona, kita sudah sampai." Shit! Ucapan Yamoto menariknya ke realita. Dia tidak bisa berlari kemana-mana lagi karena sosok Sasuke benar-benar melangkah kearah mobilnya.
Apalagi sih maunya? batin Sakura cemas.
***
Sasuke melihat mobil Sakura mulai memasuki wilayah drop siswa. Dengan langkah dan wajah yang dibuat-buat kesal namun tetap mecoba terlihat cool, dia berjalan ke arah mobil berwarna putih tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Ring ✔
RomancePDF Tersedia (23 Chapters + Epilog + 2 Extra Chapters) Disclaimer : Semua karakter milik Masashi Kishimoto. Cerita yang ada milik penulis. Haruno Sakura tahu betul kenapa dia harus menjalani pernikahan diusia belia dengan seorang Uchiha Sasuke. Sem...