Sampai saat keluarga Uchiha pulang, Sakura masih bisa bersikap tenang dan menjaga lisannya walau hatinya memberontak dengan kuat. Ketidaksinkronan antara pikiran, hati, dan sikapnya membuat dia merasa tertekan sepanjang sisa malam yang tersisa bersama keluarga Uchiha. Tatapan menusuk Sasuke yang tadi sore dia rasa baik-baik saja padanya kini begitu menakutkan.
Dia berdiri disamping ibunya ketika seluruh Uchiha telah masuk kedalam mobil dan melambai kaku menatap kepergian mereka. Begitu mobil hitam tersebut sudah tidak lagi terlihat, Sakura langsung berbalik dan berlari masuk kekamarnya lalu membanting pintu dengan keras. Cukup sudah dia menahan diri dan berperan menjadi anak baik tadi. Lebih tepatnya lagi di sama sekali tidak sedang memaikan peran. Dia hanya terjebak dalam versi dari dirinya yang lain. Versi bodoh dari seorang Haruno Sakura yang sempurna.
Dia melempar tubuhnya keatas kasur dan menenggelamkan wajahnya pada bantal. Tangisnya pecah yang untung saja teredam oleh bantal yang kini sudah basah oleh air mata.
Tanpa berpikir panjang lagi, Sakura melempar cincin pertunangannya dengan Sasuke kesembarang tempat. Dia bahkan tidak peduli jika cincin itu hilang.
Tak lama ibu dan ayahnya muncul dari balik pintu. Tampak khawatir padanya. "Sakura, kau baik-baik saja nak?" Tanya Mebuki yang sudah duduk disamping tubuhnya. Wanita itu bisa mendengar isak tangis dari anak gadisnya.
"Kenapa kau menangis?" Kizashi tanpa basa-basi langsung melontarkan pertanyaan begitu saja. Suaranya terdengar tegas namun lembut disaat bersamaan.
Sakura bangkit dari posisinya. Dia menatap kedua orangtuanya dengan tatapan menyedihkan. Air mata telah membasahi seluruh wajahnya dan keringat meluncur deras dari dahinya. Rambut merah mudanya bahkan terlihat berantakan. Basah oleh keringat dan beberapa helainya menempel pada wajahnya yang basah dan lengket.
"Aku mohon ayah batalkan pertunangan ini." Mohonnya sambil terisak. Kedua orangtuanya menatapnya terkejut. Rasanya baru beberapa detik yang lalu Sakura terlihat baik-baik saja. Putri tunggal mereka itu bahkan tidak mengatakan apa-apa yang menentang rencana mereka.
"Ada apa denganmu? Kau aneh sekali bisa berubah pikiran dalam waktu sesingkat itu." Tanya Kizashi lagi sedangkan Mebuki memilih untuk menenangkan Sakura yang masih sesenggukan.
Sakura menggelengkan kepalanya. Dia ingin menjawab ucapan ayahnya namun tenaganya seperti hilang dan keberaniannya seperti telah tenggelam.
"Tidak bisa dan tidak akan pernah dibatalkan. Kau harus menerimanya dan menjalaninya!" Karena tidak kunjung mendapatkan jawaban dari putrinya, akhirnya Kizashi membulatkan keputusannya sepihak.
Dia lalu menarik istrinya untuk keluar dari kamar Sakura. Mereka mencoba memberi gadis itu waktu untuk sendiri. Waktu untuk menerima bahwa ini semua adalah takdir yang harus diterimanya. Suka ataupun tidak.
Begitu pintu ditutup dan langkah kaki kedua orangtuanya tidak terdengar lagi, Sakura masih tetap pada posisinya. Dia masih menangis dan merutuki nasibnya dalam hati.
Lelah menangis, Sakura akhirnya tertidur. Dia bahkan tidak mengganti bajunya dan membersihkan wajahnya. Dia hanya benar-benar lelah dan membutuhkan pelarian. Berlari ketempat dimana tidak ada rencana perjodohan dalam hidupnya.
***
Sasuke memutar-mutar cincin ditangannya. Malam ini semua berjalan begitu saja. Terlalu cepat dimatanya. Dia tahu bahwa Sakura pasti kini semakin membencinya. Tapi dia merasa gadis itu juga bersalah karena sepanjang acara justru diam saja.
Sasuke sendiri ingin menolak karena tidak ingin membuat Sakura semakin menjauh dan membencinya. Dia ingin melawan semua orang dewasa yang ada saat itu tapi diurungkannya karena melihat raut wajah bahagia orangtuanya. Terutama ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Ring ✔
RomancePDF Tersedia (23 Chapters + Epilog + 2 Extra Chapters) Disclaimer : Semua karakter milik Masashi Kishimoto. Cerita yang ada milik penulis. Haruno Sakura tahu betul kenapa dia harus menjalani pernikahan diusia belia dengan seorang Uchiha Sasuke. Sem...