12|| nyaman

64 13 5
                                    

Manda pergi ke ruang IPA dan Manda terkejut melihat Daffa. what? Daffa sama Clarissa berdua? Apakah harus mereka berdua di tempat umum seperti ini. Manda yang melihat Daffa sedang berduaan dengan Clara langsung pergi dari tempat itu. Berlari sekencang mungkin. Air mata Manda kini perlahan demi perlahan pun menetes. Manda pun menghentikan langkahnya itu di belakang sekolah. Ia mulai menenangkan hatinya lalu segera menghapus air mata yang menetes di pipi nya itu. Diandra yang melihat seseorang yang tak asing baginya itu langsung menghampiri Manda.

"Ehh Manda,Lo kenapa?". Tanya Diandra

"Oh gapapa kok ndra." Sambil menghapus air matanya yang ada disekitar pinggir matanya itu.

"Oh gua tau ni,pasti gara gara tile kan. Mana si tile nya mau gua samperin karena bikin Lo nangis." Diandra hampir saja pergi tapi ditahan oleh manda.

"Jangan ndra,gua gapapa kok. Oiya tolong kasih ini ya buat daffa. Bilang atas terimakasih manda yang kemaren." Ucap Manda sambil mengasih yang tadi ada ditangannya itu.

"Man lu bener bener baik banget. Disaat lu disakitin masih aja lu bertahan untuk suka sama si tile. Lagian lu juga cakep, kok mau ya sama tile yang kini mencintai orang lain. Aneh deh lu."

"Ckk, bagi Manda tile itu penyemangat Manda ke sekolah. Yaudah Manda mau ke kelas dulu ya. Itu kasih ke tile jangan lupa dan bilang makasih juga."

Sesampainya di kelas Manda berbaringkan tangannya di atas meja. Melihat buku diary nya itu disampingnya lalu ia berpikir untuk menulis agar hatinya bisa lebih tenang.

cintaku padamu kini penuh dengan tanda tanya.

apakah aku pantas bersama mu? mengapa aku bisa mencintai mu? apakah kamu tau perasaan ku?

pertanyaan itu terus berputar-putar di otakku, tidak berhenti. menanyakan sebuah pertanyaan dan sangat sulit menemukan jawabannya.

perasaanku kini terombang ambing bagaikan air laut, pasang surut akan selalu ada. namun air laut tidak pernah berubah rasa.

Manda

***

"Apa nih?". Tanya tile pada Diandra.

"Dari Manda tuh." Diandra pun berdiri berhadap hadapan dengan Daffa "Lo bisa gak sih hargain perasaan cewek. Hati lu udah mati?. Bisa bisanya Manda yang sebaik itu lu sia siain.

"Emang gua salah?." Tanya Daffa yang memikirkan itu bukan kesalahan dia.

"Bego. Kalo gabisa mencintai seenggaknya lu bisa ngehargain."

Daffa menaikkan alisnya "gitu doang diperpanjang?."

"Au ah gua ngomong lu kayak ngomong Ama tembok. Tuh makan seenggaknya lu ngehargain dia. Oiya dia juga bilang makasih atas kemaren. Emang kemaren lu ngapain sama Manda?."

"Harus gitu gua ceritain ke Lo?."

"Harus! Buru ceritain."

"Kemaren Manda di bawa sama Arsya. Trus di kasarin tuh anak. Pas gua mau minta maaf kemaren."

"Anj Arsya? Pantesan Manda waktu itu ketakutan. Trus?."

"Ya gua tolongin. Gua anterin Ampe rumah. Gua juga udah minta maaf kok ke dia. Jadi sampe sini lu masih milih gua atau Arsya? Lu milih yang gak kasar tapi mencintai yang lain apa yang kasar? Masih mending gua gak kasar sama tuh anak."

Dream boyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang