5. Pertemuan

5.1K 270 5
                                    

"Boleh duduk disini?" Ulang lelaki itu.

Judith mengedip-ngedipkan matanya, setelah itu mengangguk memperbolehkan.

Lelaki itu segera mengambil tempat di samping Judith dan membuat wajahnya sejajar dengan Judith kini. "Kamu anak baru ya disini?" Ia menelengkan kepalanya.

"Iya. Namaku Judith. Kamu?" Jawab Judith.

"Mawar. Sebut saja Mawar," candanya yang dibalas tawaan renyah Judith. "Namaku Narendra Abimanyu."

"Pasti panggilannya Manyun ya," ceplos Judith asal.

Rendra tampak gemas dengan gadis di sebelahnya, "Abimanyu nama Ayahku, dooohh. Panggilanku mah Rendra."

"Nama kamu siapa tadi? Yudith?" Tanya Rendra.

Mata Judith membelalak. Dulu ketika kecil Kiki selalu memanggilnya dengan sebutan 'Yudith'. Hanya Kiki.

"Ju-Judith yang bener," koreksi Judith. Dia tidak mau terbawa suasana flashback hanya karena panggilan itu.

Akhirnya mereka berbincang-bincang kecil hingga keduanya berpisah pulang.

*

"Judith, kamu sudah pulang?" Judith mengiyakan menjawab pertanyaan Tante Hanifah yang sepertinya juga baru pulang kerja.

"Kiki sudah pulang, Tante?" Judith mendekati Tante Hanifah yang sedang menonton tv tanpa mengganti seragam kantornya.

Tante Hanifah menoleh ke arah Judith yang duduk di dekatnya, "Dia sih pulang tengah malem juga gak papa soalnya bawa kunci rumah cadangan."

Baru saja dibicarakan, orangnya muncul. Kiki menutup pintu dan melihat dua perempuan yang juga sedang memerhatikannya.

"Assalamu'alaikum," Kiki memberi salam kemudian pergi menuju kamarnya.

Setelah menjawab salam Kiki, Tante Hanifah kembali buka suara, "Oh ya, seragam sekolah kamu udah ada di kamar. Sana coba dipake." Judith berterimakasih lalu pamit menuju kamarnya sendiri.

Di kamar, ia melihat satu setel baju seragam yang tertidur cantik di kasurnya. Baju itu terdiri dari kemeja putih dengan rok biru langit kotak-kotak dan dasi senada. Ada juga jas almamater yang tertempel pin namanya. Sebelum mencoba seragam itu, dia memilih untuk mandi sore terlebih dulu.

Seusai mandi dia langsung mencobanya dan berkaca. Berputar-putar untuk melihat pantulan dirinya. Di meja rias terdapat sebuah kotak yang sepertinya disiapkan Tante Hanifah. Isinya aksesoris-aksesoris manis nan imut. Dia mengurai rambut panjangnya dan menempatkan jepitan manis di sisi kiri. Kembali lagi dia berkaca memerhatikan penampilannya.

Tepat saat itu Kiki membuka pintu kamarnya. Suasana hening. Mereka hanya saling menatap dalam kecanggungan.

Tante Hanifah muncul di tengah-tengah mereka dan memecahkan keheningan. Dia memuji penampilan Judith yang terlihat sangat manis hingga membuat Kiki salah tingkah. Mendengar itu Kiki hanya melengos.

"Mm, Judith. Apa kamu gak bosen di rumah terus? Coba deh malem ini sebelum besok sekolah kamu jalan-jalan dulu sama Kiki." Ujar Tante Hanifah. Wajah Kiki tetap saja datar, berbeda dengan Judith yang sudah terkaget-kaget. Sampai-sampai dia menunjuk dirinya dan Kiki bergantian. Seakan tidak percaya dia harus menghabiskan waktu berdua hanya dengan Pangeran Frozen. Bisa-bisa saat pulang nanti dia jadi bongkahan es batu.

*

"Pake nih," Kiki memberikan helm penumpang pada Judith -yang sudah ganti baju-, sementara dia juga mengenakan helmnya. Helm itu kedodoran di kepala Judith, hingga menutupi matanya. Sebelum naik motor dia melambaikan tangannya ke arah Tante Hanifah sambil sesekali mengangkat helmnya agar tak menutupi pandangan.

Best BadBoy EverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang