15. Lost

4.3K 248 25
                                    

'Judith' terbangun. Bukan. Bukan terbangun dari mimpi buruk. Melainkan terbangun di alam lain. Terbangun hanya dalam bentuk roh.

Dilihat tubuhnya terbujur kaku di kasur rumah sakit dan ada ada beberapa perban di badannya.

Brak. Pintu kamar terbuka. Papah, mamah dan Satria berhamburan mendekati raganya. Mereka terisak-isak. Mamah bahkan sudah histeris dan hampir pingsan.

Satria menggenggam erat tangan Judith dan menciuminya beberapa kali, "Dith. Ayo bangun. Blo'on. Ayo bangun...."

Tak berapa lama tante Hanifah juga masuk ke kamar tersebut bersama Kiki yang hanya luka ringan. Tante Hanifah juga sudah berlinang air mata. Hanya Kiki yang dingin seperti biasa.

Kiki berlalu meninggalkan ruangan itu tanpa tau 'Judith' mengikutinya di belakang. Mereka berjalan melewati koridor rumah sakit dan tak sengaja bertemu Mba Kimi.

Mba Kimi menunjuk belakang Kiki dan berseru, "Judith?!"

'Judith' menoleh dan bertatapan dengan mba Kimi. Ia pun baru tau bahwa mba Kimi punya indra keenam.

Kiki menengok ke belakang dan melihat mba Kimi dengan wajah heran. Tapi ia meneruskan jalannya kembali. 'Judith' juga meneruskan terbangnya mengikuti Kiki.

Kiki terduduk diam di bangku taman rumah sakit.

'Judith' berdiri di hadapannya dan menatap sendu. Ia mencoba menyentuh Kiki namun tentu saja gagal karena dia tembus pandang.

Kiki mengambil ponsel dari sakunya dan melihat beberapa missed call dari Sherin. Dia menelpon balik dan raut wajahnya berubah sangat cerah, tidak dingin lagi.

"Aku liat di tv ada bis kecelakaan. Itu bis kamu bukan?" Tanya Sherin dari seberang. Suaranya memang sangat manis walaupun dengan nada cemas.

"Iya. Tapi aku gak papa kok. Cuma luka ringan," jawab Kiki menenangkan.

"Hah? Terus dia gimana???"

"Tidur," balas Kiki sok tau, padahal orang yang mereka bicarakan sedang koma bukan hanya tidur. Dan arwahnya pun sekarang ada di hadapannya. "Udahlah. Gak usah bahas dia lagi," sambung Kiki.

'Judith' hanya menatap sendu.

Tiga minggu kemudian mata Judith terbuka lebar. Ia tersadar. Ayah, ibu serta Satria langsung heboh memanggil dokter.

Judith berusaha mendudukan dirinya dibantu Satria. Dia memegangi kepalanya yang sangat sakit.

"Judith, lo gak papa?" Tanya Satria.

"Siapa ya?" Tanya Judith balik dan membuat seisi ruangan hening dan tercengang mendengarnya.

Satria menundukan kepalanya lemas, "gue abang lo. Satria. Kesatria baja hitam."

"Ini mamah, nak. Masa kamu gak ingat sama mamah?"

"Ini juga papah. Jangan bilang kamu ngelupain kita semua!??" Sambung papahnya.

Kini Judith yang terdiam. "Abang, mamah, papah." Dia mengurutkan mereka bertiga. Namun kemudian kepalanya terasa sakit lagi.

Mamah, papah dan Satria saling berpandangan. Pasrah. Mungkin mereka harus memulainya dari awal lagi.

*

Tahun ajaran baru pun dimulai. Judith sudah kembali ke sekolah seperti biasa. Mulai sekarang dia tinggal di kost putri yang sebenarnya lumayan jauh dari sekolah, dan pulang pergi menggunakan bus.

Dia jalan menunduk. Menatap langkah kakinya. Orang tuanya bilang dia kehilangan ingatannya, tapi dengan kembali ke sekolah yang sama mungkin itu bisa memulihkan ingatannya. Tapi dia bertanya-tanya dimana sebelumnya dia tinggal? Saat mengantar ke tempat kost, keluarganya bilang itu tempat tinggal barunya.

Best BadBoy EverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang