⭐Bagian 8⭐

1.3K 142 6
                                    

Mobil yang di kemudikan Pak Wadiman telah sampai di depan pekarangan rumah Syifa.

"Ini Mbak rumah nya?" tanya Pak Wadiman takut salah memberhentikan mobil.

"Iya Pak, ini rumah saya. Bapak mau turun sekalian?"

"Eh ngga usah Mbak. Nanti katanya Tuan mau ngejemput sendiri."

"Oh yaudah, saya turun ya Pak sama Kila. Sayang, pamit dulu sama Pak Wadiman." ujar Syifa seraya menyuruh Kila yang asik dengan iPad di tangannya.

"Aku turun dulu ya Pak Iman. Bapak hati hati di jalan."

"Siap Non."

Kila menyerahkan iPad yang dia pegang kepada Syifa, dan berusaha keluar dari mobil sendiri.

"Bye Pak Iman."

Pak Wadiman membalas dengan membunyikan klakson mobilnya.

"Yuk sayang masuk." Syifa langsung menggandeng tangan kecil itu. Untungnya dia sudah memasukan iPad anak itu ke dalam tasnya. Dia seperti Ibu ibu yang habis belanja bulanan. Tangan kanan yang menggandeng anaknya dan tangan kiri yang menenteng plastik swalayan.

Sebelum tiba di pintu masuk saja sudah terdengar riuh dari dalam rumah, sepertinya dua keponakan kembarnya sedang berkunjung ke rumahnya.

"Assalamu'alaikum." salam Syifa ke dalam rumah.

Di ruang tamu ada Ayahnya si kembar dan jangan lupakan wajah Kakaknya yang sudah tidak bisa di jabarkan lagi. Mata melotot ketika melihatnya menggandeng tangan anak kecil. Bahkan si kembar juga ikut diam ketika melihat ke arahnya.

Syifa menunjukkan senyum manisnya ke arah Abang ipar dan Kakaknya.

"Hay, Ante dateng kok ngga di peluk?"

Kedua keponakannya langsung menubruknya, "Ante..."

"Onti..." cicit Kila. Syifa tidak sadar jika pegangan tangannya terlepas dengan anak itu. Dan sekarang Kila memanggilnya seraya menarik samping bajunya.

"Eh iya, Ante lupa. Kenalin, ini namanya Dina." tunjuk Syifa ke arah keponakan perempuannya, "Dan yang ini Dino." sekarang gantian Syifa menujuk ke arah keponakannya yang cowo.

"Dina,"

"Dino,"

Awalnya Kila bersembunyi di balik Syifa, dia takut berkenalan dengan orang baru. Maklum saja, dia jarang sekali berbaur dengan lingkungannya. Faktor utama, tidak ada yang menemaninya untuk berbaur, tidak mungkin Papahnya mengawasinya 24 jam. Bahkan jika weekend hanya mereka habisnya berdua saja tanpa berbaur kepada tetangganya.

Syifa membalikan badannya, mensejajarkan tingginya dengan Kila, "Sayang, mereka ini keponakan Onti. Mereka seumuran sama kamu. Mereka baik kok." ujar Syifa memberikan pengertian.

Perlahan Kila mengintip ke arah Dina dan Dino, dan untungnya kedua keponakan Syifa mudah berbaur dengan anak seumuran mereka.

"Hay Kila, aku Dina. Yuk main sama aku." Dina menjulurkan tangannya ke arah Kila.

Kila menoleh sebentar ke arah Syifa. Syifa menganggukan kepalanya sebagai jawaban. Dengan keberaniannya, Kila menerima uluran tangan Dina. Ternyata keponakannya itu mengajak Kila ke tempat area bermain mereka yang memang di sediakan Bapaknya Syifa untuk kedua cucunya.

"Dek," panggil Lisa.

Syifa yang sudah mau naik tangga, diam sejenak mendengar panggilan Kakaknya. Dia memejamkan matanya sejenak, dari nada panggilan saja Syifa sudah tahu kalau Kakaknya itu mau mengintrogasi dirinya.

My Spoiled CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang