Saking serunya Syifa menonton drama Korea di laptop Bayu, dia tidak menyadari sang empu sudah terjaga dari tadi. Bayu sudah bangun, tetapi masih dalam posisi tiduran. Dan matanya terus melihat ke arah Syifa yang sangat fokus dengan laptopnya.
Menurutnya, Syifa not bad lah untuk di jadiakn kekasih. Tapi satu alasan yang dia takuti nanti jika dia mencoba hubungan seperti itu. Misalkan ketika mereka mempunyai masalah dan berakhirlah hubungan mereka, yang ada nanti Syifa akan menjauh darinya. Mana ada saat ini mantan kekasih akur. Setahunya dari teman tongkrongannya seperti itu.
Namanya mantan ya tetap mantan. Tidak bisa kembali seperi dulu. Jika di tanya urusan cinta, gampanglah baginya. Bukan hal yang susah untuk jatuh cinta bagi seorang Bayu. Bahkan dia sudah amat merasa nyaman di samping Syifa. Dia sendiri belum bisa membayangkan jika sahabatnya itu memiliki kekasih. Pasti lama kelamaan posisinya bakalan terhempas begitu saja.
Jujur, belum sanggup dia melihat seperti itu. Hanya Syifa yang mengerti dirinya.
Syifa yang dari tadi fokus di layar laptop, pandangannya mulai teralihkan. Dia merasa ada yang menatap punggungnya. Dan benar saja, orang yang dia tunggu sudah bangun dari tidur lelapnya.
"Woy,"
Bayu tergagap seperti ketahuan habis mencuri sesuatu.
"E-eh." dia mulai berlaga tidak menatap Syifa. Sengaja membuang pandangannya ke arah laptop di belakang Syifa.
"Udah enakan?" tanya Syifa seraya tangannya menjulur ke dahi Bayu.
"Alhamdulillah, lumayan lah Syif. Thanks ya."
Mereka berdua saling tatap, sampai Syifa lah yang memutuskan pandangan keduanya. Dia takut, jika mereka berdua saling pandang Bayu akan tahu apa yang dia rasakan.
Syifa pura pura melihat jam di pergelangan tangannya. Matanya langsung terbelalak, dia lupa jika mempunyai janji dengan Kila.
"Bay, gue balik ya?" izin Syifa langsung mematikan laptop yang sebelumnya masih menampilkan drama yang dia tonton.
"Mau gue anter?" Bayu tidak akan membiarkan Syifa pulang seorang diri. Sudah sore hari, tidak masalah jika dia mengantarkan Syifa. Toh badannya sudah enakan.
Syifa langsung menggeleng, "Ngga usah. Gue di jemput ama Bapak di depan kampus." dusta Syifa. Tidak mungkin juga dia jujur perihal Kila. Bayu belum mengetahui tentang anak dari seorang duda itu.
"Oh yaudah. Salamin buat Bapak sama Ibu ya." tidak aneh memang jika Bayu menyampaikan salam untuk kedua orang tuanya.
Bayu sudah sering mengantarnya pulang ke rumah jika dia tidak membawa motor. Dan dia sering bertemu dengan orang tua Syifa.
"Siipp." ujar Syifa seraya memakai kaos kakinya. Dan merapihkan kemeja yang dia kenakan sebelum keluar dari kamar Bayu.
Bayu memicingkan matanya, "Lu beneran di jemput Bapak kan?" tanya Bayu merasa curiga dengan gerak gerik Syifa.
Syifa berusaha menyembunyikan kegelisahannya mendengar pertanyaan Bayu.
"Iya lah ama Bapak kok. Kenapa emang?"
"Aneh aja. Ngga biasanya lu kalo balik dari sini pakek acara ngerapihin baju gitu. Biasanya juga langsung cabut aja, malah udah ngga pake kaos kaki baliknya."
Tambah terpojokan saja Syifa. Bukan Syifa namanya jika bisa mengelak semua yang di katakan Bayu.
"Apaan sih lu. Alay tau. Udah ah, Bapak udah WA mulu dari tadi."
"Ati ati ya. Chat gue kalo udah sampe rumah."
Syifa mengangkat tangannya menunjukkan simbol oke, karena dia sudah berjalan menjauh dari kamar kos Bayu. Merasa sudah bebas dari penglihatan sahabatnya, Syifa diam sejenak. Menetralkan jantungnya yang berdebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Spoiled CEO
RomantizmMenikah dengan seorang duda? Memiliki anak satu? Tidak ada yang nama nya planning jodoh ku. Sampai aku bertemu dengan nya, seketika planning jodoh ku pun berubah. Akan kah aku bisa mengurusi seorang duda dan putri nya? -Dwizia Syifania- Awal nya ak...