Prolog Part 2 : Rumah Besar

10 1 0
                                    

"Aduh agh... Sakit nya kepalaku." Roni perlahan-lahan terbangun setelah jatuh. Tubuhnya sakit, kepalanya pusing. Namun anehnya tubuhnya tidak berdarah. Sedikit luka pun tidak ada walaupun dia jatuh di tanah. "Aku ada dimana?" Tanya nya pada diri sendiri.

Disekelilingnya dipenuhi hutan tak berdaun. Pohon-pohonya tinggi dak tentu saja tak berdaun. Disana langit gelap dan berkabut. "Aku harus cari jalan keluar dari sini." Ia berusaha berdiri dan berjalan lurus masuk ke hutan tak berdaun itu. Setelah lama berjalan lurus ada satu buah pohon yang ditempelkan sebuah etalase di dahannya. Etalase itu bertuliskan "Ikuti panah ke panah."

"Apakah maksudnya jika aku mengikuti etalase ini maka akan ada etalase lainnya? Huft.. lebih baik aku mencoba saja." Kemudian dia mengikuti arah etalase itu yang menunjuk kekanan. Beberapa menit kemudian dia menemukan etalase lagi yang bertuliskan sama namun menunjukkan ke kiri. "Oh sekarang aku harus kekiri."

Seperti pesannya, dari panah ke panah ia terus mengikuti. Akhirnya sampai lah dia disebuah gerbang besar dan tinggi. Didalam gerbang itu ada rumah besar. "Ya ampun ada juga orang yang bangun rumah ditengah hutan mati? Ini gila sekali." Sesekali Roni mendengar suara-suara dalam rumah itu. "Mungkin didalam sana ada orang untuk aku mintai bantuan. Eh? Gerbangnya tidak dikunci?" Ia pun membuka gerbang besar tak berkunci itu.

Halaman depannya sungguh lebar dan banyak taman bunga. Beberapa dari tumbuhan ara yang masih subur dan ada yang sudah lama mati. Dinding -dinding yang mengelilingi rumah itu rata-rata sudah retak dan banyak bercak-bercak cat yang tidak teratur.

"Sepertinya disini sepi sekali. Apa ini rumah orang? Apa ada orangnya ya?" Tiba-tiba gerbang tertutup sendiri. Roni pun terkejut. "Eh gerbangnya? G-Gerbangnya mana???" Pada awalnya gerbang hanya tertutup sendiri. Namun tiba-tiba gerbangnya hilang, membuat ia terjebak di dalam halaman rumah itu. "Haduh bagaimana nanti aku keluar?" Akhirnya Roni pun memutuskan ingin masuk kedalam rumah itu

Tok Tok Tok

Ketukan pertama. Tidak ada jawaban.

Tok Tok Tok

Ketukan kedua pun belum ada.
"Hmmm rumah ini herpenghuni gak ya?" Tanya Roni para dirinya. Diteras rumah itu, tepat disebelah pintu masuk ada peti besar. Roni penasaran dengan peti itu dan membukanya. Alangkah terkejutnya dia, "Wow!! Kunci. Mungkin ini adalah kunci untuk membuka pintu ini?" Ia pun mengambilnya dan mencoba membuka pintu itu dengan kunci tang dia temukan.

Ckrek

Pintu terbuka. "Akhirnya." Katanya. Pada saat ia melangkahkan kakinya masuk, lampu-lampu langsung menyala diruang tamu. Ruang tamunya sangat besar. Namun agak sedikit kotor ditambah lagi kardua-kardus berserakan dan coretan-coretan kata-kata di dinding. "Rumah ini aneh sekali. Hmm kayaknya tadi aku lihat rumahnya besar. Pasti bertingkat. Tapi kok gak ada tangga?" Saat dia bingung pintu depan menutup sendiri. "Ah astaga!" Roni terkejut.

Ia coba membuka pintu itu tenyata terkunci lagi. Saat ia ingin membukannya dengan kunci yang dia temukan, "Apa? K-Kuncinya mana?" Kuncinya sudah tidak ada ditangannya. "Aduh jadi bagaimana aku mau keluar. Mana dirumah ini jendelanya terlihat tebal-tebal sekali. Mungkin biar gak ada maling."

Roni kemudian mencoba memasuki area ruang tamu. Ia kemudian menemukan lorong pendek buntu disamping ruang tamu. Lorong pendek buntu itu ada banyak peti berserakan dan ada yang rusak. Semuanya kosong. Lorong itu juga tidak ada lampu. Di dindingnya ada tulisan "Tamu Harap Santun" dan ada simbol lingkarang senyum seperti emoji aneh dibawah tulisan itu. Tulisan itu pun ditulis besar dengan tinta. "Maksudnya kita harus jaga sopan santun sebagai tamu pasti. Hmm simbol iu aneh sekali." Kemudian ia meninggalkan lorong itu.

Ada pintu disebelah kiri ruang tamu. Ia membukanya dan ternyata itu adalah ruang tamu juga. "Wow ada dua ruang tamu?" Diruang tamu kedua ada lilin terpasang di atas meja tamu. Bedanya diruang tamu kedua ini rapi. Jendela diruang tamu ini semuanya diturupi papan. Didindingnya ada tulisan "Hallo" dan diakhiri dengan simbol yang sama. Namun kali ini, tulisan itu ditulis dengan darah yang membuat Roni takut. "Huft lebih baik aku jangan disini."

SPENDLUP HOUSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang