Semua yang ada didalam gedung tersebut panik dan berlari bersembunyi. Ada yang bersembunyi di balik tirai panggung, ada juga yang bersembunyi di antara kursi-kursi penonton."Steve, kita bersembunyi dimana?" tanya George sudah sangat panik.
"Kita tidak akan bersembunyi, kita akan lari. George, buka pintu itu." Steve menunjuk pintu berbeda dari pintu saat mereka masuk. Mereka berlima pun berlari keluar.
"Steve." Sherin menahan Langkah Steve.
"Ada apa?" tanya Steve.
"Bukankah seharusnya kita menyelamatkan orang didalam sana?"
"Kita tidak punya waktu, Baby."
"Tapi, jika kita membiarkannya monster itu tidak akan berkurang, setidaknya bunuh satu saja akan mengurangi jumlah mereka." Sherin tetap ingin menyelamatkan orang didalam gedung.
"Tidak bisa Baby."
"Kenapa? Aku memberikan pisau itu untuk membunuh mereka." Sherin menunjuk kearah pisau yang sedang dipegang Steve.
"Aku akan membunuh mereka jika mereka mengganggu salah satu diantara kita," jawab Steve.
"Tapi mereka juga butuh pertolongan, Steve." Sherin mulai frustasi dengan sifat keras kepala Steve, dan tidak menyadari jika dia juga keras kepala.
"Kenapa tidak Kau saja yang melakukannya?" tanya Steve dingin.
"Kalau Aku yang melakukannya, apa gunanya Laki-laki disini?" Ucapan Sherim membuat Steve terdiam. Namun tetap saja jika dia menyelamatkan orang didalam, bagaimana nasib gadisnya.
Steve akhirnya menggendong Sherin, karena gadis itu sangat keras kepala. Sherin tidak memberontak, ia hanya menangis di dada bidang Steve. Tiba-tiba saja satu mayat jatuh tepat didepan mereka, sepertinya dari atap. Yang lebih membuat mereka terkejut mayat tersebut adalah seseorang yang mereka kenal, dan mayat tersebut adalah Daniel, kekasih Jeny.
"Daniel..." lirih Jeny mencoba mendekati mayat tersebut. Namun ditahan George.
"Argh, ini akan sangat merepotkan," ucap George.
"George, kita tidak punya banyak waktu lagi. Cepat gendong Jeny dan berlari kearah hutan," perintah Steve.
"Tunggu, Aku ingin menyentuh Daniel dulu, bolehkan? Jika tidak, biarkan Aku tinggal disini." Jeny mendekat kearah mayat Daniel, ia menangis terisak melihat tubuh kekasihnya sudah hampir tidak berbentuk. "Sayang, selamat tidur dan selamat tinggal." Ia juga sempat mencium kening mayat kekasihnya. Membuat Sherin yang melihat itu semakin menangis.
George pun menghampiri Jeny dan menggendong gadis tersebut. "Cherry, kau tidak apakan berjalan kaki?" tanyanya kepada Cherry yang sedang berlari disebelahnya.
"Tidak apa-apa, Akukan kuat." Cherry tersenyum mencoba meyakinkan George bahwa dia baik-baik saja.
Mereka sudah sampai didalam hutan. Sherin dan Jeny sudah tidak digendong lagi, karena mereka tahu dua lelaki itu juga lelah.
"Tampaknya aman. Sebaiknya kita istirahat disini dulu," usul Steve yang setujui mereka semua. Karena untuk berjalan juga dibutuhkan tenaga.
'Ya tuhan, selamatkanlah kami dari bencana ini'
KAMU SEDANG MEMBACA
Monster Bats [SELESAI]
Short StoryBagaimana rasanya jika Touring sekolahmu gagal dikarenakan alasan yang tidak masuk akal, yaitu monster. Hal ini dirasakan oleh seorang gadis bernama Sherin. Touring yang seharusnya menyenangkan menjadi hancur dikarenakan kedatangan monster yang tida...