Bag. 1

7.6K 31 1
                                    

Bag. 1 ― Awal Dari Permulaan

********************************

Aku adalah seorang pria keturunan berusia 45 tahun. Dengan dua bidang usaha yang kujalankan dengan cukup sukses, serta adanya sejumlah harta warisan, dapat dikatakan aku termasuk orang yang cukup beruntung dimana kami sekeluarga sangat berkecukupan dalam hal keuangan.

Aku telah bercerai dengan mantan istri sekitar 10 tahun lalu. Saat ini aku tinggal berdua dengan putriku disamping adanya dua pembantu wanita dan seorang sopir. Namun sopirku tidak tidur disini. Ia hanya datang dan pulang hari. Sementara anakku itu namanya Liana, kini telah menginjak usia dewasa. Usianya 17 tahun dan saat ini duduk di kelas 2 SMA. Sungguh bahagia aku melihat perubahan dirinya, dari seorang gadis kecil yang lucu menjadi gadis muda yang cantik rupawan dengan tubuh yang telah tumbuh dewasa dengan sempurna. Tak heran kalau banyak teman-teman cowoknya yang naksir dirinya karena selain cantik menarik juga ia cukup berprestasi di sekolah dan termasuk pribadi yang ramah dan menyenangkan. Saat aku berjalan bersamanya, kudapati banyak sekali cowok-cowok muda maupun pria-pria setengah baya yang kira-kira seusiaku atau bahkan yang lebih tua lagi yang suka memandang ke arah putriku. Satu hal yang membuatku merasa bangga mempunyai anak gadis secantik dirinya.

Hubunganku dengannya termasuk akrab dan dekat sekali. Selepas bercerai, aku jadi semakin dekat dengan putriku satu-satunya itu. Meskipun kadang aku sibuk mengurus bisnisku, namun aku selalu menyempatkan waktu untuk berdua dengannya. Sebaliknya, Liana juga amat dekat dan terbuka denganku. Berbeda dengan kebanyakan orangtua yang punya masalah dengan anak baru dewasa seusianya, aku sungguh merasa beruntung mempunyai hubungan yang amat akrab dan terbuka dengan anak gadisku. Disaat hampir semua anak seumuran dia ingin terlepas dari orangtuanya dan maunya bergaul dengan teman-temannya, Liana kadang malah minta supaya aku menjemputnya sendiri. Juga, ia tak merasa risih saat kita pergi berdua. Hampir dalam semua hal, Liana bersikap terbuka denganku. Termasuk dalam urusan dengan cowoknya. Seringkali ia minta nasihatku dalam hubungan asmaranya.

Satu hal lagi yang membuatku amat bangga terhadap putriku, yaitu ia termasuk gadis alim yang nggak neko-neko. Meskipun hidupnya serba berkecukupan, namun tak berarti ia suka berbuat seenaknya. Meskipun telah berpacaran selama hampir setahun, namun ia tetap tahu menjaga batas-batas mana yang boleh dan mana yang tak boleh dilakukan. Sungguh satu hal yang agak langka di jaman yang katanya modern tapi kadang keblinger ini. Sampai saat ini ia masih perawan. Hal itu terlihat jelas dari arah pembicaraan dan tindak-tanduknya.

########

Selama ini aku memang telah menyadari bahwa putriku sekarang bagaikan bunga yang baru mekar dan harum semerbak. Kini ia telah menjadi gadis muda yang cantik dengan tubuh layaknya seorang gadis dewasa. Namun selama ini hal itu hanyalah sekedar konsep yang hanya kusadari dalam tingkat intelektual saja, bukan dalam arti sesungguhnya. Bagaimanapun, ia adalah anakku sendiri. Tentu aku tak bakalan punya pikiran yang nggak-nggak terhadap dirinya, bukan? But, oh. How wrong I was...

Malam itu adalah malam yang tak terlupakan bagiku. Karena malam itu adalah titik balik saat dimana aku memandang Liana putriku dari sudut pandang yang berbeda. Untuk pertama kalinya, aku merasakan betapa "sexy-nya" dirinya. SEXY. Hmm. Istilah yang selama ini sungguh asing bagiku untuk diasosiasikan kepada dirinya. Kalau cantik, menarik, menawan hati, semua itu memang tak asing lagi. Dan semua itu lebih mengarah ke kebanggaan, kekaguman tapi sama sekali bukan ke hal-hal yang berhubungan dengan ketertarikan secara seksual. Selama ini kadang kala ia memakai pakaian yang agak santai dan terbuka, terutama saat menjelang tidur dan tentu saja ketika tidak ada orang luar. Namun aku sama sekali tak pernah berpikiran mupeng terhadap dirinya. Bahkan, jujur saja, sebelum ini aku pernah melihatnya telanjang bulat. Yaitu saat ia berumur 15 tahun. Hal itu terjadi secara tak sengaja dan sebenarnya karena kelalaian dirinya juga. Namun saat itu hal itu tak menyebabkanku untuk berpikiran yang aneh-aneh. Sama sekali tak ada!

Sebaliknya, biasanya pikiranku mengasosiasikan pengertian SEXY ini terhadap gadis-gadis muda di luaran sana, baik cewek-cewek lokal maupun impor, yang biasa kukencani secara short time, long time, ataupun langganan.

Tapi malam itu, entah kenapa, tiba-tiba saja aku melihat putriku sendiri dengan kacamata yang berbeda. Sabtu malam itu ia pergi ke pesta ultah temannya dengan dijemput oleh cowoknya. Ketika hampir pukul 11 malam ia sampai ke rumah dengan diantar cowoknya. Seperti biasa, Liana nampak cantik apalagi dengan gaun pesta yang membalut tubuhnya dengan indah dan elegan. Kita ngobrol cuman beberapa menit sebelum cowoknya pamitan pulang. Setelah itu aku sedang nonton TV saat ia langsung bercerita dengan keadaan pesta tadi. Saat itu ia agak kurang senang karena menurutnya aku tak terlalu memperhatikan dirinya. Karena tak ingin mengecewakannya, akhirnya aku matikan TV dan memusatkan perhatianku kepada dirinya.

Saat aku menatap dirinya lagi, kulihat ia telah melepas lapis luar gaun pestanya yang sebelumnya dikenakannya. Sehingga kini ia hanya memakai pakaian lapis kedua warna abu-abu yang membuat dirinya lebih kelihatan 'terbuka", dengan kedua bahunya terlihat karena rok dalamnya tanpa lengan dan kedua kakinya terlihat cukup banyak karena rok terusan itu agak tinggi di atas lutut. Saat itu ia duduk dengan kedua kakinya disilangkan, sehingga nampak sebagian besar pahanya yang putih halus apalagi roknya itu lebih agak tertarik keatas lagi karena posisi duduknya. Tentu kulihat juga tonjolan di dadanya karena hal itu sungguh tak terhindarkan lagi karena dalamnya memang cukup berisi sementara rok terusan dalamnya cukup ketat membalut tubuhnya. Namun sampai sejauh ini, aku masih belum berpikiran yang aneh-aneh. Pikiran nyelenehku itu mulai timbul saat ia merubah posisi kakinya, dimana kedua kakinya yang tadinya disilangkan kini diluruskan. Kedua kaki itu tidak menghadap ke arahku tapi miring 60 derajat dariku dan keduanya agak terbuka. Meski aku tak bisa melihat, namun aku tahu bahwa celana dalamnya terlihat dari arah sono. Pikiranku agak terganggu akan hal itu, sementara ia terus bercerita dengan santainya seperti biasa. Dan, pikiranku makin berkecamuk saat ia mengubah posisi kakinya lagi dengan disilangkannya lagi dan menghadap ke arahku. Kini aku bisa melihat sebagian paha bagian dalamnya lagi, bahkan lebih banyak dibanding sebelumnya. Bahkan sampai hampir ke pangkalnya, hampir mencapai garis celana dalamnya, namun tak sampai kelihatan. Mungkin hanya beda satu sentimeter. Pada saat itu tanpa kusadari penisku telah menegang! Sungguh gila! Penisku jadi tegang terhadap putriku sendiri! Sementara ia terus berbicara sambil tersenyum ke arahku. Membuat aku jadi semakin tegang, tegang karena takut ketahuan juga tegang karena menatap paha mulus di depanku. Apalagi kulit tubuhnya sungguh putih.

Saat ia berdiri untuk mandi dan meninggalkanku, pikiranku jadi semakin konak. Kulihat dengan jelas betapa mulusnya kedua pahanya, pinggulnya yang menonjol terbalut oleh rok dalaman yang ketat, juga kini kuperhatikan pula payudaranya yang nampak menonjol di balik rok dalaman itu, selain juga garis celana dalam yang tercetak di pinggulnya, garis tali branya yang juga agak tercetak di punggungnya, serta kulit bahu dan lehernya yang putih halus.

"Yuk, Papi, aku mandi dulu ya," katanya sambil wajah cantiknya menatap kearahku dan tersenyum manis.

Saat itu aku baru menyadari secara langsung betapa kuatnya daya tarik seksual Liana, putriku ini. Bahkan aku, ayahnya sendiri, bisa dibikin belingsatan pada saat itu. Kini aku mulai terbayang dan membayangkan, alangkah indahnya tubuhnya dalam keadaan telanjang bulat seperti saat ini di dalam kamar mandi. Pada saat itulah aku menyadari bahwa putriku ini sungguh amat SEXY! Satu hal yang belum pernah terpikirkan sampai level seperti ini sebelumnya. Oleh karena penasaran, aku sengaja menunggu ia keluar dari kamar mandi. Sebelum tidur, aku ingin melihatnya saat ia memakai daster tidur yang agak-agak tipis. Tentu bakal indah dan SEXY.

Malam itu tak terjadi hal-hal yang diluar batas. Bagaimanapun, Liana adalah putri kandungku. Tentu aku bisa mengendalikan diriku. Terlebih lagi, sampai kapanpun dan apapun yang terjadi, aku tak ingin melukai perasaannya. Namun malam itu adalah titik balik yang bakal mengubah hidupku, paling tidak kini aku mulai dihantui pikiran-pikiran "itu", yang makin lama terasa makin kuat. Juga malam itu aku melakukan masturbasi dengan agak aneh. Awalnya aku terangsang membayangkan tubuh Liana yang sexy terbalut pakaian ketat saat ia berdiri tadi. Namun setelah itu aku mampu mengalihkan pikiranku ke gadis-gadis muda yang pernah kukencani semalam. Tapi, entah setan dari mana, pas sebelum ejakulasi, pikiranku spontan tiba-tiba kembali ke diri Liana dimana aku menyemprotkan seluruh maniku pada saat membayangkan melihat Liana dalam kondisi telanjang bulat.

**********

Liana and IWhere stories live. Discover now