PART V

85 7 2
                                    

Noted : Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Tidak ada hubungannya dengan isu politik, sosial, tempat, tokoh dan waktu kejadian nyata. Jika ada keterkaitan, itu hanyalah sebagai unsur pelengkap cerita dan tidak mencerminkan kehidupan yang sebenarnya.

Avanza veloz berwarna hitam dengan plat merah memasuki kawasan Monas. Mobil itu berhenti tepat di pintu gerbang masuk.  Dan keempat penghuninya bergegas keluar.

“Kita harus berpencar.”ujar Ardian. “Gue sama Ara akan mengevakuasi pengunjung, dan lo sama Dave cari keberadaan bomnya. Juga jangan lupa radio komunikasi harus selalu aktif.”ujarnya lagi menunjuk ke arah Lily.

Roger.” Masing-masing mengenakan handsfree yang kabelnya sudah tersambung dengan walkie talkie di saku belakang.

Mereka berempat segera berpencar dua-dua diikuti beberapa petugas kepolisian.

“Saya harap kamu sudah pernah memiliki pengalaman URC ledakan besar di lapangan.”

Dave menoleh ke  arah Lily.

“Kamu mempertanyakan pengalaman saya?”Tanya Dave heran. Demi Tuhan, ia bertanya soal pengalaman lapangan pada penjinak bom terbaik di FBI?

“Jika kamu sudah punya pengalaman, maka itu bagus.”ujar Lily sambil lalu. Ia mempercepat langkahnya mendahului Dave.

Dave seketika mendengus.
.
.
.
.
.
.
Mereka berdua berhenti di depan pintu lift yang masih tertutup. Tim mereka memutuskan untuk berpencar demi menghemat waktu. Lily dan Dave memilih untuk langsung mencari di puncak Monas, mengingat di dalam syair terdapat kalimat ‘berkobar disebuah tempat tinggi’.

“Kamu yakin bom-nya ada disini?”Tanya Dave. Mereka berdua telah sampai di ruangan pelataran puncak Monas.

Lily mengedarkan pandangan menelusuri setiap bagian pelataran puncak. Ia tidak menemukan tanda-tanda keberadaan bahan peledak.

‘Ini aneh. Seharusnya bom itu ada disini.’

“Liana?”kembali Dave memangil.

Lily mengangkat lengan kirinya, meminta Dave untuk berhenti bicara. Otaknya kembali mengingat isi kalimat dalam syair satu persatu.

Wait.

Kedua mata Lily langsung memandang pintu kecil di sudut ruangan. Pintu yang menuju puncak tertinggi dimana terdapat bangunan lidah api.

“Kita kebagian puncak. Bomnya ada disana”

“Bagaimana kamu yakin?”

“Kata ‘berkobar’ dalam syair itu bukan hanya bermakna ledakan, tapi juga menginterpretasikan sesuatu hal yang melambangkan api. Dan satu-satunya benda berbentuk api disini hanya ada dibagian puncak.”

Lily berlari menuju pintu itu diikuti oleh Dave. Mereka mendapati pintu dalam keadaan terkunci.

“Shit!”Lily memaki. Ia menekan earpiece ditelinganya,“Kak Ar, tolong suruh satu petugas security digedung ini untuk ke bagian pelataran puncak. Juga minta dia membawa kunci untuk pintu yang menuju puncak Monas.”

“……….”

“Gue punya tebakan.”

“………..”

“Oke.”

“Aku merasa kita tidak akan sempat jika menunggu petugas security datang.”Dave berujar.

Lily menoleh padanya, “Lalu apa kamu punya solusi yang lebih baik?”

Dave menunjukkan jam tangannya,“Ledakan akan terjadi 20 menit lagi.”

AGENT AND DETECTIVE GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang