PART III

1.7K 80 13
                                    

Lily tengah sibuk mengamati rekaman CCTV yang ia dapat dari ruangan security di apartemen tempat terjadi kasus. Di samping-nya Dave juga ikut mengamati namun dari laptop yang berbeda.

Berbeda dengan Lily yang terlihat fokus sekali, Dave justru menonton sambil menguap. Ia merasa bosan.

"Hoamh!"

Lily melirik pria di sebelahnya itu.

"Kerja yang benar. Kamu anggota terbaik dari FBI 'kan. Jangan membuat malu negara dan organisasi-mu."kata Lily tajam.

Dave mendecah.

"Gadis kecil sepertimu sudah bisa memerintah seorang penyelidik FBI? Bahkan menjadi seorang Ketua Tim Investigasi 1 Bareskrim? Dunia sudah gila."ujarnya skeptis.

Lily tidak menggubris sindiran Dave. Ia masih fokus menatap layar laptop.

"Hei! Kau mendengarku, tidak?!"Dave jengkel sendiri.

Gadis berambut panjang itu kini mengeluarkan headphone miliknya lalu menggunakan-nya dan mencolokkan kabelnya ke ponsel. Ia lalu memilih lagu kpop yang paling nge-beat dan memperbesar volume music-nya. Setelah itu, kembali pandangan matanya fokus menatap layar laptop.

Gue kagak perduli ama elu bang.

Dave kini mendengus. Masih sambil menggerutu, ia pun bangkit dan meninggalkan meja-nya. Ia berjalan keluar ruangan, dengan niat ingin membeli kopi di café terdekat. Ia merasa saat ini membutuhkan asupan kafein. Saat ia keluar ruangan, kebetulan ia bertemu dengan Ara.

"Mau kemana Dave?"Tanya Ara. Di tangan-nya tergenggam kertas-kertas yang menurut perkiraan Dave adalah hasil autopsy.

"I need some fresh air. And coffe."Dave menjawab santai. "Apa itu hasil autopsi?"

Ara mengangguk. "Seperti kata Lily, korban meninggal akibat overdosis obat tidur jenis Zolpidem."

Dave manggut-manggut. "Aku keluar sebentar."

"Cepatlah kembali. Satu jam lagi kita briefing soal kasus ini."pesan Ara yang dibalas Dave dengan lambaian tangan.

Setelah Dave menghilang di belokan, Ara berbalik dan masuk ke dalam ruangan Bareskrim Tim Investigasi 1.

Ω∞Ω

Sementara Tim Investigasi 1 masih sibuk menyelesaikan kasus pembunuhan yang terjadi di apartemen Sudirman, jauh disudut pelabuhan Tanjung Priok, ada sebuah kontainer besar yang terletak sedikit tersembunyi dari lalu-lalang kegiatan pelabuhan. Di dalam kontainer tersebut terdapat seorang lelaki tengah diikat tergantung pada kedua tangan-nya.

Keadaan lelaki itu sangat jauh dari kata baik-baik saja. Tubuh bagian atas-nya polos tanpa penutup, hanya sebuah celana berbahan jeans yang ia kenakan. Itupun sudah robek disana sini dan penuh bercak darah. Tidak hanya itu, bagian atas tubuh lelaki yang kira-kira berusia 26 tahun itu juga penuh dengan luka gores seperti terkena sayatan pisau, dan lecet di beberapa bagian seperti terkena cambukan.

Lelaki itu masih bernapas, walau satu-satu. Pandangan mata terlihat tidak fokus. Mungkin akibat bagian belakang kepala-nya yang juga terluka.

Berjarak sekitar 20 langkah dari lelaki mengenaskan itu, berdiri seorang lelaki berusia pertengahan 30 sambil memegang sebuah gelas berisi wine. Wajahnya tersembunyi di sudut gelap ruangan itu.

Lelaki tersebut menggoyangkan sedikit gelas-nya, membaui-nya, lalu menyesap-nya sedikit.

"Ma'af karena sudah membuat Anda untuk datang kemari, Tuan Theseus."Mark yang berdiri di belakang Theseus membungkuk.

AGENT AND DETECTIVE GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang