Pagi-pagi sekali, Ziva sudah mempersiapkan diri, ia tak ingin terlambat lagi. Untungnya hari ini tidak macet sehingga ia bisa sampai sekolah lebih awal.
Lapangan masih sepi, koridor- koridor yang biasa banyak siswa lalu lalang kini juga sangat sepi. Ia menghirup udara pagi yang sangat segar. Ternyata asyik juga berangkat lebih pagi.
Langkah derap kaki terdengar, sedangkan ia masih berdiri di tengah lapangan menghirup udara segar. Langkah itu makin terdengar hingga Ziva membalikkan badan.
Rupanya ada seseorang laki-laki yang sangat familiar, melewatinya sambil melambaikan tangan layaknya seorang model.
"Lah dikira fashion show apa," gumam Ziva.
Krukkruk. Sial. Perutnya tidak bisa diajak kompromi saat keadaan seperti ini. Apalagi ada musuhnya. Bisa bisa ia diledek habis-habisan.
"Jangan ngelamun lo," ucap Zakki yang tahu asal suara itu tapi ia tidak mengungkitnya karena ia tahu tengsinnya seorang perempuan.
"Lo ngapain sih di sini!"
"Serah gue dong, sekolah juga bukan punya nenek moyang lo," ucapnya sambil menjulurkan lidah.
Jika tidak berada di sekolah, mungkin Ziva sudah melempar sebelah sepatunya. Apalagi kini koridor tidak sesepi sebelumnya. Lebih baik, ia segera menyeret kaki dari tempat ini.
"Cer, sejak kapan lo datang?" Tanya Ziva yang kini sudah berada di kelas.
"Sejak tadi lah, ini gue lagi nyalin tugasnya Abdul,"
Ziva lupa jika Ceria selalu berangkat lebih awal untuk menyalin tugas. Karena ia biasanya datang saat kelas sudah ramai, Ceria meminjam buku teman lainnya daripada menunggu Ziva, bisa-bisa keburu guru datang.
Untungnya semalam ia sudah menyelesaikan tugasnya, kini ia hanya menopang dagu menunggu bel masuk.
"Eh tadi ada yang nitipin makanan tuh, gue taruh di laci lo," ucap Ceria masih sambil menulis.
Ia langsung merogoh lacinya dan benar saja ada sebungkus roti dan susu strawberry kesukaannya.
"Dari siapa cer?"
"Gue nggak tahu, dia cuma nitip itu doang nggak sebut nama,"
Memang Ziva belum sarapan karena ingin berangkat lebih pagi. Tapi siapa yang memberi ini.
Ah sudahlah, mungkin yang memberi hanya ingin bersedekah. Syukurlah, ia bisa lebih irit hari ini.
****
Bel istirahat berbunyi, walau makanan tadi masih bersisa, ia lupa membawa tumbler, alhasil ia harus membeli air minum.
Ceria tidak ikut ke kantin karena belum mengerjakan tugas biologi. Setelah mendapat sebotol air mineral, ia segera kembali ke kelas, tapi entah kenapa kakinya ingin berhenti. Ziva mengedarkan pandangannya ke lapangan.Tanpa sengaja, ia melihat seseorang yang familiar baginya sedang mendribble bola, ya dia Rayya. Orang yang tidak tahu diuntung.
"Hih, ngga ada yang lebih bagus apa daripada lihat dia," gumamnya.
Tapi kalau dilihat- lihat, keren juga mainnya apalagi tetes keringatnya yang semakin menambah aura ketampanannya.
Lamunannya terpecah saat sebuah bola mengenai pahanya.
"Aww," ringis Ziva pelan
Kini semua mata menatap iba Ziva.
"Maaf," ucap cowok itu sambil mengulurkan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chrysalis
Teen FictionMaaf, Ini bukan cerita good girl ketemu bad boy ataupun sebaliknya Maaf juga, ini bukan kisah good girl ketemu good boy Tapi ini kisah 2 insan yang sangat berkebalikan.. Cerita ini dikemas dengan gaya berbeda. Kisah keluarga, cinta, sahabat, self c...