6. Drama Si Ceria

12 1 0
                                    

Setelah menunggu cukup lama, pintu ruangan itu terbuka. Muncul seorang dokter yang membuat Ziva sontak langsung berdiri.

"Bagaimana dok, keadaan cucu saya?" tanya eyang dengan raut wajah yang begitu cemas.

"Maaf, cucu ibu...harus di opname,"
Seketika wajah eyang semakin cemas.

"Kanker di otak ananda Deo mulai kambuh, kami harus selalu mengecek keadaannya, maka sebaiknya di rawat inap,"

"Bolehkan saya melihat cucu saya?"

"Silakan Bu," ucap dokter tersebut lantas pergi.

Tubuh yang terkulai lemas itu terlihat sangat pucat. Sedari tadi Deo belum kunjung sadar. Dan sewaktu tadi pula saat Dokter menyatakan kanker di otak Deo kambuh, eyang tidak terlalu terkejut.

Memang selama ini, Deo mengidap kanker otak yang membuatnya kesulitan dalam belajar. Tapi untungnya selama ini, ia belum pernah dilarikan ke rumah sakit.

Hal itu membuat eyang masih bersyukur. Tapi kali ini, akhirnya Deo terbaring dengan full infus di tubuhnya.

****

Hari ini, Ziva tetap berangkat ke sekolah. Padahal Ziva sudah merengek ingin menjaga Deo, tapi eyang memaksa agar tetap berangkat sekolah saja agar eyang yang menjaga adiknya.

Sekarang disini ia berada, bersama 3 temannya dengan meja dan kursi yang berhadapan.

"Lo tahu ngga, si Cooper kalah, gue ngga tahu kenapa, padahal semalem udah bener-bener gue cas full" ucap Dika menggebu

"Sabar Dik, belum hoki lo,"

Sedari tadi yang dibicarakan 2 lelaki dihadapannya ini hanya seputar bola, mobil, atlet, hingga balik ke bola lagi. Membuat Ceria jengah mendengarkannya.

Brakkk

"Kalian kalau masih mau ngomong sana ngga usah gabung," ucap Ceria setelah menggebrak meja. Membuat siswa lain sontak menoleh kearahnya.

Hari ini mereka ditugaskan belajar kelompok menganalisa. Seperti dugaan, Ceria dan Ziva akan sekelompok dengan dua sejoli itu karena tempat duduk mereka yang berdekatan.

"Lo lihat ngga kita pusing-pusing mikir analisa, kalian malah asyik sendiri," sambil menunjuk ke arah Ziva yang sedang menulis.

"Yaelah ncom, palingan lo juga ngga mikir, sok sokan aja pusing. Mikir utang kan?" Ucap Dika

Ceria hanya memutar bola mata jengah. Sudah menjadi kebiasaan jika bekerja kelompok dengan anak laki-laki pasti hanya mengobrol sendiri dan ujung-ujungnya pasti selesai oleh anak perempuan.

"Selesai,"

"What! Gilak selesai beneran?" ucap Ceria sambil mengecek kertas dari tangan Ziva.

"Ya iyalah kan Ziva yang ngerjain, ngga perlu dibantu pun tetap selesai, emang lo cuma gaya-gayaan mikir," ucap Dika diikuti kekehan Angga

"Enak aja gue juga bantu mikir ya," ucap Ceria bersedekap dada

"Orang dari tadi lo dengerin kita ngomong, ngeles aja lu kaya bajaj," Dika pun tertawa terpingkal-pingkal

YANG DI BELAKANG DIAM! KALAU TIDAK BISA, KELUAR DARI KELAS SAYA

****

"Cum cum cum cumpret," gerakannya sambil menangkupkan kedua tangan "Yessss, enam,"

"Giliran lo bah," ucap Dika menyodorkan sebuah dadu.

"Cum cum cum cumpret, woii gue juga enam," teriak Ceria girang sambil menggerak-gerakkan dadu berjalan di atas kertas.

Saat ini mereka terlihat sangat rukun, Dika dan Ceria sedang bermain ludo. Bukan hanya mereka berdua, Angga turut andil permainan ini. Hal itu bukan tak lain paksaan dari Dika. Sedangkan Ziva yang duduk didepannya berusaha menutupi pendengarannya dari 3 anak didekatnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ChrysalisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang