5. Pertemuan kembali

9 1 0
                                    

Hari ini cukup melelahkan, membuat Ziva ingin cepat-cepat pulang. Hingga langkah kakinya terhenti, Ia berdiri di depan sebuah toko kue. Pintunya terbuat dari kaca, membuat siapapun yang lewat ingin berhenti untuk mengaca apalagi seorang perempuan. Sebuah pantulan membuatnya merenung

"Kok kaya mirip ya," ucapnya pelan, sambil mencoba membuat gerakan, memastikan apa itu pantulan dirinya.

"Iya itu gue, dekil banget, siapa coba yang ngga jijik lihat gue," muncul perkataan-perkataan lain dibenaknya.

Hingga ia pasrah, untuk apa berbicara sendiri di tengah jalan. Ia pun kembali berjalan, sambil menunduk ia memikirkan segala kekurangan dirinya.

Di umur remaja, pikiran insecure pasti mulai muncul. Dan itu, yang mulai memenuhi pikiran Ziva.

"Aku pulang," sapanya dengan muka cemberut.

"......"

Tak ada jawaban.

Ia langsung menuju kamarnya. Lantas menuju cermin yang menunjukkan seluruh tubuhnya.

"Gue emang dekil," ucapnya sambil menghela napas pelan

Ia lantas duduk di pinggir kasurnya, menghidupkan handphone. Mulailah ia berselancar pada aplikasi Instagram dimana semua postingan apapun ada di sana.

Tiba-tiba sebuah ikon menunjukkan seseorang memfollownya. Alangkah terkejutnya username itu tertulis zakki_mlk. Pasti si Jalangkung. Karena namanya Zakki Malik. Pikirnya.

Ziva mulai senyum-senyum sendiri. Bagaimana seorang Zakki tiba-tiba memfollownya, apakah dia kepo lantas mencari-cari username nya. Jujur, username nya terdiri dari huruf yang rumit. Bagaimana si Jalangkung menemukannya, pasti menggunakan kangkung ajaibnya. Membayangkannya sudah membuat Ziva terkekeh geli.

Jam menunjukkan pukul lima, ternyata lama juga ia berselancar di sosial media. Kini ia langsung menuju kamar mandi, badannya sudah terasa sangat gerah.

****

Malamnya, Ziva membantu eyang menyiapkan makan malam. Seperti biasa, meja hanya di isi 3 orang. Eyang, Deo, dan dirinya. Kalau ditanya soal orang tua sungguh rumit masalahnya. Yang terpenting, ayahnya masih ada di dunia ini.

Selesai membereskan makan malam, ia langsung menuju kamarnya.
Merebahkan tubuhnya yang penat. Di atas dinding terdapat banyak karya kupu-kupu kecil, yang mengingatkan pada bundanya.

Bunda. Seseorang yang sangat Ziva rindukan, sejak kecil ia sudah ditinggal mendiang bundanya. Sejak kecil pula, ayahnya menikah lagi dengan alasan Ziva dan Deo yang membutuhkan kasih seorang ibu. Setelah ayahnya menikah, kehidupan berubah, kasih sayang yang seharusnya hanya untuk kedua anaknya, saat itu pula harus dibagi dengan adik tirinya yang baru lahir.

Ziva dan Deo merasa tersingkir karena ibu tirinya selalu menomorsatukan anaknya. Di depan ayahnya, wanita itu selalu memasang muka manis. Hingga suatu saat ayahnya pulang kerja lebih awal, ia melihat Ziva dan Deo dimarahi dan dipukuli dengan kejamnya. Tentu Ziva tidak bisa melawan karena dirinya masih terlalu kecil.

Ah, Ziva sedih mengingatnya.

Semua kejadian itu membuatnya menjadi seseorang yang tegar, ia selalu menampakkan senyum ceria pada dunia seolah ia tidak memiliki beban apapun, nyatanya ia adalah seorang yang rapuh, yang menyimpan sendiri segala beban, yang selalu merengkuh dan memberi keceriaan agar orang lain tertawa tanpa memedulikan dirinya memendam banyak luka.

Tangannya kini beralih mengambil sebuah figura di atas meja samping ranjangnya. Ia mengelus lembut gambar wajah wanita yang sangat cantik di sana. Itu mendiang bundanya.

ChrysalisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang