Enambelas

19 7 1
                                    

|| Lebih Cepat Lebih Baik ||

☆☆☆

Pesan yang ia terima dari Arum sejam yang lalu membuat Calya kini dengan santainya melangkahkan kaki yang mengenakan hells warna nude menuju ruangan Pak Haris selaku head teller setelah selesai menjalankan tugas berkelilingnya.

Aura bahagia jelas terpancar dari mata bulat Calya. Siapapun akan tahu bahwa satu-satunya teller bank berambut pendek ini pasti sedang berada dalam mood baik di hari ini.

Pasti ada hal penting yang mau beliau sampaikan, batin Calya seraya meremas rajutan manik yang menggantung di depan dada, berusaha menghilangkan rasa cemasnya.

"Jadi begini Calya ...," Pak Haris menautkan kedua telapak tangan di atas meja.
" ... mulai minggu depan Ambar resign. Karena mendadak, dan kita tidak bisa mencari pengganti yang mumpuni dalam waktu dekat. Setelah saya pertimbangkan, mulai minggu depan kamu kembali ke counter dan biar Budi yang melakukan pick up sampai Nanda selesai cuti," terang head tellernya.

"Baik, Pak."
Calya mengangguk dengan seulas senyum di bibirnya, ada perasaan lega namun juga kecewa.

"Oia, selama kamu menggantikan Nanda ada keluhan yang kamu rasakan? Mungkin dari nasabah atau rekan kerja?" tanya pak Haris lagi sambil melipat kedua lengan di depan dadanya.

"Semuanya baik-baik saja, Pak."

"Ya sudah kalau begitu, kamu bisa kembali ke meja lagi," balas head tellernya mempersilahkan Calya.

"Terimakasih, Pak Haris."
Calya beranjak meninggalkan ruangan Pak Haris.

Sepanjang perjalanan Calya diselimuti berbagai kalimat yang bermunculan di kepala. Sesampainya di meja, Calya tidak bisa langsung melanjutkan pekerjaannya. Pikirannya melayang. Tatapannya tertuju pada kalender meja berlogo bank tempatnya bekerja, sedangkan ibu jari dan telunjuk dengan asyik memainkan spidol warna merah di samping telinganya.

Calya menghela nafas panjang, senyuman tercetak di bibir ranum Calya saat memandangi rajutan manik seolah ia sedang bertatapan langsung dengan pemberinya.

Berarti masih ada tiga hari bertemu Gama dalam lingkup kerja. Bisa atau nggak bisa gue harus mengungkapkan ini sama dia

Apapun hasilnya nanti, lebih cepat akan lebih baik. Udah terlalu lama gue menahan beban ini, Gama

Calya kembali meremas rajutan maniknya, seakan mendapat kekuatan baru untuk bertemu dengan si pemberi manik tersebut.

***

"Lo yakin, Cal?" tanya Nata yang masih memegang mug bambu berisi kopi susu, kemudian menyeruputnya.
"Menurut gue, nggak ada hubungannya antara waktu sama lo pindah tugas," imbuhnya lagi.

"Nat ... gue juga wanita kayak pada umumnya. Dimana-mana nggak ada wanita yang duluan  ingin mengutarakan isi hatinya. Dilihat dari sikap Gama selama ini, gue yakin kalo dia ada rasa sama gue tapi ...," Calya menggosokkan telapak tangan diatas bantal yang berada di pangkuannya."... gue butuh kepastian, Nat."

Nata mangut-mangut mendengarkan penjelasan sahabatnya, mulai mengerti tujuan Calya.

"Kembali lagi, tujuan gue kan cuma mau namatin bunga tidur itu ...,"
Calya tersenyum hambar dengan tatapan kosong menerawang jauh ke balik tembok,"... dan seandainya dia memang udah punya pasangan, seenggaknya gue nggak akan ketemu dia lagi dalam kerjaan. Jadi gue nggak harus canggung ataupun ... MALU , NATARI !!!"
Calya tertawa lebar dibalik bantal yang menutupi wajahnya.

Hampir saja Nata tersedak kopi susu sampai akhirnya terdengar suara Nata yang menyusul tawa sahabatnya.

Tidak menyangka, bagaimana bisa kalimat Calya yang tadinya terdengar merdu dan syahdu berubah menjadi lucu dan terdengar ambigu.

Tidak menyangka, bagaimana bisa kalimat Calya yang tadinya terdengar merdu dan syahdu berubah menjadi lucu dan terdengar ambigu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*kurang lebih kaya gini visualisasinya si Calya, tapi kalian bisa ambil contoh lain atau mungkin kasih saran ya, hehehe

Bersambung

Calon Papa (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang