Delapan

29 12 4
                                    

|| Gadis Berambut Ikal ||


Perasaan Calya masih sama, setiap kali ia bertemu Gama secara otomatis kerja jantung memompa aliran darah di tubuhnya menjadi semakin kencang, namun kandungan oksigen di dalam paru-parunya justru malah berkurang. Untung saja usus besarnya tidak membuat gerakan serupa dengan jantung, sehingga Calya tidak perlu menahan rasa sakit di perutnya.

Terkadang ia juga tidak bisa menyembunyikan butiran dingin yang diam-diam muncul di pangkal rambut ketika berada di ruangan Gama.

Calya mendesah, rasa bahagia dan canggung selalu melanda. Ia memperbaiki tatanan rambut dan pakaiannya, berjalan santai memasuki bangunan menuju ke suatu ruangan.

Perlahan ia mengetuk pintu ruangan Gama, "Selamat pagi, Mas Gama."

Seperti biasa pria itu terlihat rapi mengenakan kemeja berlengan panjang dan tersenyum menyambut kedatangan Calya dan rekannya.

Calya masih fokus dengan pekerjaan, meskipun beberapa kali ia mencuri pandang pada Gama yang dengan wajah tegang bolak balik memeriksa ponselnya.

Tiada berapa lama, terdengar suara pintu diketuk dan seorang gadis berambut ikal masuk menghambur ke arah Gama.

Dengan hati-hatu Calya bisa menangkap dari ekor matanya, Gama menyambut gadis itu dengan sebuah pelukan yang terlihat hangat, dan ...

HUH ... Nyebelin ....

"Udah ditungguin dari tadi, kirain kamu nyasar,"sambut Gama sambil mengusap lembut puncak kepala si gadis berambut hitam dan berkulit sawo matang.

"Udah lama nggak ketemu, aku kangen banget sama Mas Gaga," balasnya sambil tersenyum manja.

Calya sengaja memperlambat pekerjaannya, memasang indra pendengaran lebih tajam untuk mencari tahu tentang siapa sosok yang bersama Gama saat ini.

Siapa sih nih cewek?
Anjir punya panggilan spesial lagi  ... Mas Gaga.
Nggak sekalian Mas Gagak?

"Sudah, Mbak. Mari saya bawakan," tawar Pak Irwan yang membuat Calya terbuyar dari percakapannya dalam hati.

"Iya, Pak," balas Calya.

Seperti biasa di setiap akhir tugas ia akan memberikan bukti setoran tempo hari.
"Semuanya pas, ini slip kemarin ya, Mas Gama."

"Terimakasih, Mbak Calya. Maaf ya, Mbak, terganggu dengan tamu saya."

Calya tersenyum ramah yang dipaksakan, ia membereskan semua peralatan menghitungnya dan keluar dari ruangan disusul oleh dua orang pengawalnya.

***

Semalam Gama mengirim pesan kepada Calya. Selama tiga hari Calya tidak perlu melakukan pick up ke kantor, itu berarti selama tiga hari ini Calya ada waktu santai dua jam di pagi hari untuk berada di mejanya.

Pikirannya melayang mengingat adegan kemarin di ruangan Gama. Melihat sendiri bagaimana Gama begitu dekat dengan gadis yang usianya terlihat beberapa tahun lebih muda dibandingkan dirinya.

"Perjalanan kita jadi kan, Mas?" tanya gadis itu dengan bergelayut di lengan staff keuangan PT. Indorama.

"Nanti aku lihat situasinya dulu ya."

"Aku udah terlanjur cuti tiga hari lho, Mas," rajuk gadis itu menarik tubuhnya menjauh dari Gama.

Dan dengan kecewanya, Calya melihat sendiri Gama melemparkan senyuman terbaiknya pada gadis itu.

Calya menggembungkan pipinya yang sudah bulat, bibirnya mengerucut dengan gerakan tangan memainkan bolpoint di tangannya.

Berarti hari ini mereka pergi ke luar kota hanya berdua kan?
Lha terus gue gimana?
Apa iya harus mundur sebelum berperang?

Tapi, siapa tahu aja mereka cuma saudara kan?

Tapi masa iya panggilannya Sayang

Calya menggigit ujung bolpoint di tangannya, keningnya berkerut.
Sepagi ini moodnya sudah berantakan, jelas ini tidak baik untuk fokus pekerjaannya.

"Mari, Mbak Calya. Waktunya kita berangkat."
Suara seorang pria beberapa langkah di belakang kursi Calya, siapa lagi kalau bukan security yang selalu setia menemaninya.

Calya mengangguk, mengenakan kartu identitas dan menenteng map transparan. Kemudian menyusul ke parkiran bergabung dengan para pengawalnya.

Bersambung ...

Gadis berambut ikal ini siapa ya? Yang tebakannya bener ntar aku tag disini lho
Kuy di jawab ya ☺☺

Calon Papa (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang