Hari ini Aiza sangat ingin teriak sekencang kencangnya sungguh ia kesal dengan Ashar . Dari pagi buta sampai malam , makan malam ia masih disini gimana gak marah coba . Udah Aiza usir beratus kali gak pulang pulang heran. Apalagi ia bisa akrab dengan Papa , yang membuat Aiza malas lagi Ayahnya Ashar teman Papa waktu sekolah dulu makanya Papa sama Ashar bisa cocok gitu , mungkin Ashar menuruni gen dari Ayahnya .
Aiza menatap tak suka , sangat sangat tak suka kepada Ashar yang sedang mengambil lauk pauknya . Udah ribut nih meja makan , entah suara Mama , Papa, Affan bahkan Ashar ikut nimbrung . Sudah ! Aiza sudah jengah melihat Ashar seharian ini .
" Cukup !" teriak Aiza tiba tiba membuat semua yang ada dimeja makan menatapnya heran bahkan Mbok yang ada didapur ikut menengok , karena suara Aiza. Aiza bernapas dengan kasar pertanda ia sedang marah .
" Lo bisa gak sih pulang sekarang ? Emang emak sama bapak lo gak nyari-in apa ? " usir Aiza lantang .
" Astagfirullah nak , tak baik teriak teriak di meja makan . Bahkan ini mau makan , biarkan dia makan malam sebentar " suara Papa mulai terbuka untuk menenangkan Aiza entahlah putrinya itu sedang sensitif mungkin karena sedang PMS .
" Maa " rengek Aiza dengan mata berkaca kaca ingin menangis . Mama tersenyum akan setuju dengan paparan suaminya tersebut .
Ekhem
Dehem Ashar untuk mencairkan suasana " Sebentar aku makan dulu , sudah terlanjur ambil lauk pauk nih " Aiza hanya memutar matanya malas .
" Ho oh makan yang banyak bang , abisin abisin gak usah didengeri perkataan kakak gua itu " kompor Affan , ingin sekali Aiza menyiram wajah Affan dengan sayur miliknya.
Ashar hanya tersenyum melihat wajah Aiza yang memerah karena menahan marah. Makan malam terasa tenang setelah acara usir mengusir . Bahkan Aiza sangat menikmati makanannya tak melanjutkan aksi marahnya karena sudah asik dengan makanan dihadapanya .
Setelah makan malam dan bersih bersih meja makan , Ashar berpamitan kepada orang tua Aiza untuk pulang .
" Tante , om saya pulang dulu ya . Terima kasih atas makan makannya " Pamit Ashar , Papa ikut tersenyum dan menganggukan kepalanya .
" Santai saja anggap rumah ni bak rumah sendiri , macam Ayah mu dulu kalau kerumah om macam tak punya urat malu dia " canda Papa diikuti Ashar
" Memang dia ni memang tak da malu lah Pa , mungkin urat malunya sudah terputus waktu dia lahir " sarkas Aiza namun apa , Ashar tak tersinggung bahkan ia menampilkan senyum menjijikan dimata Aiza.
" Sudah , maafkan putri tante ya . Silahkan pulang dan hati hati " pesan Mama kepada Ashar .
" Ok tante , Assalammu'alaikum semuanyaaaaa "
" Wa'alaikummusallam "
" Macam bapaknya dulu , aku yakin kau pasti melihat anakmu yang tampan ini dari atas sana " gumam Papa sambil dan memeluk Mama sambil melihat langit yang penuh bintang seakan mereka sedang berbicara dengan langit .
" Dia pasti melihat pertumbuhan anaknya pa " tambah Mama sambil tersenyum kearah Papa .
" Mama dan Papa ni berbicara apa ? Dia siapa ? "
" K E P O " ucap Papa dan Mama bersama sama lalu masuk kedalam rumah dengan papa yang memeluk pinggang Mama , dasar orang tua suka pamer kemesraan . Aiza pun berjalan untuk menutup dan mengunci gerbang depan rumah.
Namun sial , ia melihat seorang laki laki disebang jalan rumah tengah mentapnya tajam serta senyum yang menjengkelkan , lelaki masalalu yang sangat menjengkelkan . Aiza benci dengan dia benci bahkan alasan Aiza pindah sekolah juga karena dia . Aiza yang polos baru mengenal cinta karena dia dan Aiza merasa cintanya dihianati juga karena dia . Aiza enggan belama lama pun segara mengunci gerbang dengan cepat lalu berlari menuju rumah .
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Captain
Dla nastolatkówMapus , mama anakmu terlambat batin Aiza dengan harap harap pintu gerbang belum ditutup dan ia tak mau terkena amukan guru BP . Buru ia mengendari sepeda motornya dan berharap tepat waktu . Dengan menghela nafasnya dan mengucap syukur ia tak tertan...