Part 8

447 64 26
                                    

“Break up? Ayo kita lakukan, aku muak!”

Ucapan Saeron terus berputar dikepala Jaemin, ia benar-benar menyesal dengan setiap perkataan yang diucapkannya.

“Arrggghhhhh” keluh Jaemin seraya mengacak rambutnya frustasi.

Ttokk ttokkk tokk

Jaemin hanya menatap kearah pintu kamarnya tanpa menjawab atau bahkan berniat membukakan pintunya.

“Aku akan masuk.” Ucap Mark yang sepersekian detik kemudian membuka pintu kamar adiknya itu.

“Hyung…”

“Kenapa? Kau putus?”

“Reonni mengatakan itu?”

“Tidak, sikapmu tadi siang yang mengatakannya.”

Jaemin terdiam. Hari ini dia benar-benar hilang kendali akan dirinya.

“Kau marah pada Reonni namun bukannya menjauhkan Reonni dari laki-laki itu, kau justru menyuruh Hyunra yang masuk kedalam mobilmu. Itulah mengapa aku bertanya kau putus, kau tidak peduli terhadap mereka. Dan tidak ingin tahu apa yang terjadi.”

“Hyung… aku slalu mengecewakannya.” Ucap Jaemin dengan suara serak sambil menundukan kepalanya dalam.

Tangisan pecah Saeron, ucapannya, dan raut wajah kecewanya terus terbayang dikepala Jaemin.

“Apa Saeron mengatakannya? Dulu aku slalu membuatnya kecewa, dulu dia slalu menunggumu walau tak datang. Dia mengatakan kecewa? Tidak bukan? Dia selalu menyimpan semuanya sendirian. Bukan aku membelanya, tapi jika dia mengucapkannya itu artinya kau sudah melewati batas kesabarannya.”

“Dia bilang semua alasannya menangis adalah aku. Bukankah secara tidak langsung ia berkata aku slalu mengecewakannya?”

“Kau bertanya padanya?”

“Aku bertanya kenapa harus selalu Renjun yang menemaninya sedih padahal harusnya dia menceritkannya padaku.”

“hahh.. dia bekata seperti itu karna kau bertanya padanya, dia hanya mejawab pertanyaanmu. Kau benar-benar harus merenungkan semuanya. Dan Satu lagi yang harus kau tanyakan, Reonni yang mencari Renjun, atau Renjun yang selalu menghampirinya diwaktu yang tepat? Berhenti menyalahkannya jika kau berada disudut pandang yang salah.”

Jaemin bungkam, dia benar-benar menyesal sekarang.

Mark menepuk-nepuk punggung Jaemin pelan. “Seleesaikan baik-baik dengan caramu. Aku harap kau tidak akan menyesali apapun itu.”

“Hyung.. apa perlu aku sepertimu saja?”

Mark hanya mengangkat sebelah alisnya, menunggu kelanjutan dari ucapan Jaemin.

“Tidak perlu hubungan serius, namun tetap dengan perasaan yang tulus. Aku akan menyelesaikan impian karirku, dan menjadikannya pendampingku nanti.”

“Aku tidak akan melarangmu, tapi ingat satu hal. Situasi yang aku hadapi, dengan situasi yang kau hadapi jelas berbeda. Wanita akan nyaman jika mereka terbiasa bersama. Sama halnya seperti kau dan Reonni dulu.” Jelas Mark untuk meyakinkan adiknya itu.

“Aku percaya padanya.”

.
.
.

“Nuna bangun. Ayo sarapan.”

Sepersekian detik setelah mencerna ucapan Jisung Saeron seketika terlonjak bangun dari tidurnya.

“Kau memasak?”

“Bukan aku, tapi Jaemin Hyung.”

Apa-apaan ini? Dejavu? Atau kejadian sebelumnya hanya mimpi?

Long Time No See [Season 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang