1

893 141 84
                                    

Pertemuan yang tidak disangka, Karin berada di sebuah kafe bersama dengan sosok pria jangkung arogan ini. Mengaku calon suami Karin, entah dia berkata benar atau bukan. Mata sipitnya melirik kearah leher jenjang milik Karin.

"Apa lo liat-liat, ganjen amat," ketus Karin.

Laki-laki itu terkekeh renyah, lalu mengulurkan tangannya. "Gue Hyunjin, calon suami lo. Berulang kali gue ngenalin diri," ulangnya.

Karin menghela napas bosan. "Lagian lo ngapain ke sini sih, disuruh bunda?" tanyanya.

Hyunjin mengangguk. "Iya, bukannya gamau tapi bunda lo sahabat mami gue--kalo sampe tau gue membangkang gimana image gue nanti," ocehnya.

Karin berjalan melewati Hyunjin, dia sudah selesai dengan kudapannya. Melengang menuju kasir dan membayar dengan sebuah kartu.

"Sandinya ....." Karin memberikan kartu berwarna hitam itu bersama kata sandi.

"Maaf, Mbak, kartu ini tidak bisa diakses." Sontak raut Karin berubah.

Kok bisa? Begitulah ekspresinya sekarang. Hyunjin yang berada dibelakang langsung menyodorkan kartu miliknya, dengan niat membayar tagihan.

"Ini, Mbak, saya aja yang bayar."

Mbak kasir tersenyum melihat kegantengan Hyunjin dari dekat, Karin menoleh pada laki-laki itu--dengan lirikan mata tajam menyorotinya.

"Baik banget Mas-nya, pacarnya ya?" Mbak kasir ber-nametag Harvey itu semakin kepo.

"Bukan, calon suami," ralat Hyunjin membenarkan perkataan mbaknya.

Karina auto blushed. Dia mematung di tempat, tangannya agak tremor langsung mengambil black card Hyunjin dan melemparkannya ke dada bidang pria tersebut.

"Ambil tuh kartu," ketus Karina.

"Tungguin dong!" Hyunjin sempatkan tersenyum ramah ke mbak kasir tadi dan segera menyusul Karin yang berjalan kian menjauh.

***

Perintah dari calon mertua tidak bisa Hyunjin tolak mentah-mentah, alhasil dia mengantar Karin sampai ke depan rumah.

"TFT, besok ga perlu ketemu gue lagi."

Karin hendak masuk ke dalam, tapi tangan Hyunjin menghadangnya. "Eits, gue ga janji... karena bunda lo akan selalu nyuruh gue buat jaga lo," katanya.

Karin memutar bola mata malas. "Terserah, yang jelas gue ga mau ketemu sama lo," ketusnya lalu menepis tangan Hyunjin.

Karin berhasil masuk ke dalam, begitu sempurna masuk ia langsung menutup pintu rapat-rapat.

"Dasar cewek kepala batu," guman Hyunjin lalu terkekeh kecil. Dia kembali masuk ke mobil dan segera berlalu meninggalkan lokasi.

Sementara itu di ruang tamu, seorang wanita paruh baya sedang bersantai di sofa sembari melihat majalah model di tangannya.

"Udah pulang?" tanya Wendy.

"Iya, Bun," jawab Karin.

"Sama siapa tadi?" tanya Wendy lagi.

"Hyunjin," jawab Karin.

Wendy tampak menghela napas lega. "Baguslah kalo gitu, gimana tadi? Lancar dan aman terkendali?" tanyanya berbeda jalur.

Karin mengernyitkan dahinya tidak paham. "Apa maksud Bunda? Aman, saking amannya Karin sampe ngutang ke dia. Oh iya, kok kartu kredit aku ga bisa akses sih, Bun?" ocehnya.

Wendy memalingkan wajahnya, menyembunyikan smirk kecil lantas dia kembali menatap putrinya itu. "Mana Bunda tahu, mungkin ayah kamu kali yang nge-blokir. Bunda seharian di rumah aja tuh," elaknya.

What's Love | ONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang