6

267 48 7
                                    

Karin sedang berada di sebuah ruangan serba putih, dengan bau steril yang khas menyeruak memenuhi hidung.

Dia tidak masuk sekolah sudah dua hari, dan terpaksa menitipkan ijin ke Haechan dan bilang kalau dia harus di rumah sakit untuk menemani Wendy. Entah Karin merasa Jeno akan mengetahui kabar ini dari Haechan.

"Bunda, maafin Karin... bangun cepet banget ya," lirih Karin sembari menatap nanar wajah Wendy yang sedang terpejam terlihat damai.

Tidak berselang lama, pintu dibuka dan seorang laki-laki jangkung melangkah masuk. "Rin, Bunda kenapa?" Jeno dengan raut panik menghampiri Karin yang duduk di sebelah ibunya itu.

Benar yang diduga olehnya, Jeno datang dengan masih berseragam putih abu-abu dan di tangannya membawa sebuah keranjang buah.

"Bunda kena serangan jantung, Jen," jelas Karin.

"Hah? Kok bisa?"

Karin menundukkan kepalanya. "Awalnya gue sama Bunda lagi cekcok adu mulut, sampe Bunda marah-marah dan akhirnya pingsan," jelasnya sampai Jeno mengangguk paham.

"Gue yakin Bunda bakalan segera siuman kok," kata Jeno mencoba untuk memberi semangat.

Laki-laki itu menaruh barang bawaannya dan menarik kepala Karin masuk ke dekapannya, gadis itu merasa nyaman saat berada di sisi Jeno. Apa itu makna dari cinta? Karin membalas pelukan singkat itu, setelahnya pintu terbuka lagi dan membuat pelukan itu terlepas.

Keduanya menoleh ke arah pintu secara bersamaan, sosok Hyunjin sedang berdiri berdampingan dengan Minho membawa tas ransel dan makanan.

"Cowok ini lagi?" tanya Hyunjin pada Karin tetapi pandangannya tajam mengarah pada Jeno.

"Bos, mau ditaruh di mana ini?" tanya Minho.

"Oh, taruh di meja situ aja."

"Lo kenal sama dia, Rin?" tanya Jeno pada Karin. Dia menatap dengan penuh tanya, sedangkan kini Hyunjin memandanginya dengan raut dingin dan melipat tangan di depan dada.

"Oh, ini Hyunjin, dan Hyunjin... ini Jeno pacar gue," kata Karin memperkenalkan Jeno padanya.

Kalimat itu sontak membuat Minho menatapnya heran, dan dia mulai merasa udara tidak baik-baik saja jadilah ia keluar untuk mencari udara segar karena dia yakin bosnya tidak akan senang dengan pernyataan Karin barusan.

Hyunjin mengepalkan tangannya, dan hanya tersenyum paksa pada Jeno sebagai awal---bukan tetapi pertemuan kedua mereka.

Hyunjin dan Jeno keluar, kata Hyunjin masih ada yang harus dia bicarakan. Karin berharap Hyunjin tidak macam-macam pada Jeno, dan tidak membocorkan kalau dia sedang dijodohkan.

Setelah itu Karin menunggui Wendy, wanita dengan rambut pendek itu tidak kunjung bangun. Sampai akhirnya Karin mengusap tangan Wendy pelan, mengecupnya singkat sebagai simbol hormatnya. Dia meneteskan air mata. "Bunda, Maafin Karin... setelah ini Karin mohon Bunda bangun ya, jangan bikin Karin khawatir kayak gini. Karin sayang sama Bunda--please bangun. Karin bakal wujudin semua keinginan Bunda, apapun itu," ucapnya sedikit terbata.

"Beneran?"

Karin membuka matanya, menyadari bahwa itu suara bundanya Karin pun mengusap pipinya yang basah dan tersenyum. "Bunda udah bangun? Bunda, jangan bikin Karin cemas dong," rengeknya.

Wendy mencoba untuk membenarkan posisinya menjadi duduk. Dia tampak tersenyum singkat. "Kalau kamu sayang sama Bunda, jangan buat Bunda sakit kayak gini. Kamu mau kan menikah sama Hyunjin?"

Hyunjin lagi dan lagi, Karin sudah muak mendengarnya. Tapi jika dia membantah sekarang, maka kesehatan Wendy yang akan memburuk lagi. Karin menggelengkan kepalanya dia sudah terlalu jauh memikirkan itu, ia tidak mau sesuatu yang buruk terjadi pada Bundanya.

"Iya, Bun... Karin mau," jawab Karin mengangguk pelan. Dia bisa melihat wajah pucat pasi Wendy mengukir senyuman.

"Makasih ya Sayang," ucap Wendy padanya. Keduanya lalu berpelukan, wanita itu mengusap pelan surai Karin.

***
Sementara itu, di bangku taman belakang rumah sakit. Hyunjin sedang bersama Jeno, mereka terlibat dalam percakapan sengit. Tidak jauh dari titik lokasi, Minho tampak memantau si bos dengan tatapan awas kalau-kalau terjadi sesuatu pada dua orang itu.

"Aduh, kok gue tiba-tiba kebelet--mana perut gue sakit banget lagi. Habis makan apa sih, kayaknya gaakan terjadi apa-apa deh. Yaudah gue tinggal ke WC dulu, aduh perut gue!" cicit Minho sekali lagi memastikan bahwa Hyunjin dan Jeno tidak sedang berkelahi lalu dia berlari masuk ke dalam rumah sakit untuk mencari toilet.

"Lo siapanya Karin? Kemarin gue liat lo jalan berdua di mall sama Karin," ujar Jeno melontarkan sebuah pertanyaan sekaligus pernyataan.

"Belum resmi sih, tapi gue calon suaminya Karin," ucap Hyunjin padanga membuat mata Jeno membulat.

"Maksud?"

"Iya, gue sama Karin mau nikah. Gak lama kok, mungkin seminggu lagi--"

BUAG!

Belum selesai dengan kalimatnya, sebuah pukulan dilayangkan Jeno padanga dengan telak. Hyunjin nyaris terjatuh dari duduknya, dia mengusap ujung bibirnya yang terasa perih.

"Fuc*k, orang kayak lo gak pantes buat Karin! Dia masih sekolah, ngapain dia nikah sama lo!" Jeno tidak terima dengan pengakuan Hyunjin.

"Gue suka sama dia, dan gue mau dia jadi milik gue," jawab Hyunjin menatap tajam ke arah Jeno.

"Cih, lo apain Karin? Lo hamili dia?" Pertanyaan Jeno membuat seseorang berdiri mematung di ujung sana sembari mengepalkan tangannya erat,   perempuan itu berjalan ke arah Jeno dan mendorong tubuh Jeno hingga berbalik sempurna menghadap dirinya.

Tangan kanannya menampar telak pipi Jeno dengan keras, matanya berkilat-kilat. "Lo ngomong apa barusan, Jen?" tanya gadis itu.

Bersambung

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

What's Love | ONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang