Aku masih terus memikirkan kejadian kemarin malam, semua yang terjadi kepadaku, Logan, dan semua penglihatan yang kerap muncul tiba-tiba. Terkadang aku juga tidak dapat membedakan mana yang nyata dan mana yang tidak.
"Allie, aku tidak melihat mobilmu?" tanya Mandy yang tiba-tiba muncul di belakangku saat aku berjalan menuju kelas.
"Mesinnya tidak mau menyala. Bibi Meg yang mengantarku," jawabku sambil terus berjalan. Mandy mengangguk lalu memberiku selebaran. "Apa ini?" tanyaku tanpa berusah melihat isinya.
"Pesta dansa,"
"Err...," aku mengembalikan selebaran itu pada Mandy dan dia langsung melemparnya ke tempat sampah begitu menemukannya.
"Tim mengajakku," kata Mandy pelan tapi pasti dan membuatku menghentikan langkahku. Menatapnya sebentar lalu berjalan lagi. Aku tahu Mandy tidak akan terhasut oleh rayuan pria murahan macam Tim. "Kau tahu, aku kemarin malam menelpon Robert!" serunya.
"Robert siapa?" ada banyak orang bernama Robert di muka bumi ini atau setidaknya ada tiga orang bernama Robert di sekolah ini.
"Ehm... Mr. Mullighan,". Kali ini aku benar-benar menghentikan langkahku. Aku tidak percaya apa yang baru saja dikatakan Mandy. Dia menelpon pria yang memberinya nomer di klub waktu lalu dan bahkan dia sendiri tidak kenal?
"Lalu bagaimana?" tanpa sadar aku tertarik dengan cerita Mandy, bukannya malah memarahi karena bertindak gegabah.
"Dia mengajakku minum nanti malam,"
"Dan kau menerimanya?" tanyaku sambil membelalakkan mata. Mandy mengangguk. "Mandy! Siapa tahu dia akan mengajakmu ke rumahnya dan astaga! Aku tidak dapat mebayangkan apa yang akan terjadi padamu!"
"Kau pikir aku wanita seperti apa? Kau ikut!"
"Aku? Aku tidak bisa pergi malam ini, Mandy," gumamku lirih mengingat keadaan mobilku itu.
"Aku akan menjemputmu. Kita aka bersenang-senang," kata Mandy sambil menyeringai puas. Mandy adalah wanita dengan seribu satu akal, bisa dibilang tidak akan kehabisan akal.
Hari ini aku melepaskan semua kegiatan-kegiatan organisasiku dan menghabiskan waktu bercengkrama dengan Mandy di kantin. Rasanya menyenangkan, Ruby juga tidak tampak di kantin. Mungkin dia sedang menyiapkan pesta dansa yang akan diadakan besok malam. Aku dan Mandy telah berjanji untuk tidak menghadiri pesta tak berguna itu dan menghabiskan malam minggu di klub favorit kami. Kami akan mabuk sampai tengah malam dan sudah membuat rencana untuk menginap di rumah Mandy dan kebetulan orang tua Mandy sedang keluar kota jadi kami bebas melakukan apa saja.
Sepulang sekolah aku menunggu Meg di depan sekolah. Mandy sudah pulang duluan dengan mobilnya. Dia menawariku tumpangan tapi aku menolaknya lagipula aku sudah mengirim pesan kepada Meg.
"Hey," sapa seseorang yang aku kenal dari kejauhan. Aku tahu benar siapa orang itu dan memutuskan untuk menghiraukannya. Menjaga jarak sejauh mungkin dari makhluk yang terus mendekat itu. Tubuhku tiba-tiba saja merinding. "Butuh tumpangan?". Aku berjalan menjauh tapi Logan menarik lenganku. Memaksaku menatapnya. "Bibimu tidak dapat menjemputmu," lanjutnya. Bagaimana dia bisa tahu? "Kau belum melihat pesan masuknya ya?". Aku memalingkan wajahku dengan bingung lalu dia menggeretku, memaksaku masuk ke dalam mobilnya. "Ada yang perlu aku bicarakan denganmu,"
Saat di mobil aku dapat merasakan tatapannya tapi aku tetap memalingkan wajahku. Tidak sudi aku menatapnya. "Ayo kita jalan-jalan sebentar," katanya sambil tersenyum kepadaku.
"Apa yang kau inginkan?" tanyaku dengan nada ketus.
"Well, kau sudah tahu semua tentangku," katanya lirih. "Dan aku tidak akan membiarkannya,". Bulu kudukku meremang saat mendengar nada suaranya yang mengerikan. Aku tahu maksud dari kata-katanya. Aku tahu kenapa dia memaksaku masuk ke mobil, dia ingin mengeksploitasiku, memerasku hingga kering karena aku tahu rahasia mengerikannya. Kesal dengan diriku sendiri yang membiarkanku menjadi sangat ketakutan. Dia akan membunuhku. Dia bukan manusia. Dia monster. Persis seperti mimpiku waktu lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fear Not
Vampire"Aku hampir saja mati saat itu, saat dia terlihat begitu mempesona dan membuat siapa saja takluk padanya. Aku lebih memilih mengakhiri hidupku sendiri pada saat ini juga dengan belati yang selalu aku bawa kemana-mana daripada hidup di tangan makhluk...