Bad Luck

6 4 0
                                    

Bulan Juli, bulan penuh ketidakjelasan. Pagi hari langit tampak mendung. Kelang beberapa jam saja, tepatnya pukul 9 lewat, mentari ceria sudah menyebarkan kehangatannya.

Karena takut kehujanan, aku pun tak sempat membawa sarapan untuk dimakan di kantor.

"Jul, mau nitip sarapan?"

Untungnya ada Gretha, anak bagian legal yang juga belum sarapan. Tentu saja ajakannya mendapat jawaban anggukan berulang kali dariku.

"Lontong sayur sama bakwan dua buah yaa, Tha?"

"Sekalian makan siang?" kelakarnya menimbulkan decakan karyawan yang lain. Mereka juga tau kok kalau aku doyan makan. "Kalo nggak ada mau yang lain?" tanyanya lagi. Aku menggeleng. Rasanya ingin makan lontong sayur dengan bakwan. Masih dipikirkan saja sudah membuatku telan ludah.

Hari ini ada laporan baru yang harus segera diselesaikan dari kantor pusat. Padahal, intinya sama saja dengan laporan-laporan sebelumnya.

"Jul, pesanan kamu nggak ada. Habis semua."

Jemariku yang asyik mengetik langsung terhenti. Karena terlampau banyak laporan yang harus kukerjakan, rasa lapar pun tadi sempat hilang kemudian datang lagi setelah aku sadar belum makan pagi.

Sedikit menyesal tidak memesan penggantinya tadi. Aku terlalu yakin kalau makanan yang aku pesan masih ada.

Sabar ya lambung.

Baru setengah jalan laporan ini kukerjakan, ternyata lambungku tak ingin berdamai lebih lama lagi.

Seingatku tiga hari yang lalu aku sempat singgah ke mini market.

"Loh, biskuitku mana?" ucapku spontan saat mendapati laci kabinetku kosong tanpa makanan.

"Oh iya, Jul. Aku ijin makan snackmu ya. Maaf, lupa bilang pas kamu cuti semalam." pengakuan Ikhsan hanya kubalas senyum kecut. Apa boleh buat, segan memintanya untuk membeli lagi makanan itu sekarang. Dan pasti banyak alasannya yang bertepatan sudah dekat waktu makan siang.

Akhirnya, dengan mengabaikan alarm perutku, semua laporan yang baru datang langsung kukerjakan. Meskipun ada beberapa yang deadlinenya masih jauh.

Input nama-nama penerima, filenya juga excel. Lalu, sent.

Tinggal lima belas menit lagi makan siang. Cukup untukku beristirahat sebentar.

"Jul, kamu salah input data. Coba perhatikan. Itu data bulan lalu."

"Apa?!" rasanya semua data yang aku masukkan sudah benar. Apalagi sudah dicek sama Kiara, satu timku.

"Revisi sekarang. Bu Shinta minta laporannya sudah dikirim sebelum jam satu siang."

Tapi, aku belum makan.

Kalau saja bukan atasanku yang meminta, sudah aku shutdown komputer ini. Kenapa sial sekali nasibku

***
DWC DAY 16

Buatlah tulisan mengenai tokoh utama yang selalu badluck

Hello, July (30 Deadly Writing Challenge)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang