"Ingat, jika kau berhasil nanti kau akan menemukan gapura yang sama di mana kau mulai berlari sekarang."
Pria berbaju jirah itu berulangkali mengingatkan dimana garis finish yang harus aku tuju. Berulangkali pula lah aku mengangguk patuh. Rasanya leher ini akan segera lepas dari tempatnya.
"Mulai!"
Suara menggelegarnya sudah cukup untuk menggerakkan 31 peserta yang ikut dalam turnamen ini. Tak perlu alat pengeras suara, tembakan pistol, atau apapun juga. Hentakan nada yang lantang dan berat menggelegar sudah lebih dari cukup. Jantungku saja seperti tak sanggup menerima detakan bertubi-tubi akibat suara besar itu.
Aku memakai kaos lengan pendek, celana training pendek dan sepatu lari. Sungguh berbeda jauh dari pakaian yang kutebak para panitia tadi. Salah satunya saja berbaju Jirah. Sempat juga aku perhatikan peserta yang lain memakai baju yang sama denganku. Hanya beda warna.
Di balik gapura bertuliskan Start, seperti labirin. Dikelilingi tumbuhan-tumbuhan tinggi dan mejalar serta tembok-tembok khas peninggalan sejarah. Aku berlari melewati semua tembok dan tanaman mengikuti instingku. Hanya belok kiri atau kanan. Maju atau berbelok ke arah lainnya.
Tampak mudah awalnya, tapi semua menjadi sangat mengerikan saat aku melihat ada peserta bersimbah darah, memegangi lehernya tempat darah mengucur deras. Naluriku ingin menolong pria itu. Namun, seseorang tiba-tiba saja keluar dari dalam semak belukar. Aku ingat sekali dia adalah pria di sebelahku tadi sebelum challenge ini dimulai.
Ramah dan murah senyum? aku menanyakan pada diriku sendiri. Saat ia mau masuk grup kami, ia sungguh ramah dan humoris. Tetapi kenapa sekarang dia seperti banteng kesurupan?
Matanya merah melotot, dan dengusan itu persis seperti banteng marah.
Sayup aku mendengar suara kecil mengancam disertai gemertakan giginya.
"Pergi atau kau hancur di sini! Lewati semak itu, sekarang!"
Aku mundur dan langsung berbalik tanpa tahu ada tembok dipenuhi tanaman menjalar.
Seketika aku sampai kembali di gapura tadi. Masih bertuliskan Start. Aku menoleh pada panitia yang sama.
Di belakang mereka hanya ada tembok, bagaimana ceritanya aku bisa sampai di sini.
"Finish." ucap panitia berbaju jirah padaku.
Aku melotot tak mengerti, dengan bahasa tubuh memintanya menjelaskan padaku. Ia memutar bola matanya kesal. Namun, tetap menjawab.
"Ingat, jika kau berhasil nanti kau akan menemukan gapura yang sama di mana kau mulai berlari sekarang."
***
DWC DAY 27Buatlah cerita dengan cicle ending. Circle Ending adalah ketika klimaks dan resolusi kembali ke adegan, tempat, atau tema yang sama di mana narasi dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, July (30 Deadly Writing Challenge)
Short StoryKumpulan cerita absurd dari tema harian yang ajaib dari founder ghoib 🎉🎉🎉 . . . Cerita Ann dapat Gold dong karena nggak bolong 😝 Yay! 🎉 . . . Selamat Membaca 😍💕