Gadis itu tersadar. Seperti hari-hari sebelumnya ia terbangun di tempat yang tak terduga. Kadang di atas pasir, rumput, bahkan di tengah-tengah keramaian orang. Entah bagaimana dirinya ada di sana. Berdiri sambil menutup mata. Beruntung jika ia menemukan dirinya bangun di atas tempat tidur atau di depan meja belajar.
"Di mana aku sekarang?" ucapnya sembari melihat sekeliling. Lautan manusia membuatnya bergidik ngeri.
"Hey, kalian tahu kan sekarang lagi pandemi corona? Kenapa masih saja banyak manusia berkumpul bersama?" tanyanya pada ... padaku?
"Tidak. Aku berbicara dengan pembaca. Kuharap kalian jangan sering-sering keluar rumah jika tidak mendesak. Apalagi berkerumun seperti ini."
July bangkit dari duduknya, membersihkan sisa-sisa debu di celana jins. Ia baru sadar sedari tadi duduk di trotoar, memandangi manusia berlalu lalang dengan kesibukannya masing-masing.
"Kuharap terbangun di depan meja belajar, dengan begitu aku hanya perlu menulis beberapa puisi." keluhnya. "Hey, kalian sudah baca puisi-puisiku kan? Bagaimana, bagus?"
Seorang pria berbalut tuksedo hitam mendekatinya.
"Kau mau ambil nyawaku sekarang, ambillah?"
"Terlalu cepat jika merenggut jiwa dari tubuh pesakitanmu. Cepatlah pulih. Banyak yang menantimu di balik dunia ini."
Pria itu berjalan menjauh dan menghilang di antara lautan manusia.
"Apa maksudnya? Kalian tahu?"
***
DWC DAY 29Buatlah tulisan dengan konsep breaking the fourth wall
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, July (30 Deadly Writing Challenge)
Short StoryKumpulan cerita absurd dari tema harian yang ajaib dari founder ghoib 🎉🎉🎉 . . . Cerita Ann dapat Gold dong karena nggak bolong 😝 Yay! 🎉 . . . Selamat Membaca 😍💕