Bagian 1: Asing

1.4K 161 4
                                    

FERA sibuk memainkan gawai sampai tak menyadari seorang pemulung baru saja melintas di depannya. Ia terus berjalan di sepanjang trotoar. Tak peduli pada keadaan sekitar yang cukup memprihatinkan.

Lihatlah, sudah puluhan tahun negeri ini merdeka; para pengemis semakin bertambah dan berkeliaran di sudut-sudut kota. Lihat pemulung itu juga, mengais sampah tanpa takut pandangan warga.

Jangan lupakan pengamen di sekitar lampu merah itu. Suara mereka sama sekali tak pantas dibayar dengan sekeping koinpun. Hampir tak paham agaknya, apa itu "jual suara".
Juga teriakan pedagang asongan itu. Ah, iba sekali mendengarnya.
Semua hiruk pikuk tersebut, Sayang sekali Fera tak peduli. Ia terus melangkah hingga....

Buk!

"Hei! Jalan lihat-lihat donk!" teriak Fera saat menyadari gawainya hampir jatuh-karena tabrakan barusan.

Orang yang baru saja menabraknya tampak aneh. Ia mengenakan seragam seperti tentara zaman dulu-tapi Fera tak yakin apa dugaannya benar. Gadis itu tak pandai sejarah.

Wajah orang di depannya juga cemong oleh debu. Mata legamnya bergerak-gerak kesana kemari, tapi tubuhnya seolah terpaku ke tanah. Usai menabrak Fera, pria kekar itu tak bergerak. Ia tampak waspada dengan keadaan di sekitar.

Fera mendengkus kesal. Baiklah, walau sifatnya terlalu cuek, tapi ia tak terima pada apapun yang menyangkut keselamatan gawainya. Ia berkacak pinggang seolah menantang.

"Om, kalo HP saya tadi jatuh, om mau tanggung jawab!?" teriak Fera tak tahu malu.

Ia baru saja meneriaki orang yang lebih tua darinya. Poin tambahan, di tempat umum.

Tak mendapat jawaban, Fera bersiap menambahkan kalimat cercaan berikutnya, tapi urung. Tangannya lebih dulu ditarik menjauh dari kerumunan.

***
Bersambung
(250 kata)
.
(Jum'at, 17 Juli 2020)
.
Cerita ini dipersembahkan untuk ipenlaknat yang diselenggarakan oleh PseuCom



24 Jam |✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang