PROLOG

27 4 0
                                    

       Khodijah, gadis belia yang sedang menuntut ilmu disebuah pesantren salaf didaerah Semarang. Ia baru dua tahun dipesantren Mambaul Ulum ini. Orang tuanyalah yang menginginkan khodijah untuk nyantri. Walaupun awalnya ia terpaksa,  tapi semakin lama ia tinggal dipesantren membuatnya  sadar betapa indahnya kehidupan pesantren itu. Tak sesulit yang ia bayangkan. Berbagai warna dan rasa ia rasakan. Bertengkar dengan teman,  dihukum oleh pengurus, kanker(kantong kering) pun ia rasakan. Justru dari situlah ia bisa melihat sepucuk kehidupan kecil yang telah menunggunya dimasa depan. Khodijah sendiri merasa bersyukur,  seandainya ia tak nyantri entah ia sudah jadi apa dizaman yang semakin bobrok ini. Pergaulan bebas dengan keluarga yang minim agama. Kesadaran diri sendiri yang berpengaruh. Kedewasaan tidak dilihat dari umur tapi bagaimana kita menyikapi diri dari permasalah dunia.
         Sejak nyantri sifat khodijah yang tomboy telah berubah sedikit demi sedikit, seiring dengan berjalannya waktu. Ia menjadi gadis yang lemah lembut, anggun, dan sopan. Khodijah juga mudah menyerap pelajaran. Dengan kegigihan dan ketekunannya dalam waktu lima bulan ia mampu menyelesaikan hafalan Imriti nya, sekarang masih proses dalam menghafal Alfiyah ibnu malik kitab Nahwu yang tersohor itu. Khodijah sendiri masih sekolah formal tingkat MA(madrasah aliyah) kelas dua, masih satu lokasi dengan pesantren.
       Allah maha baik dengan caranya yang cantik kata uniessy. Ia rasa kata itu memang benar. Ia merasa beruntung lingkungan dan teman sangat mendukung untuk menentukan sifat seseorang. Bukankah sahabat baik itu juga Allah yang menentukan?? :) itulah yang dirasakan khodijah. Berkat bimbingan Mbak Zahra seorang pengurus senior yang sekamar dengan khodijah,sekarang pakaian khodijah lebih tertutup, jilbabnya lebar, bajunya longgar. Ketika mengingat saat pertama kali khodijah datang kepesantren ini, ia malu sendiri. Memakai jilbab ala kadarnya, kaos panjang tapi ketat atau dikalangan pesantren ini disebut"berpakaian tapi telanjang" .Masyaallah.
       Khodijah menghuni Asrama As syifa no:4. Dikamar itu ada sepuluh santri salah satunya mbak zahra dan khodijah. Mbak zahra seperti kakak kandung bagi khodijah, tipe orang yang perhatian dan penuh kasih sayang. Menjadi penyemangat dan motivasi bagi khodijah dan santri-santri yang lain. Kadang ia berfikir ingin menjadi orang seperti mbak zahra tapi dawuh abah yai selalu menancap diotaknya, menjadi diri sendiri lebih baik karna setiap orang memiliki sifat yang berbeda bahkan anak kembar sekalipun.

         Magetan, 17 juli 2020
             Ni'mah El Abidah

KHADIJAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang