I'm here for you,
Because i don't have much time.wooyoung memutuskan untuk menatap langit senja, mencoba melepaskan semua beban yang semakin berat saja ia topang sendirian. hembusan angin perlahan masuk membuat gorden kelas berkibar. pohon-pohon mulai menjatuhkan daunnya. daun rapuh yang kini tergeletak di tanah—cukup jadi perumpamaan seorang jung wooyoung hari ini.
wooyoung tengah ada di titik terendah—dan ia rapuh. sekali pinajakan kaki lagi di atas tubuhnya, maka ia akan jadi dedaunan yang sangat rusak.
walau kali ini ia berhasil meraih peringkat pertama di kelas, wooyoung sama sekali tidak senang. jung wooyoung tau-ia bisa mendapatkan ini karena choi san-ia memberikannya pada wooyoung.
karena choi san sudah pergi.
dan kalau boleh jujur, wooyoung sangat ingin bertemu dengannya hari ini. memori-memori tentang san terus berputar di kepalanya. san adalah separuh dirinya-dan wooyoung akan mati jika jiwanya tak lengkap.
Dan ya, jung wooyoung sudah mati sejak lama. tepatnya setelah san meninggalkannya sendiri di dunia yang kejam ini.
"jika tak punya tempat untuk bercerita, maka aku akan ada disini. jika ada sesuatu yang tak bisa kau ceritakan padaku, maka berceritalah pada langit. dan langit akan mendengarkan..."
wooyoung menyeka air matanya, karena ini bukan sesuatu yang bisa ia katakan pada san—lagi.
"h-hari ini...aku berhasil mengalahkan peringkat san seperti yang telah ku impikan sejak lama." wooyoung bisa merasakan angin kembali berhembus menerpa wajahnya.
"tapi..." wooyoung mati-matian menahan bulir bening yang ingin keluar dari pelupuk mata, "kenapa rasanya aku tidak senang sama sekali?"
suara gorden yang dihembus angin, debu-debu kecil yang terlihat berterbangan di kelas yang kosong, kini mereka menemani seorang jung wooyoung yang sendiri sebelum...
"kau menangis?"
tentu saja. wooyoung menghabiskan seumur hidupnya untuk menangis setelah kau pergi—choi san.
"kenapa? kau tidak ingin bercerita denganku?"
wooyoung mengusap air matanya kasar. ia tak mau menengok kebelakang, tak akan. "kenapa kau datang?"
disana wooyoung tau, san tengah menatapnya dari bangku berdebu tempat biasa ia duduk. tepat disamping wooyoung.
"aku merasa sakit. jadi kupikir, pasti sahabatku juga tengah sakit. aku datang untuk memeriksa," jawab san ramah.
"kau tak akan tau apa yang aku rasakan. kau tak akan pernah tau bagaimana rasanya..." ditinggalkan, lanjut wooyoung dalam hati.
"apa maksudmu berkata begitu? aku ini sebagian darimu—kau sebagian dariku. bahagiamu adalah bahagiaku. lukamu adalah luka ku juga jung wooyoung. apa maksudmu aku tak bisa?"
wooyoung mengepalkan tangannya, "karena kau sudah mati. dan mati—membuatmu tak akan bisa merasakan sakit," ucapnya ketus.
ia menutup mata, "bagus untukmu, karena kau tak perlu lagi merasa kesakitan di dunia ini," wooyoung berbalik. ia mengedarkan pandangan keseisi ruangan, tak ada choi san.
ini yang wooyoung benci. san selalu saja begitu. ia datang dan membuat wooyoung nyaman jika terus berada didekatnya. lalu tanpa peringatan atau pemberitahuan, ia akan pergi secara tiba-tiba.
itu semua adalah kebiasaan san. bahkan sampai matipun, kebiasaan itu masih saja menempel padanya.
"kau tak perlu takut merasa sendirian. percayalah, aku akan selalu ada bersamamu," begitu kata san.
wooyoung mendecih. ia merutuki dirinya yang malang—percaya pada perkataan manis san pada hari itu.
ia kembali berbalik dan menatap langit. dirinya kembali bertemankan kesendirian. wooyoung menghela napas, "....bohong"
tentang san yang bilang tak akan meninggalkan dirinya sendirian, sampai sekarang wooyoung hanya menganggap kebohongan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[] because i don't have much time ✅
Fanfictionhanya tentang Choi San yang ingin cepat-cepat bergegas karena waktunya sudah tak banyak. write in lowercase ╭angst ╭friendship we're insensitive series :: because I don't have much time. ...