Kejutan besar

148 22 9
                                    

Satu tahun kemudian

Setelah kebohongan Selina terbongkar, membuat Vincent menjadi pribadi yang dingin dan terkesan angkuh. Selama 1 tahun itu juga, waktu Vincent ia habiskan untuk bekerja dan bekerja.

Menggunakan setelan kemeja berwarna abu-abu serta kemeja merah maroon di dalamnya, Vincent berjalan penuh dengan keangkuhan di dalam perusahaannya. Ada rekan bisnisnya yang langsung datang dari Bali untuk membahas proyek pembangunan hotel dan resort di sana.

Vincent mengumpat di dalam hatinya, kenapa rekan bisnisnya yang satu ini memaksanya untuk bertemu secara langsung?

Rico, asisten pribadi Vincent membukakan pintu kaca ruangan meeting khusus untuk bosnya itu.

"Silahkan, Tuan!"

"Terimakasih, Rico." Vincent menjawab dengan nada datar.

Vincent masuk ke ruangan yang cukup besar, karena rasa kesalnya membuat Vincent tak memperhatikan orang yang ada di hadapannya sekarang.

"Baiklah, kita bisa langsung membahas ke intinya saja," ucap Vincent tampa basa-basi.

"Kenapa sangat terburu-buru. Bahkan kau tidak menyapa sahabat lama mu ini, Vincent!"

Vincent mendongak, memperhatikan wajah pria di hadapannya.

"Shit," umpat Vincent lirih, membuat orang di hadapannya terkekeh.

Rehan Atmajaya, sahabat lamanya. Sudah lama Vincent tak melihat sahabatnya, terakhir kali Vincent melihat Rehan sedang berpelukan dengan Rania.

"Aku terkejut, Vint. Kau bisa menjadi seperti ini, anak manja yang pemarah kini menjelma menjadi seorang CEO." Rehan tak ada niatan untuk menghentikan ucapannya, meski ia tahu amarah Vincent bisa meledak kapan saja.

"Oh, harusnya aku tak perlu terkejut. Ayahmu, om Ravino, dia pengusaha besar. Pasti kau mendapat dukungan penuh dari beliau," ucap Rehan dengan senyum yang sedang meledek Vincent.

Vincent mengepalkan tangannya. Dia bukan kesal karena ucapan sahabat lamanya, melainkan ia mengingat kalau pria yang ada di hadapannya sudah berani menyentuh Rania.

"Apa kau ke sini hanya untuk membicarakan ini?" tanya Vincent dingin. Namun penuh dengan penekanan.

"Ah, tentu tidak. Aku hanya ingin menggoda mu. Ternyata kau masih pemarah seperti dulu." Rehan berucap dengan entengnya.

"Kau ..." Vincent menggeram, ia benar-benar kesal dengan Rehan kali ini, dia bahkan tak berniat untuk menutup mulutnya.

Melihat sahabatnya yang mulai emosi, Rehan terkekeh. Rencananya untuk membalas perbuatannya ke Rania dulu sedikit berhasil.

"Oke, baiklah. Kita bahas masalah pekerjaan dulu, setelah itu aku ingin membicarakan sesuatu yang bersifat pribadi dengan mu." Vincent mendengkus, Vincent ingin rasanya mengubur Rehan hidup-hidup detik itu juga.

Keduanya kini mulai membahas masalah pekerjaan, tentang kapan mulai pembangunan proyek itu. Cukup lama mereka membahas dan akhirnya mereka mencapai sebuah kesepakatan.

Keduanya berjabat tangan, setelah mendatangani berkas yang ada di hadapan mereka. Vincent memberikan berkas itu pada Rico. Vincent berniat untuk pergi dari ruangan itu, tetapi Rehan mencegahnya.

"Aku ingin membahas sesuatu denganmu secara pribadi, Vincent!" Vincent tak berniat untuk bicara dengan Rehan.

"Maaf, aku sedang sangat sibuk," jawab Vincent.

"Ini soal Rania!"

Mendengar nama Rania, Vincent akhirnya mengurungkan niatnya untuk pergi.

-
-
-

Perjalanan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang