Kembali Bertemu

144 22 4
                                    

Selina keluar dari kamar hotel yang ditempati Kevin. Wajahnya berseri setelah melepas rindu bersama mantan kekasihnya itu.  Setelah merapikan penampilannya, Selina memutuskan untuk kembali ke kamar inapnya.

Selina masuk ke dalam kamar melihat Vincent sudah tertidur bersama 2 anak mereka.  Ada sedikit rasa bersalah pada Vincent atas apa yang sudah ia lakukan bersama Kevin. Namun, hatinya merasa sangat bahagia jika bersama Kevin, karena ia mendapatkan kepuasan dan cinta bersama Kevin yang tak pernah ia dapatkan dari Vincent. Selina membuang nafasnya lalu berjalan ke arah kamar mandi untuk berganti pakaian.

Vincent belum sepenuhnya tidur, telinganya menangkap seseorang sedang membuka pintu kamar hotel. Vincent sudah bisa menebak jika itu adalah Selina. Vincent membuka matanya saat Selina masuk kedalam kamar mandi. Ia mengerutkan keningnya saat melihat jam di dinding menunjukan pukul dua pagi. Vincent bertanya dalam hatinya, dari mana istirnya itu, jam dua pagi baru kembali ke kamar.

"Dari mana saja kamu, Selina. Kenapa baru kembali?" tanya Vincent setelah  Selina keluar dari kamer mandi. Selina sangat terkejut, melihat Vincent sedang menatap dirinya.

"A-ku ... aku berkumpul dengan teman-temanku sampai lupa waktu. Maaf," jawab Selina dengan nada sangat gugup.

"Sudah lah, ayo tidur lagi. Ini sudah hampir pagi. Kita bahas ini besok," pinta Selina dengan memperlihatkan senyumannya pada Vincent.

Vincent tak begitu saja menerima alasan Selina, namun ia memilih untuk kembali tidur.

*****

Keesokan paginya, Vincent sudah rapi dengan pakaian casualnya. Wajahnya terlihat lelah, karena semalam ia terjaga. Bukan memikirkan dengan siapa Selina bertemu. Namun, ia lebih memikirkan siapa yang membuat puding coklat di pesta itu. Vincent masih ingat rasa puding itu, seperti buatan mantan kekasihnya, Rania.

Vincent teringat nama toko yang diberitahukan oleh Bella semalam. Vincent berniat pergi ke toko itu pagi ini. Vincent merasakan ada dua tangan yang melingkar di perutnya. Dengan segera Vincent melepas tautan tangan itu.

"Kau masih marah padaku, Vint?" tanya Selina.

Vincent tersenyum miring, "Tidak," jawab Vincent datar.

"Kalau tidak, kenapa sikapmu seperti ini padaku?" tanya Selina.

"Aku hanya sedang terburu-buru." Vincent mengatakan itu tanpa melihat ke arah Selina, ia sibuk melingkarkan jam tangan ke pergelangan tangannya.

Vincent mengambil ponsel dan memasukan dompet ke saku celananya. Vincent keluar dari kamar hotel itu tanpa melihat Selina meski hanya sekilas.

-
-
-

Vincent berjalan kaki menyusuri pertokoan di dekat hotel tempat ia menginap. Vincent melihat sekeliling mencari toko kue itu. Ia berharap kalau perasaannya itu benar. Jika benar, berarti ia akan segera bertemu Rania serta anaknya.

Vincent sudah berdiri tepat di depan toko kue itu, dan ternyata memang tak terlalu jauh dari hotel. Vincent menatap bangunan yang ternyata sebuah ruko berlantai satu. Ruko itu masih dalam keadaan tertutup, mungkin karena masih pagi.

Vincent berbalik untuk kembali ke hotel dan akan datang lagi siang nanti. Namun, Vincent menghentikan langkahnya saat mendengar suara pintu roli terbuka serta suara yang sangat ia kenal.

"Sayang, ayo cepatlah. Kau bisa terlambat." Hati Vincent bergetar saat mendengar suara yang sangat familiar itu.

Vincent berbalik dan benar saja, wanita yang ada di hadapannya itu adalah Rania. Senyum Vincent mengembang di bibirnya.

"Sayang, cepatlah!"

Senyum Vincent luntur, saat Rania kembali masuk ke dalam. Vincent berjalan mengikuti Rania, dan saat Vincent sudah ada di ambang pintu, Rania muncul dengan menggandeng anak kecil seumuran dengan Nafisah.

Perjalanan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang