Prolog

84 11 3
                                    

Hari ini,adalah hari penobatan Tn. Cleo Poloma menjadi pemimpin desa Caiden. Desa terkutuk ini,semua teman-temanku menyebutnya begitu.

Tidak,tidak semuanya Matilda. Hanya beberapa. Fikirku kembali.

Tn. Cleo adalah ayahku. Yang di nobatkan menjadi pemimpin desa ini. Pada hari ini,pada tahun 1973. Sebelumnya Tn. Cleo hanya seorang pedagang yang mempunyai toko roti. Ayahku adalah budak. Semua warga di desa ini adalah budak. Apapun pekerjaannya,jika bukan pemimpin di desa ini. Maka disebut budak.

Dan aku,aku adalah putri dari Tn. Cleo Poloma. Namaku Matilda,Matilda Merle. Seorang anak budak yang akan menjadi seorang Putri Kerajaan dari Baginda Raja. Sampai sekarang pun aku masih gak nyangka bahwa kami akan menjadi bagian dari kerajaan Zeolle.

Ibuku bernama Patricia Merle. Bisa dibilang,Ny. Pat termasuk kedalam beberapa wanita tercantik di desa ini. Tn. Cleo pun juga termasuk kedalam beberapa pria tertampan di desaku ini.

Desa kami selalu menobatkan beberapa pria tertampan dan wanita tercantik setiap tahunnya. Pengumuman itu di umumkan lewat selembar kertas yang di tempelkan pada dinding di dekat kerajaan Zeolle. Sebuah papan kayu yang sangat besar,yang biasanya digunakan untuk mengumumkan apapun yang di perintahkan baginda raja. Atau sesekali digunakan untuk mengumumkan beberapa sayembara yang di berikan baginda raja untuk para warganya.

Di desaku ini,penampilan adalah segalanya. Tapi bukan berarti,yang tidak mempunyai penampilan menarik tidak dihargai. Kami semua disama ratakan. Tetapi ada nilai kebanggan tersendiri dari setiap warga yang memiliki penampilan menarik.

Note : Tn. Cleo dinobatkan menjadi pemimpin kerajaan ini bukan karena ayahku tampan. Masih banyak pria yang lebih tampan dari ayahku.

Hampir lupa, aku mempunyai saudara laki-laki bernama Eguene Poloma. Ia adalah saudara laki-laki yang sangat menyebalkan. Tak jarang ia selalu meledekku. Ya,seperti saudara laki-laki pada umumnya. Tetapi tidak dapat disangkal ia tampan. Eugene pun pernah dinobatkan sebagai pria tertampan nomor satu di desa ini. Tak jarang banyak perempuan yang mengirimi dirinya bunga setiap harinya.

Eugene pun pernah menjalin hubungan dengan beberapa wanita di desa ini. Lain denganku,aku tak pernah tertarik oleh sebuah hubungan. Menurutku,diumurku yang ke-19 ini. Aku tidak terlalu membutuhkan seorang pasangan. Atau mungkin,aku belum siap untuk berpatah hati. Karena menurutku cinta adalah patah hati yang disengaja.

"Apa kau sudah siap Matilda?"Tanya Ny. Pat yang hari ini terlihat sangat cantik. Balutan gaun berwarna putih dengan sedikit motif bunga yang di pakainya menjadi sangat indah.

"Aku tinggal merapihkan gaun ku Pat. Apa semuanya sudah siap?"Tanyaku sembari menyisir kembali rambutku yang sudah sangat rapih.

Hari ini aku memakai gaun berwarna cream. Gaun pemberian ayahku sebagai hadiah ulang tahun ku yang ke-17 tahun. Hanya itu baju terindah yang ku punya. Aku mengepang rambut panjangku dengan sangat rapih. Karena hari ini hari penobatan Tn. Cleo. Jadi,pastinya aku harus berpenampilan sangat menarik. Karena aku menghargai acara hari ini.

Setelah penampilanku rapih,dan tentunya sudah siap diejek oleh Eugene. Aku segera keluar dari kamar dan menghampiri keluarga ku yang sedang menunggu ku di ruang tengah.

"Apa ini benar adikku,Cleo? Apa aku boleh menyukainya?"Ucap Eugene dengan raut wajah yang meledek.

"Eugene,kau tidak boleh seperti itu dengan putriku. Ayo berangkat..." Ucap Tn. Cleo yang segera merangkul Eugene.

***

Kami dijemput oleh kereta kuda yang sangat mewah milik kerajaan. Kereta kuda yang akan sangat menarik perhatian para warga disini. Sejujurnya aku benci menjadi pusat perhatian. Tapi hari ini dan untuk seterusnya,aku harus belajar menyukainya. Karena menurut yang kulihat,keluarga kerajaan selalu menjadi pusat perhatian semua warganya.

Apalagi seorang Putra Mahkota dari Baginda Raja. Beribu-ribu wanita di desa Caiden pasti menyukainya. Gak kebayang seramai apa wanita-wanita di desa ini saat melihat Eugene. Tepatnya,melihat Eugene menjadi Putra Mahkota dari Baginda Raja.

Disepanjang perjalanan Eugene terus saja meledekku. Ledekan yang tentunya,hanya ku balas dengan senyuman. Jujur saja aku begitu malas menanggapi ejekan nya itu.

"Apa kau sudah siap menjadi petanggung jawab desa ini Cleo?"Tanyaku pada ayahku.

"Dengan sepenuh hati Matilda."Jawab Tn. Cleo yang sangat tampan hari ini.

"Apa kau juga sudah siap menjadi Putri Kerajaan dari seorang Baginda Raja Nyonya Matilda?"Tanya Eugene yang tak berhenti meledekku.

"Diam Eugene. Mulai detik ini aku membencimu."Aku melipat wajahku sebagai tanda aku benar-benar membencinya.

"Berhentilah mengejek adikmu Eugene."Bela Ny. Pat untuk diriku.

"Aku hanya bercanda Pat. Ayolah..."Bela Eugene untuk dirinya sendiri.

***

Tak lama kami sampai di sebuah bangunan istana kuno yang sangat megah. Pertama kalinya aku melihat bagian dalam kerajaan Zeolle. Sangatlah cantik. Semuanya tersusun sempurna. Sebuah kolam mungil bergaya kuno dengan air terjun kecil-kecilan menghiasi jalan menuju pintu istana. Pelayan-pelayan yang tak terhitung jumlahnya berbaris di sepanjang jalan,menyambut kedatangan kami. Sebuah taman bunga yang sangat besar di sisi kanan dan kiri kami sungguh mengalihkan perhatian.

Berapa banyak budak yang diperkerjakan untuk membuat bangunan semegah ini ya? Tanyaku dalam hati.

Kami berempat,beserta dua pengawal berbadan besar yang mengawal kami dari belakang,segera berjalan menuju aula kerajaan. Tempat yang dipilih untuk menjadi saksi penobatan Tn. Cleo.

Kata seorang pengawal yang berlebelkan nama Valas pada jas nya,kepadaku. Jika seorang pria ingin dinobatkan sebagai Raja. Sebagai pemimpin desa ini. Beliau dan keluarganya wajib menghadiri acara penobatan yang diadakan di sebuah ruangan tertutup. Semacam aula di istana kerajaan Zeolle.

Beliau beserta keluarganya harus membaca janji suci di bawah buku legenda yang bernama "Alazerthin Libigadheig". Sebuah buku zaman dahulu yang di jadikan kitab suci kerajaan Zeolle. Yang akan disaksikan oleh semua warga di desa Caiden.

Gak kebayang seberapa besar aula yang akan ku kunjungi ini. Sampai-sampai dapat menampung semua warga di desa ini.

C u r s e d  W e d d i n g Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang