Janji Suci

60 9 1
                                    

***

Tak lama kemudian,kami telah sampai di depan sebuah bangunan kuno yang megah. Terdapat sebuah papan kayu besar ber- tuliskan "Zeolle Aluach" yang menempel erat pada atap aula tersebut. Kata Tn. Cleo saat aku bertanya padanya. Aluach yang dimaksud dari sebuah tulisan di papan kayu itu adalah aula. Karena aula tersebut salah satu bagian dari kerajaan yang sama sekali tidak di bangun kembali. Maka ada beberapa tulisan yang masih menggunakan bahasa desa Caiden pada zaman dahulu.

Kebayang tidak betapa tua nya bangunan tersebut? Sampai pada abad ke-20,aula megah itu masih dapat berdiri tegak.

"Perhatian semuanya. Dengan ini saya sampaikan,acara penobatan Baginda Raja kerajaan Zeolle telah dimulai."Suara lantang seorang pria tua berbadan besar itu,mampu mengisi ruangan aula Zeolle yang begitu luas. Tanpa bantuan pengeras suara apapun. Disusul dengan suara ramai tepuk tangan para penduduk desa Caiden.

Aku, Eugene, Tn. Cleo, dan Ny. Patricia. Di tuntun dua pengawal bertubuh tinggi,untuk segera duduk di kursi kerajaan. Yang masing-masing kursi sudah terdapat sebuah gulungan kertas,dan sebuah tali berwarna merah melingkar menggulung kertas itu. Talinya begitu rapih membentuk sebuah pita. Pada gulungan kertasnya terdapat tulisan nama kami disana. Kami menaiki tangga menuju kursi tersebut. Yang terletak disebuah panggung. Yang menurutku,cukup tinggi. Lebih tinggi beberapa meter dari tempat duduk para warga yang akan menyaksikan penobatan kami.

Gemetar di sekujur tubuhku tak kunjung hilang. Sepanjang perjalanan menuju kursi kami,aku dapat merasakan detak jantung ku yang berdegub kencang. Tidak seperti biasanya. Sampai-sampai,aku tidak ingin melepaskan genggaman tanganku dari tangan Eugene. Aku rasa tanganku sudah sangat berkeringat.

"Kau gugup Matilda? Tanganmu berkeringat sekali."Ucap Eugene yang segera melepaskan genggaman tanganku dari tangannya.

"Jangan lepas genggaman ku Gene. Tetap dekat dengan adikmu ini ya..." Aku memasang wajah memelas kepadanya.

"Baiklah,tetap disisiku Matilda."Ucap Eugene sedikit tersenyum dan segera mengambil tanganku kembali untuk ia genggam.

Tumben sekali Eugene baik padaku. Aku kira ia akan meledekku lagi.

***

Sesampainya kami di panggung tersebut, seorang pria tua bertubuh tinggi yang menggunakan jubah berwarna maroon menghampiri kami. Kata Tn. Cleo pria tersebut berstatus sebagai Penasihat Kerajaan,saat ku bertanya siapa pria tua itu.

Ia membawa sebuah buku kuno yang sangat tebal. Buku tersebut ia bawa beralaskan baki kayu. Yang pada seluruh sisi kayu tersebut terdapat ukiran yang bertuliskan"Zeolle Kingdom". Menurutku itu sebuah buku yang tadi diceritakan oleh pengawal yang bernama Valas kepadaku. Pengawal yang mengantarkan aku dan keluargaku menuju aula ini.

Pria tua itu,menaruh buku kuno beserta alas kayu tersebut. Lebih tepatnya kitab suci kerajaan Zeolle. Di sebuah meja besar yang terletak di depan kami.

***

Upacara penobatan berjalan dengan lancar. Acara selanjutnya adalah pembacaan janji suci bagi keluarga yang di nobatkan sebagai anggota kerajaan.

Sebagai seseorang yang pertama mengungkapkan janji suci. Pria tua itu memanggil nama Tn. Cleo Poloma dengan suara yang amat lantang. Untuk segera mengucapkan janji suci nya di depan semua warga desa Caiden.

Semalaman Tn. Cleo menghafalkan janji suci tersebut. Kini di depan semua warga desa. Dirinya begitu lafal mengucapkan janji suci tersebut.

Sampai pada seseorang terakhir yang juga harus mengucapkan janji sucinya di depan semua warga desa Caiden. Yaitu,aku.

"Selanjutnya Nyonya Matilda Merle. Tempat dan waktu kami persilahkan."Pria tua itu menyebut namaku. Disusul ramai tepuk tangan dan beberapa sorai warga desa.

Aku bangun dari duduk ku dengan gugup. Dan segera berjalan dengan anggun,menuju pria tua yang berstatus sebagai penasihat kerajaan itu. Pria tua itu menuntunku untuk berdiri di atas podium. sembari menuju podium,aku segera mengambil sebuah mic yang berada tepat di samping buku kuno itu. Kitab suci kerajaan Zeolle. Yang terletak pada meja kayu besar. Yang berada tepat di hadapanku.

Saat aku sudah berdiri di atas podium. Tak lama dua orang pria tua bertubuh tinggi. Berseragam persis dengan Penasihat Kerajaan tadi, menghampiriku. Satu orang dari mereka segera mengambil kitab suci kerajaan Zeolle tersebut dan mengarahkannya ke bagian atas kepalaku. Dan satunya lagi menunggu rekannya memberikan kitab suci itu kepadanya. Lalu dua orang pria tua itu memegangi kitab suci itu,tepat di bagian atas kepalaku.

"Dengan ini,saya Matilda Merle. Seorang putri dari Tn. Cleo Poloma. Yang tentunya akan menjadi bagian dari kerajaan Zeolle. Berjanji,untuk selalu mematuhi segala aturan-aturan,dan menghargai adat istiadat di desa ini. Dan akan selalu menjaga nama baik kerajaan Zeolle. Dan juga menjaga nama baik Desa ini. Desa Caiden. Demi Alazerthin Libigadheig."Menurutku,aku melafalkan janji suci nya dengan baik. Tanpa terbata-bata.

Tepuk tangan dan sorai warga desa bersautan-sautan. Aku segera membungkuk memberi hormat. Dan berjalan kebelakang,untuk menerima sebuah mahkota putri kerajaan. Yang akan diberikan oleh Penasihat Kerajaan Zeolle.

"Saya nobatkan engkau menjadi Putri Kerajaan Zeolle,Nyonya Matilda."Ucapnya yang segera ku balas dengan membungkuk. Sebagai tanda terimakasih dengan hormat.

***

Dua jam berlalu,acara penobatan telah usai. Warga-warga mulai berhamburan keluar aula untuk kembali menuju ke kediamannya masing-masing. Terkecuali kami,kami masih berkumpul dengan petugas-petugas kerajaan. Sepertinya,ada sesuatu yang akan dibahas.

"Putra Mahkota nya tampan sekali ya. Sepertinya aku pernah melihat pria itu. Tapi dimana ya?"Ucap seorang wanita kepada teman-temannya.

"Masa kamu gak tahu. Itukan putra dari pedagang roti yang waktu itu kita sempat mampir."Jawab wanita lain disisi kirinya.

Tak terhitung lagi berapa banyak wanita yang terpanah oleh ketampanan Eugene Poloma.

"Sepertinya kau akan menjadi idola semua kaum hawa di desa Caiden. Eugene."Ledekku sembari menyenggol bahu saudara laki-laki ku itu.

"Dari dulu juga sudah menjadi idola para kaum hawa Matilda"Ucap Eugene dengan pede yang sudah melampaui batas.

Dasar besar kepala saudara laki-laki ku ini.

C u r s e d  W e d d i n g Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang