Selamat membaca...
———————————————————————
Hari ini aku menangis
Bukan untuk apa dan siapa
Tetapi dimana, dimana aku menyerah.
———————————————————————Siang yang terik perlahan berubah menjadi sore yang hangat ditemani senja yang indah. Aku yang menatapnya dari balkon merasa beruntung masih diberi kesempatan untuk melihat keindahan ini.
Suasana yang hening tanpa suara bahkan suara Deka yang selalu terdengar tidak ada suaranya. Mereka semua tidur kelelahan setelah bermain bersama. Hanya aku yang tidak bisa menutup mata ini, seperti ada yang membebani ku.
"Apa yang kau lakukan?," Suara yang sebelumnya tak terdengar kini menyapa Indra pendengar ini. Suara yang biasanya selalu menantang dan keras kini melembut
"Tidak ada, aku hanya melihat matahari terbenam," jawab ku seadanya karena semua itu bohong. Siapapun percaya kecuali manusia pemilik suara yang sedang berdiri di sampingku
"Kau tau kalau kau berbohong telingamu akan memerah dan itu terjadi sekarang," Sudah ku katakan dia tidak percaya dan benar adanya.
"Hahaha.. udara disini dingin jadi telinga ku merah, bukan karena aku berbohong bodoh," tawaku garing sekali lebih seperti tertawa miris.
"Iya udaranya sangat dingin sampai sampai aku kepanasan dan memakai kaos pendek saja," Jangan lupa dengan matanya yang mendelik kesal.
"Matahari nya cantik ya,"
"Lebih cantik wajah perempuan di sampingku,"
"Kau mau ku pukul?,"
"Tentu saja tapi jangan di perut, aku lapar masalahnya,"
"Kau mengatakan wajahku cantik karena kau ingin ku masakan?,"
"Hei tentu saja, tidak ada yang gratis di dunia ini,"
Aku tidak peduli dia berbicara apa. Tinggalkan saja dia yang masih setiap berdiri di balkon entah apa yang dilihat, terakhir yang ku dengar hanya teriakan nya memanggil Bokpul, kucing si bujang tuanya.
Ah, sepertinya acara curhat Deka akan dimulai, sayangnya Bokpul lebih memilih tidur bersama Kumu daripada pergi ketempat tuannya berada.
"Masak yang enak, jika tidak aku tidak akan makan," ucap Deka yang hanya ku dengar tidak ku balas. Tidak peduli enak apa tidak yang pasti bisa dimakan saja sudah untung.
"Lo besok sekolah?," Tanya nya sambil mengambil piring.
"Tentu saja. Aku tidak mau bodoh seperti dirimu." Jangan berpikir aku akan merasa bersalah, karena dia lebih sering mengumpat ku.
"Lo ga liat hp ya pasti? Mangkanya yakin dan percaya diri banget mau sekolah," tidak ku hiraukan sama sekali. Aku sudah melihatnya dan kenapa harus di lihat lagi.
"Sudah. Sebelum kau, aku sudah liat duluan."
Wajah nya berubah kaget sekaligus tak percaya, mulutnya terbuka lebar seakan akan mewakilkan keterkejutan nya yang berlebihan. Hei, aku hanya melihat hp ku saja.
"Kenapa terkejut?"
"Kau tidak lihat Trending Topic sekolah?," Ucapnya sambil duduk dan menyendok nasi dan lauk.
"Aaaa.... Sudah. Aku tidak peduli."
"Yokshi... Seperti yang diharapkan"
"Tentu saja aku tidak peduli. Toh, aku bisa melawan kalau mereka macam-macam. Dan aku ada pembantu yaitu kau"

KAMU SEDANG MEMBACA
HABIT
Fiksi RemajaAku tidak katakan kalau aku orang yang paling menyedihkan di dunia, karena masih banyak orang diluar sana yang lebih menderita. Aku juga bukan orang yang paling penuh dengan kasih sayang, karena kesedihan adalah temanku selama ini. Kau ingin tau ten...