Manusia secara umum dibagi menjadi tiga golongan berdasarkan respon alamiah terhadap orang tak dikenal. Pertama, cepat-cepat kabur dan mengacuhkan seolah tidak melihat. Kedua, melampiaskan emosi lalu bertanya blak-blakkan. Ketiga,
"Maaf ya, aku gak punya uang untukmu."
...menyambut kelewat baik dengan ungkapan keramahtamahan.
"Uang? Apa itu uang?"
Win memiringkan kepala.
Tadi Win tidak salah dengar karena deruan hujan 'kan? Lucu sekali, Win rasa tidak ada yang melebihi pria di depannya ini dalam mencetuskan guyonan.
Perkiraan Win langsung menyahut ketika orang ini datang, tak lain adalah salah satu cosplayer keliling. Ya, dia sempat beberapa kali kedatangan mereka yang menggunakan kostum, lalu memperkenalkan diri dengan rolenya, terkadang juga memperagakan sesuatu.
Sebenarnya, Win tidak sekali pun tahu tokoh-tokoh yang mereka peragakan. Win hanya memberi mereka imbalan sebagai bentuk apresiasi, paham betul betapa susah mencari pekerjaan hanya untuk satu pound sterling.
Jika saja Win punya, walau hanya sedikit dia akan berikan. Namun, saat ini Win benar-benar buntu, oleh sebabnya Win terpaksa mengatakan maaf. Namun, balasan pria itu kelewat tidak masuk akal.
Win menatap heran, "Kau bercanda ya?"
Bibir tipis orang itu menyeringai. "Aku bukan Eros yang suka bercanda dengan menembakkan panahnya asal."
Kemudian mengabaikan tubuh Win yang berdiri di depan pintu. Melenggang tanpa peduli Win yang membesarkan pupil mata.
Dengan langkah pasti menyusuri sudut-sudut seolah apartemen ini milik pribadi sang kematian.
Dia berhenti di tengah. Menoleh ke kiri dan ke kanan. Lalu memilih area sofa, yang terbilang sempit.
"Kau ini ngapan sih?" Ekspresi Win berubah. Jangan-jangan salah alamat?
Ikut melangkah masuk, setelah pintu lebih dulu Win tutup. Karena angin yang berdesir cepat, mungkin akan ada badai sebentar lagi. Jelas Win tidak tahu Zeus di atas sana sengaja melakukan ini demi memberi kesan sensasional sekembalinya dewa dunia bawah.
Win mengarahkan langkah ke arahnya yang tengah membolak-balikkan vas. Dewa dunia bawah itu duduk berlutut, menggerakkan tangan mengetuk-ngetuk meja kaca.
"Jenis batu apa ini? Jangan katakan kau manusia mencuri permata iblis?" Kematian membuka suara. Bahkan tak menghadap Win di balik punggungnya.
Heran. "Batu? Kau gila ya? Itu kaca, tau." Jelas Win. "Kau belum jawab, kau ngapain? Seenaknya saja masuk apartemenku,"
Dia mengabaikan. Beralih pada televisi lawas yang menampilkan layar hitam. Bergantian melihat ke belakang, bagian tebalnya. Lagi-lagi mengetuk kaca yang memantulkan sedikit cahaya lampu.
"Tvku bisa rusak kalau kamu gituin! Hey, denger gak?"
Gerakan sang kematian terhenti.
"Kau bertanya padaku," Badan itu berbalik, ujung jubah hitam yang dikenakannya tersibak pelan. Mata itu lagi. Mata yang memancarkan sinar aneh dalam hitungan detik. Menatap Win.
"Ya?" Win menunggunya melanjutkan.
"Aku di sini untuk mengambil jiwamu. Tapi tidak sekarang, aku tidak tau kenapa tuan Hades justru memerintahkanku untuk berada di sekitarmu sebelum hari itu datang." Ujar kematian.
"Apa?! Jadi maksudmu aku sebentar lagi akan mati?" Win terkejut. Perasaan Win spontan tidak terkendali. Mudah sekali dia mengatakan itu dengan nada santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Novellus ×brightwin [discontinued]
FanficHidupnya monoton. Kuliah untuk melanjutkan pendidikan dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan. Pada dasarnya, Win hanya melakukan sesuatu untuk bertahan hidup. Dalam gemuruh petir dan hujan lebat. Suara ketukan samar menggerakkannya menarik kenop pintu...