Hari ini Yoongi berangkat ke kampus menggunakan transportasi umum tanpa diantarkan Jungkook. Katanya, Jungkook ada rapat pagi dan tak bisa mengantarkan Yoongi. Awalnya Yoongi menolak, pertama tidak tahu arah ke kampusnya, kedua takut terjadi kejahatan transportasi umum, dan banyak lagi ketakutan yang Yoongi ucapkan pada Jungkook. Memang pada dasarnya Jungkook yang cuek tak mempedulikan ocehan Yoongi, ia memilih kembali ke ruang kerjanya untuk mengecek beberapa dokumen yang akan dibawa kerapat nanti.
Dengan modal keberanian dan secarik kertas yang Jungkook tuliskan padanya, ia telah sampai di kampus. Yoongi berjalan menuju gerbang dan tak sengaja bertemu dengan Taehyung. “Taehyung-ssi, selamat pagi.” sapa Yoongi ceria pada Taehyung, “Yo selamat pagi juga.” Yoongi tersenyum lalu mengajak Taehyung untuk masuk bersama ke kelas.
***
“Paman ke sini? Tanpa sepengetahuan Yoongi?” Tanya Jungkook pada ayah Yoongi. Ya, jadi ayah Yoongi pergi ke Seoul tanpa memberitahu putra bungsunya itu, sengaja memang nanti merengek dan minta pulang bersama, bisa-bisa repot urusannya.
“Jadi kapan tanggal yang cocok untuk melangsungkan pernikahan nya, nak Jungkook?”
“Aku tidak yakin bila secepatnya, Yoongi masih belum menerima aku, maksudku dia masih belum mengenalku. Dan lagi, Yoongi belum mengingat kejadian waktu dulu.”
Flashback
Jungkook dan Yoongi tengah asik bermain di belakang rumah Jungkook, ayah mereka memang sahabat karib yang baik setiap akhir pekan akan mengunjungi rumah ayah Jungkook maupun ayah Yoongi secara berganti setiap minggu. Walau hanya diisi dengan acara minum teh bersama rasanya tak pernah bosan, karena apa? Karena mereka minum teh di barengi dengan melihat anak-anak mereka bermain.
Jungkook yang nakal dan usil, dan Yoongi yang cengeng dan ceria. Jungkook begitu senang mendapatkan seorang teman seperti Yoongi, yang mampu menghibur dirinya saat dalam mood yang buruk. Jungkook selalu rindu dan selalu menantikan akhir pekan agar mereka dapat bertemu dan bermain seharian.
Suatu hari kejadian yang mengharuskan mereka berpisah untuk selamanya, suatu hari yang membuat Jungkook kehilangan semangat hidupnya, kehilangan teman terbaiknya. Yoongi.
Pada akhir pekan, Jungkook mengajak Yoongi pergi mengunjungi rumah tua yang sudah lama tak terpakai dan berpenghuni di seberang jalan dekat dengan rumahnya. Ia ingin mengatakan sesuatu pada Yoongi tentang perasaannya selama ini pada anak teman ayahnya.
“Yoongi suatu hari aku ingin selalu bersamamu, baik dalam keadaan apapun. Aku ingin kita selalu bersama, bermain sampai seharian penuh. Aku juga ingin kita menjadi seperti ayah dan ibu ku, menjadi satu karena cinta. Selamanya.” Kata kata Jungkook sungguh luar biasa untuk seumuran anak kecil, dan Yoongi yang polos juga bisa memahaminya.
Singkat cerita, Yoongi berjanji akan selalu bersama Jungkook. Mereka memutuskan untuk pulang kerumah Jungkook, dan tanpa sengaja tantangan Jungkook pada Yoongi mengubah takdir. “Kalau begitu mari kita pulang, kita lomba lari! Siapa yang sampai terlebih dahulu akan jadi pemenangnya, dan pemenang boleh meminta apapun pada yang kalah.”
“Apapun?!”
“Tentu!” jawab Jungkook. Mereka langsung berlari menuju jalan, penuh semangat dan tak menghiraukan keadaan sekitar. Hingga datang mobil dari arah barat dan menghempaskan Yoongi dengan cepat.
Setelah kejadian itu, Yoongi di vonis amnesia dan patah tulang pada tulang rusuknya. Keadaan Jungkook menjadi hancur lebur saat Yoongi bangun tak mengenali dirinya, selain orangtua nya sendiri. Penderitaan itu belum cukup, Jungkook mendapat kabar Yoongi akan menetap di kampung halaman, Daegu Korea Selatan.
“Ini mungkin sulit untuk mu Jungkook, tapi paman berjanji saat Yoongi sudah dewasa, paman akan pertemukan Yoongi denganmu. Sekarang biarkan Yoongi memulihkan ingatannya kembali.”
Flashback off
“Tidak perlu terburu-buru paman, aku ingin melihat Yoongi menjadi mahasiswa terbaik di universitas nya, lagipula akhir-akhir ini aku mendapatkan banyak pekerjaan. Lagi pula Yoongi sudah menetap di apartemen ku, itu lebih dari cukup. Aku akan menikahi nya setelah ia ingat siapa teman masa kecil nya dulu.”
“Aku percaya padamu nak, Yoongi akan baik-baik saja bila bersamamu. Kalau begitu paman harus segera pulang.”
“Tidak ingin menginap di Seoul terlebih dahulu, aku bisa menemani paman minum teh di malam hari menggantikan ayah.” Ayah Yoongi menolak halus tawaran Jungkook, baginya mendengar Yoongi baik-baik saja lebih dari cukup. Dan ia tak meragukan lagi cinta dan sayang Jungkook pada anak bungsunya.
“Mari saya antar paman menuju parkiran.”
Setelah menuju parkiran mobil yang di tumpangi ayah Yoongi meluncur menuju tujuan, tak lupa berpamitan pada Jungkook.
Drett.. Drett
“Halo...”
“Hyung aku sudah pulang, apakah hyung sibuk?”
“Tidak. Tetap di situ dan hyung akan menjemput mu.”
***
Dalam perjalan pulang menuju apartemen, di dalam mobil sangat hening tak ada suara selain radio yang Jungkook nyalakan. Yoongi yang sibuk memikirkan menu makanan apa yang akan ia buat, dan Jungkook memikirkan apakah Yoongi kenal dirinya. Jungkook rasa tidak! Mereka kan berpisah saat kecil dulu, dan bertemu lagi saat tumbuh dewasa, pertumbuhan kan mengubah segalanya, contohnya saja wajah. Mungkin dulu wajah Jungkook imut, sekarang tampan jadi Yoongi tidak mengenalinya.
“Haishh apa-apaan pikiranku.” Yoongi yang sedang memilih menu masakan pun terkejut dengan Jungkook yang terlihat tersiksa entah sedang memikirkan apa. “Hyung baik-baik saja?”
“Ah ya, hyung baik-baik saja.” Yoongi mengangguk, dan Jungkook menjadi salah tingkah sendiri. Pikirnya, bisa-bisanya dia bertengkar dengan pikirannya sendiri.
Mereka telah sampai di apartemen, Jungkook langsung memasuki kamar dan merebahkan dirinya di kasur. “Hari ini hyung ingin makan apa?”
“Apapun itu aku makan.”
“Baiklah.” Setelah mengucapkan itu Yoongi langsung pergi menuju dapur dan mulai memasak makan malam.
Jungkook masih betah berbaring di kasur, hingga tanpa ia sadari air matanya menetes. Sakit di dadanya kembali menyerang, ingatan dimana Yoongi dulu kecelakaan.
“Dosa di masa lalu, bisakah kau ringankan Tuhan? Buat Yoongi ku kembali mengingat semuanya. Aku ingin memeluknya erat, aku sungguh merindukannya...” Tangis pilu itu tak hanya Tuhan yang mendengarnya, ada Yoongi yang berdiri di ambang pintu menyaksikan tangis pilu Jungkook dan sebuah permintaannya. Hal apa saja yang tak Yoongi tahu selama ini? Apa hubungan diantara ayahnya dan Jungkook, lalu dia dikirim ke Seoul untuk tinggal bersama Jungkook, sejak kapan Jungkook mengenal dirinya, hubungan apa dirinya dan Jungkook, lalu apa hubungannya doa yang Jungkook panjatkan. Semua itu berputar di otak Yoongi, berbagai pertanyaan dan spekulasi terus berputar-putar di otaknya.
“ARRGHHHH!!!”
“Yoongi?!!!!”
*
*
*
*
Ada yang udah nebak kalo yungi lupa ingatan 😂 emang bnr:v selamat deh klo gitu:v
KAMU SEDANG MEMBACA
Take Away [KookGa]
FanfictionMenjadi calon istri seorang Jeon Jungkook memang menyenangkan, tapi di sisi lain Yoongi berperang dengan ingatannya yang hilang. Dari banyaknya ingatan, kenapa harus Jungkook KOOKGA