Terjebak dalam suasana canggung bukanlah hal yang diinginkan Jungkook dan Yoongi saat ini, mereka merasa suasa begitu awkward. Mau bicara pun mereka jadi seenggan.
Jadi ceritanya begitu romantis dan konyol menurut mereka, saat itu Jungkook dan Yoongi sengaja mengerjakan tugasnya masing-masing di ruang tv. Saat Yoongi akan ke dapur untuk membuatkan kopi dan susu untuk dirinya dan Jungkook, ia tak sengaja tersandung kakinya sendiri, lalu jatuh dan tak sengaja mencium dahi Jungkook. Yoongi yang masih terkejut tetap pada posisinya, hingga ia sadar apa yang telah ia lakukan.
Dan bisa kita lihat sekarang keduanya saling bungkam dan sama-sama saling merona.
“Yoongi...” / “Hyung...” Keduanya kompak saling memanggil, karena suasana yang begitu canggung. “Kau dulu, Yoon.”
“Hyung itu kejadian tadi aku tak sengaja, maaf jika membuatmu tidak nyaman. Kau bisa melupakan kejadian itu, itu... itu aku benar...”
“Buatkan aku kopi, lalu antarkan di ruang kerjaku.” Jungkook memotong ucapan Yoongi cepat, dan langsung bergegas menuju ruang kerjanya sambil membawa berkas dan laptopnya. Meninggalkan kebingungan Yoongi akan sikap Jungkook yang kembali dingin dan tak menggubris ucapannya tadi. Dengan menghela nafas panjang, Yoongi lebih memilih memendam akan kebingungannya pada Jungkook, daripada nantinya suasana akan semakin suram.
Lebih dari dua jam Yoongi menunggu Jungkook untuk tidur, tapi tak kunjung datang si lelaki bergigi kelinci itu. Apa pekerjaan Jungkook belum selesai? Pikir Yoongi sambil menerawang langit-langit kamarnya.
“Sejauh ini, aku tidak terjadi apa-apa. Maksudku, aku tak menemukan keanehan dalam diri Jungkook hyung, ia memperlakukanku dengan baik walaupun dengan sifat dinginnya itu. Jungkook hyung sungguh menarik untuk aku lebih mengetahui latar belakangnya. Mulai dari bagaimana dia mengenal ayah? Kenapa aku harus tinggal di sini bersamanya? Mencarikan universitas cuma-cuma? Lalu...”
“Agar aku tak mau mempunyai istri yang bodoh.” Yoongi terperanjat kaget saat Jungkook masuk ke kamar mereka, dan menjawab pertanyaannya. Atau mungkin hanya gurauan semata? Aneh sekali Jungkook ini.
“Cepat tidur, dan hilangkan pertanyaan-pertanyaan bodohmu.” Betul kata Yoongi, Jungkook hanya iseng menjawab pertanyaannya yang terakhir. Mungkin agar Yoongi tak bicara pada diri sendiri. “Hyung, suatu hari bolehkah kau menjawab semua pertanyaan tadi? Aku yakin hyung mendengarnya semua, boleh ya hyung?”
“Tergantung.”
“Kok tergantung sih, kau harus janji hyung.”
“Aku tidak bisa mengatakan berjanji, jika tidak bisa kulakukan. Kau harus berusaha mencari jawaban dari pertanyaan mu. Dan akan ku bantu jika aku bisa.” Lagi-lagi Yoongi ditinggalkan dengan kebingungan, Jungkook main pergi tidur tidak mau memberi secercah titik terang atas pertanyaannya.
-Take Away, Tugas sekolah-
“Yoongi cepat selesaikan tugasnya, lalu kita bisa pergi bersama-sama cari makanan.” Dengan sedikit terburu Yoongi mengisi di buku tugasnya dengan asal, agar teman-teman barunya tak menunggu lama dirinya.
Hari pertama Yoongi masuk ke universitas dan segerombolan mahasiswa menghampirinya kini menjadi temannya, mereka baik padanya. Tak perlu dua hari atau lebih mereka menjadi teman Yoongi tanpa syarat dan paksaan. Yoongi tentu senang akan hal itu, ia selalu berpikir akan berakhir seperti didrama-drama yang sering ia lihat. Di mana anak baru selalu berakhir dengan pembullyan, tapi Yoongi sangat bersyukur akan hal itu tak menimpa dirinya.
Kini Yoongi dan teman barunya Park Jimin tengah menuju parkiran, di mana yang lainnya tengah berkumpul menunggu Yoongi dan Jimin. “Kalian telat lima menit.” Celetuk Taehyung. “Hehe maaf, tadi aku mengerjakan tugasnya dengan lama. Sekali lagi maaf menunggu lama.” Yoongi membungkuk sopan pada teman-temannya, dan mendapat delikan tak percaya pada Hoseok. Tidak menyangka Yoongi sangat sopan seperti ini, ia yakin Yoongi dididik dengan sungguh-sungguh oleh orangtuanya. Ah itu tidak penting, yang terpenting ia mulai menyukai Yoongi.
“Tak apa Yoongi, kau tak apakan bonceng di motor Taehyung?” Tanya Jimin pada Yoongi. Yoongi mengangguk setuju, mau dibonceng siapa saja itu tak masalah. Yang paling penting ia dapat tumpangan gratis. “Tidak apa-apa, aku akan pergi bersama Taehyung.”
Jimin, Hoseok, Namjoon dan Seokjin sudah meluncur pergi ketempat tujuan. Tersisa Yoongi dan Taehyung yang sedang memasang helm. “Kenapa tidak kau saja yang memakai helm Tae?”
“Aku tidak mau merusak tatanan rambutku.” Sungguh menggelikan jawaban Taehyung menurut Yoongi. Taehyung adalah definisi dari Jungkook yang kedua, sama-sama mempunyai sifat dingin. Yoongi harus bersabar akan hal itu, walaupun Taehyung mau menjadi temannya tapi Taehyung jarang sekali berbicara dengannya, sekedar basa-basi atau menanyakan hal lainnya.
“Tae kenapa tiba-tiba jadi cepat sekali laju motornya?”
“Biar cepat sampai.” Jawab Taehyung enteng. Taehyung tahu di belakangnya, Yoongi sedang menutup rapat matanya dan bingung harus berpegangan dimana. “Melingkar di perutku, aku akan melajukannya lebih cepat lagi.” Sugesti Yoongi bergerak sendiri, tangannya Yoongi melingkari perut Taehyung dengan erat.
“Hehe rezeki anak soleh.”
***
Jam sepuluh malam Yoongi baru sampai di apartemen Jungkook, sebelumnya ia sudah memberitahu Jungkook bahwa ia pulang sedikit terlambat. Tapi sebelumnya ia tak menyangka Jungkook sudah berdiri di depan pintu apartemen dengan sorot tajam seolah minta penjelasan akan keterlambatan Yoongi.
“Hehe hyung ini aku bawakan makan malam untuk hyung. Apa hyung sudah makan malam?” Tanya Yoongi sedikit canggung. Dengan menyogok Jungkook membawa makanan, mungkin sedikit mengurangi rasa kesal Jungkook padanya. “Kerjakan tugas kuliahmu.” Satu perintah itu tak bisa Yoongi langgar ataupun menghindari. Dengan langkah pelan ia meletakkan makanan yang ia bawa di meja makan dan berlalu menuju kamar untuk membersihkan diri dan mengerjakan tugas kuliahnya.
Jungkook mengetuk pintu kamar mandi dan mengatakan sesuatu pada Yoongi dan di iyakan. “Tugasnya kerjakan di ruang tv.”
Jungkook kini berada di ruang tv seorang diri dengan menunggu Yoongi untuk kemari dan mengerjakan tugasnya. Di depan meja terdapat makanan yang Yoongi bawa pulang, semuanya junk food. Darimana Yoongi mendapatkan semua makanan ini? Apa Yoongi mencuri? Karena ia terlalu keras padanya, tapikan ia memberi makan Yoongi dengan cukup, mahal-mahal pula. Masa iya Yoongi melakukan mencuri makan karena alasan tidak cukup diberi makan.
Asik degan pikirannya, Jungkook terkejut saat tangan Yoongi melambai pada wajahnya. “Hyung, tidak apa?”
“Ahh ya, hyung tidak apa.”
“Syukurlah. Apa hyung akan makan itu semua?”
“Tidak, kau juga ikut makan.” Yoongi mengangguk setuju lalu meletakkan buku-buku dan mulai mengerjakan tugas kuliahnya. Sesekali tangan kirinya memegang makanan dan memasukan ke dalam mulutnya, dan kemudian disusul dengan mulut yang menguap lebar. Jungkook yang berada di atas sofa berinisiatif mengelus puncak kepala Yoongi, sang empu mulai terbuai dan hanyut kealam mimpi. Jungkook dengan telaten membereskan buku-buku yang berserakan, lalu menggendong Yoongi tanpa ragu menuju kamar mereka.
Dengan sangat hati-hati, Jungkook merebahkan tubuh Yoongi di atas kasur, menutupi tubuhnya dengan selimut dan tak lupa memberikan kecupan selamat malam. “Hyung?” Jungkook terkejut saat Yoongi terbangun dari tidurnya, tapi tak lama kemudian Yoongi kembali tidur dan menutup matanya.
“Kau membuatku terkejut Yoongi, untung saja tadi kau hanya mengigau. Selamat malam sayang.”
*
*
*
*
Karena covid-19 aku mau sering up cerita:( walaupun sebenarnya tgs masih banyak.
Agan2 sekalian terutama pencinta KookGa, hayuuu bantu ramaikan book aku yang lain hehe. Siap rilis book terus selama covid-19 ini 🤒
Stay safe yaa buat semua, jaga kesehatan hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Take Away [KookGa]
Fiksi PenggemarMenjadi calon istri seorang Jeon Jungkook memang menyenangkan, tapi di sisi lain Yoongi berperang dengan ingatannya yang hilang. Dari banyaknya ingatan, kenapa harus Jungkook KOOKGA