O2

272 59 4
                                    

"Kok sepi? Pada kemana bi?"

Gadis berperawakan dewasa tersebut melempar pertanyaan seraya mengolesi selai pada roti tawarnya. Sedangkan sang empu yang ditanya menoleh sejenak lalu menjawab,

"Tuan sama nyonya tadi pamit mau ke Aus-australia, iya Australia non." Tangan keriputnya sibuk menata piring-piring diatas meja makan. "Loh kok gak bilang-bilang?"

"Iya non, soalnya mendadak. Bibi denger sih katanya disuruh cepet-cepet ke sana pagi ini." Mendengar jawaban dari asisten Keluarganya itu Prilly mendengus samar.

"Bakal sepi deh.."

Prilly Latuconsina. Gadis dengan latar belakang keluarga kaya raya yang kini sudah beranjak dewasa. Tumbuh dengan sangat baik, tingginya yang pas, wajah bertambah dewasa, serta sikapnya yang anggun. Namun satu fakta mencengangkan darinya saat ini adalah; berubahnya sifat pada orang asing, terlebih masa lalu.

Sosok hangatnya seolah lenyap tergantikan Prilly dingin yang selalu berkata kaku. Wajahnya selalu datar ketika bertatap muka dengan orang lain. Namun tak melunturkan sikap rendah hatinya.

"Kan ada bibi non," seulas senyum simpul membuat gadis dewasa anggun tersebut turut serta tersenyum. "Makasih bi."

"Hahaha, iya iya kayak sama siapa aja non. Oh iya, non ily nggak ada kuliah?" 

Tak langsung menjawab, gadis ayu itu menggigit rotinya lalu mengunyah sejenak. "Eummm, pagi ini gak sih bi. Kayaknya sore ada." Dan sebuah anggukan singkat menjadi responnya.

Suasana seketika senyap saat Bi Surti pamit ke belakang. Hanya ada sosok gadis dewasa tengah menghabiskan rotinya. Dirinya pun masih mengenakan piyama bermotifkan Doraemon.

Seolah asik dengan lamunan serta pikirannya ia sampai tak menyadari keberadaan sosok lain tepat di hadapannya. Pria tampan dengan kaos putih polos serta training abu-abu yang melekat.

"Ngelamun mulu." Hingga akhirnya Prilly mengerjap kaget, sangat menggemaskan. Gadis itu seolah ditarik paksa pada sebuah kenyataan. Ia mendengus kecil lalu meneguk segelas susu coklat hingga tandas.

"Abis jogging?" Netra hazelnya menelisik setiap pergerakan pria dihadapannya. Sesekali meneguk ludah kasar saat pandangannya bertemu dengan otot-otot kekar Rasya. 

Apalagi keringat yang merembes dan menghasilkan kaos putihnya menampilkan beberapa kotak di perut serta dada kekarnya. Prilly sampai dibuat salah fokus sendiri.

"Kamu nanya apa cuma basa-basi?" Tangannya ingin mengambil selembar roti tawar namun segera ditapik oleh sang gadis. "jorok! Cuci tangan dulu, kamu tuh!"

Dan justru respon dari Rasya, ia beranjak berdiri dan menghampiri sang gadis. Mengacak-acak surai lembut kekasihnya lalu berjalan menjauh dengan tawa bebas. Menciptakan kekesalan tersendiri bagi Prilly.

"Lama-lama aku usir kamu dari rumah ya Sya!"

Gelak tawa keras menguar dari ruang makan tersebut, Prilly yang sudah kesal sendiri hanya menggerutu kecil dengan kedua tangan di depan dada. Mungkin jika dalam anime kepala Prilly kini telah mengepulkan asap dan wajahnya memerah sekali.

Ia kini menjadi sosok yang rapi, teliti, dan disiplin, tentu lebih irit berbicara. Sosok Prilly yang dulu seakan lenyap termakan kenangan. Mungkin ia akan ramah dan bersikap hangat pada orang tertentu, seperti Rasya saat ini, kekasihnya.

Hubungan mereka kini menginjak dua tahun lebih. Dua-duanya sama-sama sibuk dengan dunia perkuliahan. Tidak── hanya Prilly yang sibuk. Tentu akan kuliah serta kerja part timenya.

Aneh bukan?

Gadis kaya raya yang mungkin hartanya tidak akan habis tujuh turunan itu justru mengambil kerja part time. Well, ia melakukan ini bukanlah tanpa alasan, tentu untuk menyibukkan diri agar tak kembali terbelenggu pada masa lalunya. Mungkin hingga kini kenangan tersebut sesekali terputar dalam ingatannya. 

3. CHANGE OF FEELING ️✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang