15

147 23 2
                                    

Halo, maaf kemaleman up-nya xoxo, semoga terhibur yak. Semangat yg lagi sibuk pts dan daring, big laf dari aku:*

·

Suara benturan dan pekikan yang cukup menggema itu langsung merebut perhatian beberapa pengunjung. Terutama Ali, pria yang tengah asik bercengkrama bersama kawan lama langsung mendekati Prilly dengan langkah seribu.

Ayunan tua yang ditumpangi Prilly rupanya benar-benar berbahaya. Gadis itu tak henti-hentinya meringis kesakitan lantaran lututnya yang baru saja mencium tanah dengan rumput pendek diatasnya. Ayunan itu terlepas dari poros atau semacamnya.

Hingga berujung menjadi bencana bagi Prilly. Sedangkan Mila yang menjadi saksi kejadian hanya dapat menggeleng-gelengkan kepalanya. Akhirnya karma menghampiri sahabatnya itu. Benar-benar gadis berkepala batu.

"Ngeyel sih kalo dibilangin, makanya kalo dapet petuah tu dilakuin bukan diremehin." Mila memulai sesi mengomelnya tanpa membantu Prilly sedikit pun.

Meski sang kawan terus-terusan meringis namun Mila tahu betul bahwa luka itu tidak seberapa. Mungkin hanya goresan yang tidak ada luka dalamnya. Jelas. Hanya seperti luka ketika terjatuh di aspal.

"Temen jatoh ya ditolongin kek, eh ini malah diceramahin." dengus Prilly sembari berusaha berdiri dengan bantuan Ali.

"Siapa suruh ngeyel?"

"Ya kan ini musibah, Mil. Nggak ada yang tau kapan datengnya." Sangkal Prilly, tetap berusaha membela diri.

"Musibah dapat diminimalisir biar nggak terjadi dengan mematuhi petuah Emping." Sarkas Mila yang langsung membungkam Prilly.

Kedua pria lain yang sedari tadi menyimak lebih memilih diam. Mila jika sudah mengeluarkan saran-saran atau sejenisnya akan terlihat menyeramkan. Bahkan Prilly yang sahabatnya saja merasa enggan untuk membalas kembali.

Dengan langkah perlahan dan bantuan dari Ali, Prilly dapat menuju bangku taman yang sebelumnya mereka singgahi. Ringisan kecil tersebut masih menemani Prilly. Membuat Mila menjadi keki sendiri.

"Nggak sesakit itu Prill, udah deh, kalem aja."

"Kan lo nggak ngerasain, udah jagain nih si Prilly, gue mau beli obat merah dulu." Pamit Ali dan sudah bersiap untuk segera beringsut dari tempatnya.

Namun sepertinya hal ini menjadi deja vu tersendiri bagi Prilly. Gadis itu spontan mencekal pergelangan tangan Ali kuat. Seolah tak membiarkan pria itu pergi dengan alasan yang serupa.

"Lo disini aja, biar Kevin yang beliin." Pinta Prilly yang langsung membuat Kevin melebarkan kedua matanya. "apaan dah? Mager gue,"

"Gue nggak mau kejadian yang sama keulang lagi."

Meski hanya satu kalimat namun berhasil membuat ketiganya terdiam ditempat. Gadis itu benar-benar tak ingin mengalami kejadian serupa. Mila yang merespon terlebih dahulu langsung beranjak dari duduknya.

"Yodala, lo aja yang jagain Prilly. Gue sama Kevin nyari warung dulu." Ujarnya sembari menarik Kevin agar cepat-cepat menjauh dari sana.

Prilly yang mendengarnya hanya dapat tersenyum manis. Lalu ia geserkan korneanya pada sang pria yang rupanya tengah memandangnya. Tetap bersama senyuman manis itu Prilly menuntun Ali agar mengambil posisi duduk di sebelahnya.

"Wajah gue jelek sampe lo liatin mulu?"

"Lo cantik, bener-bener can──"

"Gembel mulu bisanya."

"Gue mah serba bisa ye. Contohnya, nyebut nama lo pas di pelaminan nanti."

Sejenak Prilly terkekeh, "nyebut doang nih? Prilly Latuconsina gitu?"

3. CHANGE OF FEELING ️✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang