Pukul 16.35
Kelas sore Kinan dan Nata sudah selesai, sekarang seharusnya Kinan menghampiri Nata untuk menunaikan janji mereka.
Langit sore hari ini nampak mendung, sepertinya sebentar lagi akan hujan deras.
5 menit jalan dari kelas, Kinan sampai dibangku taman. Sendirian, Nata belum datang, padahal saat kelas selesai dia keluar duluan, mungkin mampir ke kantin dulu atau ke toilet pikir Kinan.
Tak lama, akhirnya Nata datang menghampiri Kinan. Raut wajah Nata mengartikan bahwa yg akan ia ucapkan pasti adalah hal serius, Kinan sudah menyiapkan hatinya untuk hal hal yang tidak ia inginkan, namun ia tetap tersenyum ketika Nata sampai didekatnya.
"Hai Nat, kamu udah makan?" Ucap Kinan basa basi.
Yang ditanya tidak menjawab dan menunduk, langsung duduk disamping Kinan dan memberikan sedikit jarak.
"Nan.." Ucap Nata yg akhirnya membuka suaranya.
Kinan pun diam menunggu apa yang ingin Nata sampaikan.
"Nan, maafin aku...." Belum sempat menyelesaikan kalimatnya Nata mulai mengeluarkan air matanya.
Kinan segera memeluk Nata erat, Kinan paham apa maksud dari percakapan ini, hatinya pun sakit, ia hanya bisa memeluk Nata mencoba menenangkan wanitanya itu.
"Nan.... A-aku gak bisa huhu... Lanjutin ini, maaf kita harus putus..." Ucap Nata yang sudah bercampur isak tangis.
Kinan pun merasakan air matanya jatuh, lalu secepat mungkin ia hapus, mencoba sekuat tenaga tidak menangis sesenggukan seperti Nata.
"Namaku Helsa nan, yang artinya itu mengabdi kepada Tuhan, tapi aku malah sebaliknya" Tutur Nata.
Tak bisa berkata apapun lagi, ia hanya mengelus elus punggung Nata yang berada didekapannya. Berat, tapi ia tau pada akhirnya akan seperti ini. Hal ini juga adalah sebab akibat karena ia melangkahkan kakinya yang sudah sejak awal salah, namun ia paksakan, egois bukan? Lalai pada nafsu pilihannya, tanpa memikirkan ujung dari perbuatannya.
Seperti Tuhan menyetujui perpisahan mereka, hujan mulai turun perlahan lahan, gerimis yang membuat mereka basah kuyup jika lama kelamaan tidak pergi dari situ.
"Nat, hujan... Aku antar kamu pulang yah?"
"Enggak, aku bisa pulang sendiri, makasih untuk tiga setengah tahun terakhir ya Nan, maafin aku kalau selama kita berhubungan, aku banyak kekurangan, terimakasih sekali lagi." Ucap Nata, lalu ia berdiri berniat meninggalkan Kinan.
Sebelum Nata berlalu pergi, Kinan cepat menahan tangan wanitanya yang sebentar lagi bukan miliknya lagi, menarik kembali ke dalam pelukannya.
"Makasih juga ya sayang untuk 3½ tahun yang kamu laluin sama aku, gak pernah aku merasa sehari aja nyesel bisa pacaran sama kamu, aku sayang kamu nat, sayang banget, sehari pun aku gak ada pikiran buat gak sayang kamu. Makasih yah, makasih banyak untuk semua waktunya. Mungkin ini takdir kita, Maafin aku juga aku lancang masuk ke hidup kamu tanpa pikir panjang resikonya, maaf juga kalau selama kita pacaran aku banyak kurangnya, Take care your self Helsa! Aku suka kok nama kamu “Helsa”, kamu bener bener hebat, kamu bener bener manusia yg mengabdi untuk Tuhan Nat, Love you♡"
"Boleh gak aku anter kamu untuk terakhir kali?" Lanjut Kinan.
"Maaf nan, aku ga bisa, gimana bisa aku ngerelain kamu sehabis kamu anter aku pulang? Udah yah, kita pisah disini" Ucap Nata, seraya melepaskan pelukan Kinan, bersiap untuk pergi meninggalkan laki lakinya itu.
Kinan hanya bisa menatap kepergian Nata, semakin lama semakin jauh, lalu menghilang.
Dia sendiri masih berdiri ditempat yang sama, terguyur hujan yang mulai deras, tidak peduli dengan keadaan sekitar, karena toh kampus mulai sepi tidak ada siapapun yang melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAST HOPE | Kino ✖ Shuhua🍂
JugendliteraturPada saat hampir garis akhir, baru kali ini aku ingin kembali ke titik awal. Bila mengetahui akhirnya akan seperti ini, aku akan berhenti ditengah jalan. Namun, sekali lagi aku masih berharap, semoga kali ini takdir akan berpihak.